Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG SEGAR KUNYIT PUTIH (Curcuma zedoaria, Berg) TERHADAP PERTUMBUHAN KUMAN GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF IN VITRO Bahar, Elizabeth
Jurnal Riset Kimia Vol 3, No 1 (2009): September
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrk.v3i1.61

Abstract

 ABSTRACT Known as white turmeric crop of crop medicines anti cancer where this crop rimpang contain immeasurable chemical vitamin in the reality can pursue many of cancer cell. Though unegual germ cell its structure with cancer cell but process many of is same cell perform a replicace. Have been done/conducted by research of test sensitivity of extract of rimpang fresh of white turmeric in so many concentration 100%, 75%, 50% and 25% to growth of germ of Staphylococcus aureus, Salmonella typhii, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli of in vitro to know its sensitivity. Research of experiment by using factorial pattern in complete random device (RAL) with 5 restating. From result of research obtained by extract of rimpang fresh white tumeric in so many concentration not pursue growth of germ of Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli. Its conclusion of extract of rimpang fresh of white turmeric non influence growth of Gram positive and Gram negative bacteria. Keywords: extract, fresh rimpang, white turmeric, germ
Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Aloe vera Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Secara In Vitro Nova Suryati; Elizabeth Bahar; Ilmiawati Ilmiawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i3.732

Abstract

Lidah Buaya (Aloe vera) merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat. Lidah buaya mempunyai berbagai khasiat, salah satunya sebagai antibakteri. Adanya efek antibakteri pada lidah buaya karena lidah buaya mengandung senyawa antibakteri seperti  saponin, tannin dan flavonoid. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek antibakteri ekstrak lidah buaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli. Ekstrak etanol lidah buaya dibuat dengan menggunakan lidah buaya segar dalam lima konsentrasi (6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan 100%) yang diuji daya hambatnya. Penelitian ini menggunakan bakteri Escherichia coli yang dibiakkan dalam tiga agar dan diuji menggunakan metode difusi. Didapatkan bahwa tidak terdapatnya daerah bening disekitar cakram yang telah mengandung ekstrak lidah buaya pada semua konsentrasi. Simpulan penelitian ini adalah ekstrak aloe vera tidak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli.
Uji Bakteriologis Es Batu Rumah Tangga yang digunakan Penjual Minuman di Pasar Lubuk Buaya Kota Padang Basri Hadi; Elizabeth Bahar; Rima Semiarti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.44

Abstract

AbstrakEs batu digunakan untuk minuman dan terbuat dari air. Nilai sanitasi dan kehegienisan yang baik suatu minuman/makanan adalah tidak ditemukan adanya kuman E. coli sebagai parameter karena E. coli merupakan flora normal usus yang keluar bersama tinja dimana sebagai sumber infeksi terhadap makanan dan minuman. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perlu dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk pengawasan kualitas makanan dan minuman. Telah dilakukan penelitian deskriptif dengan menggunakan metoda indeks MPN (Most Propable Number) di bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas bakteriologis es batu Rumah Tangga yang digunakan penjual minuman di pasar Lubuk Buaya kota Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 88,9% sampel es batu Rumah Tangga yang digunakan penjual minuman di pasar Lubuk Buaya kota Padang belum memenuhi syarat kesehatan, dengan angka MPN yang bervariasi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sanitasi dan higienis es batu Rumah Tangga yang digunakan penjual minuman di pasar Lubuk Buaya kota Padang terkontaminasi bakteri koliform.Kata kunci: Uji Bakteriologis, Es Batu, MPNAbstractIce cube is widely use for drinks and beverages, it made from water.Good sanitation and hygienic value of a food/drink is determined by the founding of the E. coli germ as a parameter, since the E. coli is a normal flora of the intestine that is secreted together with feces, which is an infection-resulting source on food and drink. In order to improve the health of public, many efforts need to be done, including the monitoring of foods and drinks quality. A descriptive study has been done with index method of MPN (Most Probable Number) in Microbiology section of Medical Faculty Andalas University. This study is aimed to determine the bacteriological qualiti of Ice cube were use by seller drinks at the pasar Lubuk Buaya kota Padang. Result of the study shows that 88,9% sampel of ice cube were use by seller drinks at the pasar Lubuk Buaya kota Padang has not fulfilled the medical conditions yet, with the various number of MPN. From the result, it is concluded that the sanitation and hygienic of ice cube were use by seller drinks at the pasar Lubuk Buaya kota Padang is contaminated by coliform bactery.Keywords:Bacteriological test, ice cube, MPN
Identifikasi Bakteri Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Non Tuberkulosis (Non TB) dan Pola Resistensinya pada Penderita Diabetes Melitus di RSUP M. Djamil Virgi Anggia Lubis; Yusticia Katar; Elizabeth Bahar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.603

Abstract

AbstrakKadar gula darah yang tinggi pada pasien diabetes mellitus (DM) menyebabkan pasien ini rentan akan terjadinya infeksi, salah satunya infeksi saluran pernafasan bawah non tuberkulosis (Non TB) yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif dan Gram positif, maka terapi pilihannya antibiotik spektrum luas. Survei awal di Bagian Penyakit Dalam RSUP M. Djamil didapatkan bahwa terapi yang dilakukan adalah terapi empiris yang  mengakibatkan meningkatnya resistensi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi pernafasan bawah non tuberkulosis dan pola resistensinya pada penderita DM di  RSUP M. Djamil. Penelitian deskriptif ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK Unand Padang dan Bagian Penyakit Dalam RSUP M. Djamil terhadap 16 pasien dengan diagnosis DM disertai infeksi saluran pernafasan bawah dari Januari sampai Februari 2014. Hasil penelitian menunjukkan Klebsiella pneumonia (56,25%) sebagai penyebab terbanyak, diikuti Staphylococcus aureus (18,25%), Pseudomonas aeruginosa (12,50%), dan Streptococcus pneumonia (12.50%). Uji resistensi menunjukkan Klebsiella pneumonia mengalami resistensi yang besar terhadap Ceftriaxone (66,63%), Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap Ceftriaxone dan Amoxicilin Clavulanat Acid (50%), Staphylococcus aureus resisten terhadap Ciprofloxacin (33,33), sedangkan Streptococcus pneumonia  sensitif terhadap Azitromicin (100%). Dapat disimpulkan bakteri yang ditemukan mengalami resistensi yang cukup besar terhadap beberapa antibiotik yang digunakan.Kata kunci: diabetes melitus, infeksi saluran pernafasan bawah no TB, bakteri, resistensi AbstractHigh concentration of blood glucose in patients with diabetes mellitus cause susceptible to be infected, including lower respiratory infections non tuberculosis caused by Gram negatif and Gram positif. Treatment of these infections are broad spectrum antibiotics. The objective of this study was to indentify the causal bacteria of lower respiratory infection non tuberculous infection and the  bacterial resistance patterns in patients with diabetes mellitus in RSUP M. Djamil. From the primary survey in RSUP M. Djamil Internal Medicine Department, the treatment that usually used is empirical therapy that could increase risk of bacterial resistance. This descriptive study was conducted in Microbiology laboratory Medical Faculty of Andalas University and Inpatient Care of Internal Medicine Department of RSUP M. Djamil to 16 patients with Diabetes Mellitus and lower respiratory infection from January until February 2014. Culture result showed that Klebsiella pneumonia (56,25%)  was the main cause, followed by Staphylococcus aureus (18,25%), Pseudomonas aeruginosa (12,50%), and Streptococcus pneumonia(12,50%). Sensitivity test result shows that Klebsiella pneumonia has great resistance to Ceftriaxone (66,63%), Pseudomonas aeruginosa is resistant to Ceftriaxone and Amoxicilin Clavulanat Acid (50%), Staphylococcus aureus is resistant to Ciprofloxacin (33,33), while Streptococcus pneumonia is sensitive to Azitromicin (100%). It can be concluded that the bacteria found had a appreciable resistance to some antibiotics used.Keywords: diabetes mellitus, lower respiratory infection non TB, bacteria, resistance
Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Sawo terhadap Bakteri Escherichia coli secara In Vitro Nastasha Mufti; Elizabeth Bahar; Dessy Arisanti
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.693

Abstract

Daun sawo merupakan bagian dari tanaman sawo (Manilkara zapota) yang sering digunakan masyarakat sebagai obat antidiare. Daun sawo mengandung senyawa saponin, tanin, dan flavonoid yang dapat bersifat sebagai antibakteri sehingga diduga mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare. Tujuan penelitian ini adalah menentukan daya hambat ekstrak daun sawo terhadap bakteri Escherichia coli (E. coli) strain patogen secara in-vitro. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratorium menggunakan 6 bakteri uji E. coli berbeda dengan 2 kali pengulangan menggunakan metode difusi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA dan Laboratorium Mikrobiologi FK UNAND pada bulan Agustus 2016 sampai April 2017. Sampel yang digunakan adalah daun sawo yang telah dilakukan proses ekstraksi maserasi menggunakan etanol. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun sawo dengan konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60%, dan 100% memiliki daya hambat yang berbeda-beda terhadap bakteri uji E. coli. Konsentrasi ekstrak daun sawo yang paling efektif yaitu konsentrasi 100%. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak daun sawo mempunyai sifat antibakteri terhadap bakteri uji Escherichia coli strain patogen.
Perbandingan Efektivitas Obat Kumur yang Mengandung Chlorhexidine dengan Povidone Iodine terhadap Streptococcus Jeanne Mervrayano; Rahmatini Rahmatini; Elizabeth Bahar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i1.216

Abstract

AbstrakPenyakit gigi menempati urutan ke-6 dari keluhan masyarakat atau 5.21% dari 25.13% masyarakat yang mengeluh sakit gigi. Hasil Survei Kesehatan Nasional 1995, mendapatkan 90% rumah tangga memiliki sikat gigi sehingga dapat diasumsikan bahwa masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan gigi, tetapi tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup dalam pemeliharaanya, sehingga perlu cara lain untuk mengontrol plak yaitu dengan obat kumur. Streptococcus mutans adalah bakteri yang banyak ditemukan dalam rongga mulut. Sifat anti bakteri obat kumur terutama ditentukan oleh bahan aktif yang terkandung di dalamnya seperti Chlorhexidine dan Povidone iodine. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas obat kumur Chlorhexidine dan Povidone iodine terhadap Streptococcus mutans. Penelitian ini berjenis eksperimental dengan rancangan penelitian true experiment dengan post test only with control group design dengan jumlah sampel 16 kali pengulangan. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran diameter zona hambat (halo) sekitar cakram. Hasil penelitian ini menunjukan rerata zona hambat sediaan chlorhexidine adalah 19,4 mm, dan povidone iodine adalah 7,6 mm. Dari hasil pengukuran zona hambat, sediaan yang membentuk zona hambat rata-rata paling besar adalah sediaan obat kumur yang mengandung clorhexidine.Kata kunci: chlorhexidine, povidone iodine, streptococcus mutansAbstractDental disease ranks 6th of public complaints or 5.21% from 25.13% of the people who complained of a toothache. National Health Survey, 1995, get 90% of households have a toothbrush so that it can be assumed that the public are aware of the importance of dental health, but not balanced with sufficient knowledge in caretaker, therefore it needs another way to control plaque mouthwash. Mouthwash is a solution or liquid used to help provide freshness in the oral cavity and clean the mouth of plaque and organisms that cause disease in the oral cavity. Streptococcus mutans is one of the microorganisms that are found in the oral cavity is a major cause of oral diseases. Antibacterial mouthwash is mainly determined by the active ingredients contained in them such as Chlorhexidine and Povidone iodine.The objective of this study was to compare the effectiveness of Chlorhexidine mouthwash and Povidone iodine against Streptococcus mutans. Experimental research of this type with the study design True Experiment with Posttest Only Control Group Design with a sample of 16 repetitions. Data collection is done by measuring the diameter of inhibition zone ( halo ) around the discs. The results of this study showed an average inhibition zone Chlorhexidine preparation is 19.4 mm, and povidone iodine was 7.6 mm. Judging from the results of inhibition zone measurement, stocks that make up the average zone of inhibition is greatest mouthwash preparations containing clorhexidine.Keywords:Chlorhexidine, Povidone iodine, Streptococcus mutans
Hubungan Pemakaian Panty Liner dengan Kejadian Fluor Albus pada Siswi SMA di Kota Padang Berdasarkan Wawancara Terpimpin (Kuisioner) Anisa Persia; Rina Gustia; Elizabeth Bahar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i2.284

Abstract

AbstrakPenyebab tersering fluor albus (keputihan) patologis adalah infeksi. Proses infeksi dapat dipicu oleh banyak hal, salah satunya adalah karena pemakaian panty liner. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara pemakaian panty liner dengan kejadian fluor albus pada siswi SMA. Penelitian dilakukan pada siswi di enam SMA di kota Padang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan responden sebanyak 289 orang. Pengumpulan data responden dilakukan dengan wawancara terpimpin (pengisian kuisioner). Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari separuh responden yang memakai panty liner mengalami fluor albus (69,2%) dan 80% diantaranya mengganti panty liner <2 kali perhari. Uji statistik chi- square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemakaian panty liner dengan kejadian fluor albus (p<0,05) dan frekuensi penggantian panty liner perhari dengan kejadian fluor albus (p<0,05). Terdapat hubungan bermakna antara pemakaian panty liner dengan fluor albus pada siswi SMA di Kota Padang.Kata kunci: fluor albus, panty liner, siswi SMA AbstractThe most common of pathology fluor albus is infection. Infection can be cocked by panty liner uses. The objective of this study was to determine relationship between panty liner uses and the incidence of fluor albus in female student of Senior High School. The research was executed to female student of senior high school in Padang. There are six schoosl was chosen as sample. This research used cross sectional study design to 289 respondent. Data was collected by guided interview. Statistic analysis use chi-square test. The result of research found more than half respondent who use panty liner experience of fluor albus (69.2%) and 80% of them just replace panty liner<2 times a day. Chi-square test showed that there is significant relationship between panty liner uses with fluor albus experience (p<0.05) and frequency of panty liner uses replacement with fluor albus experience (p<0.05). There is a significant relationship between panty liner uses and the incidence of fluor albus in female student of senior high school at Padang.Keywords: fluor albus, panty liner, female student of senior high school
Gambaran Pemberian Regimen Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017 Yuli Syafirah; Rahmatini Rahmatini; Elizabeth Bahar
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 1S (2020): Online January 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i1S.1169

Abstract

Terapi antiretroviral harus diberikan dengan kombinasi yang sesuai dan meminimalisir efek merugikan dari interaksi obat agar terapi optimal pasien HIV/AIDS tercapai. Ketidaksesuain pemberian antiretroviral dengan standar yang berlaku merupakan salah satu masalah terapi antiretroviral. Tujuan: Mengkaji gambaran pemberian regimen antiretroviral pada pasien HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan metode kuantitatif dan kualitatif melalui pengambilan data dari rekam medis 97 pasien HIV/AIDS yang berobat pada periode Januari - Desember 2017 di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hasil: Mayoritas pasien adalah laki-laki (80,4%), usia 26-45 tahun (73,2%), dan belum menikah (55,7%). Faktor risiko penularan HIV paling banyak melalui hubungan seksual (61,9%) dan didominasi oleh lelaki seks dengan lelaki (40,3%). Infeksi oportunistik terbanyak yang dialami pasien adalah tuberkulosis (20,6%). Terapi antiretroviral yang paling banyak digunakan adalah tenofovir + lamivudin/emtrisitabin + efavirenz (50,5%) dengan kesesuaian obat, dosis, pasien dan indikasi dengan pedoman nasional adalah 100% serta terdapat 12,4% potensi interaksi antiretroviral dengan obat lain yang memiliki efek samping merugikan. Simpulan: Pemberian terapi antiretroviral terbanyak menggunakan kombinasi IV dengan kesesuaian obat, dosis, pasien, dan indikasi yang sesuai pedoman nasional. Terdapat sejumlah kecil pemberian kombinasi obat yang memiliki efek samping merugikan.
Uji Daya Hambat Sabun Cair Cuci Tangan pada Restoran Waralaba di Kota Padang Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro Anisha Fazlisia; Elizabeth Bahar; Yulistini Yulistini
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i3.116

Abstract

AbstrakSabun cair cuci tangan terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Sebagian besar restoran waralaba di Kota Padang menyediakan sabun cair cuci tangan yang telah diencerkan. Proses pengenceran mengubah kemampuan sabun dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian bertujuan untuk menguji daya hambat sabun cair cuci tangan pada restoran waralaba di Kota Padang terhadap pertumbuhan E. coli dan S. aureus. Sampel diambil dari empat restoran waralaba dan diuji dengan metode difusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat sabun dapat menghambat pertumbuhan S. aureus namun hanya sebagian yang memiliki daya hambat terhadap E. coli. Median daya hambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus pada setiap periode yaitu 0, 7.4, 7.3 dan 0, 26.1, 23.3. Nilai maksimum daya hambat pertumbuhan E.coli dalam tiga periode yaitu 19.5, 35.4, 27.1 dan 20.7, 40.2, 36.6 untukS. aureus. Daya hambat minimum terhadap kedua bakteri adalah 0.00. Hal tersebut dapat dipengaruhi komposisi dan konsentrasi antiseptik, antibakteri, pH sabun, pengenceran dan struktur dinding sel bakteri. Disimpulkan bahwa sabun cair cuci tangan yang diuji memiliki kemampuan lebih besar dalam menghambat pertumbuhan S.aureus daripada E.coli.Kata kunci: sabun cair cuci tangan, restoran, pengenceran, uji daya hambat, pertumbuhan bakteriAbstractLiquid hand soaps proved to inhibit Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacterial growth. In Padang, most of Restaurants provide diluted liquid hand soaps. Research found dilution changed soap ability to inhibit bacterial growth. The purpose of this study was to examine the ability of Padang City Restaurants’ liquid hand soaps to inhibit E. coli and S. aureus bacterial growth. The samples were taken from four restaurants and examined by using diffusion method. The results showed all of them could inhibit S. aureus but only a half inhibited Escherichia coli bacterial growth. Median for E. coli and S. aureus bacterial inhibition growth for each period were 0, 7.4, 7.3 and 0, 26.1, 23.3. Maximum inhibition value for E. coli growth in the first, second, and third periods were 19.5, 35.4, 27.1 and 20.7, 40.2, and 36.6 for S. aureus. In addition, minimum inhibition in both bacteria were 0.00. It could be influenced by soap antiseptic and antibacterial composition and concentration, pH, dilution, and structure of bacterial cell wall. In conclusion, the liquid hand soaps has greater ability to inhibit S. aureus than E. coli.Keywords: liquid hand soaps, restaurant, dilution, inhibitory test, bacterial growth
Perbedaan Hasil Pemeriksaan Sputum Basil Tahan Asam Antara PasienTuberkulosis Yang Perokok Dan Bukan Perokok Di Balai Pengobatan Penyakit Paru Lubuk Alung Nurul Ziqra; Elizabeth Bahar; Edison Edison
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i3.568

Abstract

 AbstrakMerokok dan Tuberkulosis (TB) merupakan dua masalah kesehatan di dunia walaupun TB lebih banyak ditemukan di negara berkembang. Kebiasaan merokok dan tuberkulosis memiliki hubungan yang erat. Tujuan penelitian ini adalah mmenentukan perbedaan hasil pemeriksaan sputum basil tahan asam antara pasien yang perokok dan bukan perokok di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4)  Lubuk Alung. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional komparatif terhadap 44 penderita TB perokok dan 44 penderita TB non perokok yang dipilih secara consecutive sampling. Data dikumpulkan dari hasil pemeriksaan di Laboratorium dan wawancara. Hasilnya dianalisis dengan uji chi-square. Berdasarkan uji statistik didapatkan perbedaan yang bermakna antara penderita TB paru perokok dan non perokok berdasarkan hasil pemeriksaan BTA (p = 0,023). Kesimpulan studu ini ialah  pasien TB banyak ditemukan pada usia produktif dan pada jenis kelamin laki-laki. Pada perokok lebih banyak ditemukan BTA positif daripada bukan perokok.Kata kunci: tuberkulosis paru, BTA, perokok AbstractSmoking and Tuberculosis (TB) are two major health problems in the world even though TB is more common in developing countries. Smoking habit and tuberculosis have a close relationship.The objective of this study was to determine the differences in the results of Sputum Basil Tahan Asam examination between smokers and nonsmokers tuberculosis patients in the Lubuk Alung Pulmonary Disease Treatment Center. The desain of this study was a comparative cross-sectional on 44 TB smoker patients and 44 TB non-smoker patients by consecutive sampling. Data were collected through checkup in the laboratory and the interviews with new patients. The results were analyzed with the chi-square test.The statistic result showed significant differences between patients with pulmonary tuberculosis smokers and non-smokers based on the results of BTA checks (p value: 0.023). The conclusions was TB patients are found in the productive age and the male gender. Acid fast bacilli positive in smoker is higher than non-smokers.Keywords: pulmonary tuberculosis, acid fast bacilli, smoker