Ihsana Sabriani Borualogo
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung

Published : 47 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Riset Psikologi

Studi Komparatif Kesejahteraan Material Anak Panti Asuhan Sebelum dan Masa COVID-19 Amalia Nurlina; Ihsana Sabriani Borualogo
Jurnal Riset Psikologi Volume 1, No. 2, Desember 2021, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.285 KB) | DOI: 10.29313/jrp.v1i2.458

Abstract

Abstract. This Study has purpose to compare the material well being of orphanage children in Bandung before and during COVID-19 pandemic. The participan in this study were children and adolescent aged 10-18 years old (N=89,64% girls; 36% boys). Data collection was using cluster random sampling technique. The measuring instruments used were CW-SWBS (Children's Worlds Subjective Well-Being Scale) and CW-MWBS (Children's Worlds Material Well-Being Scale). Data analysis was performed using paired t test, descriptive statistics using crosstabs and frequencies. Aspects that were seen from material welfare were material deprivation, family economic status, and subjective material well being on the frequency of worrying about the amount of money and food availability. The COVID-19 pandemic had made a decline of all sectors. This situation could certainly affect the material welfare of the orphanage children. The results of this study explain that before the COVID-19 pandemic there were 85.4% of children and adolescents in orphanages who experienced material deprivation. Meanwhile, during the pandemic, the number of children who reported experiencing material deprivation was lower, namely 69.7% of children and adolescents in orphanages. With these results, it shows that during the COVID-19 pandemic there was a decrease in children's appreciation of material deprivation of Orphanage's children in Bandung city. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan kesejahteraan material anak di panti asuhan Kota Bandung sebelum dan masa pandemi Covid-19. Partisipan penelitian ini adalah anak dan remaja Panti Asuhan yang berusia 10-18 tahun (N= 89; 64% anak perempuan, 36% anak laki-laki). Pengambilan data menggunakan teknik sampling cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Children’s Worlds yaitu CW-SWBS (Children's Worlds Subjective Well-Being Scale) Children’s world dan CW-MWBS (Children's Worlds Material Well-Being Scale) Children’s world. Analisa data yang dilakukan menggunakan paired t test, descriptive statistic menggunakan ,crosstabs dan frequencies. Aspek yang dilihat dari kesejahteraan material yaitu material deprivation, family economic status, dan subjective material well being pada frekuensi rasa khawatir terhadap jumlah uang dan memiliki makanan dan minuman setiap hari. Pandemi COVID-19 menjadikan semua sektor mengalami penurunan termasuk sektor Panti Asuhan. Keadaan ini tentunya dapat mempengaruhi kesejahteraan material yang dimiliki anak Panti Asuhan. Hasil dalam penelitian ini menjelaskan keadaan sebelum pandemi COVID-19 anak dan remaja Panti Asuhan melaporkan sebanyak (85.4%) anak dan remaja Panti Asuhan mengalami material deprivation. Namun saat masa pandemi anak yang melapor mengalami material deprivation lebih rendah sebanyak (69.7%). Dengan hasil demikian menunjukan bahwa pada masa pandemi COVID-19 terjadi penurunan penghayatan anak mengenai material deprivation di Panti Asuhan Kota Bandung.
Hubungan antara Relasi dalam Keluarga dan Kesejahteraan Subjektif Remaja Korban Perundungan Siber Nuha Dzakiyyah; Ihsana Sabriani Borualogo; Tia Inayatillah
Jurnal Riset Psikologi Volume 5, No. 1 Juli 2025, Jurnal Riset Psikologi (JRP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrp.v5i1.6352

Abstract

Abstract. Cyberbullying is increasing and negatively impacts adolescents' subjective well-being (SWB). Victims of cyberbullying often experience disruptions in interpersonal satisfaction, especially within family relationships. Family relationships, which involve social interactions and closeness among members, are essential for fostering satisfaction and happiness. This study examines how family relationships contribute to the SWB of junior high school students in Bandung City who experience cyberbullying. Participants included 239 students aged 12–16 years (N= 239; 51.6% female; 49.0% male) selected through stratified cluster random sampling in a cross-sectional survey. Family relationships were measured using the Children's World's tool and SWB was measured using the Children's Worlds Subjective Well-Being Scale (CW-SWBS5). Victim categorization followed Patchin and Hinduja’s measurement instrument. Data analysis using linear regression techniques. Results showed that victims of cyberbullying had below-average SWB (M = 64.9; SD = 28.7) compared to Cummins’ theoretical mean of 75, with female victims reporting lower SWB than males. Family relationships, such as feeling safe at home (β = .349, p < .001) and parents listening and paying attention (β = .220, p < .011), significantly positively contributed to their SWB. Therefore, building positive family relationships and interactions is crucial for enhancing the SWB of adolescent victims of cyberbullying. Abstrak. Perundungan siber semakin meningkat dan berdampak negatif pada kesejahteraan subjektif remaja. Korban sering kali mengalami gangguan dalam kepuasan interpersonal, terutama dalam hubungan keluarga. Hubungan keluarga, melibatkan interaksi sosial dan kedekatan antara anggota, sangat penting untuk menumbuhkan kepuasan dan kebahagiaan. Penelitian ini meneliti bagaimana hubungan keluarga berkontribusi terhadap SWB siswa SMP di Kota Bandung yang mengalami perundungan siber. Partisipan terdiri dari 239 siswa berusia 12-16 tahun (N= 239; 51.6% perempuan; 49.0% laki-laki) yang dipilih melalui stratified cluster random sampling dalam survei cross-sectional. Hubungan keluarga diukur dengan menggunakan alat Children's World’s dan SWB diukur dengan menggunakan Children's Worlds Subjective Well-Being Scale (CW-SWBS5). Kategorisasi korban berdasarkan instrumen pengukuran Patchin dan Hinduja. Analisis data menggunakan teknik regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korban memiliki kesejahteraan subjektif di bawah rata-rata (M = 64,9; SD = 28,7) dibandingkan dengan rata-rata teoritis Cummins yaitu 75, dengan korban perempuan melaporkan kesejahteraan subjektif yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hubungan keluarga, seperti merasa aman di rumah (β = .349, p <.001) dan orang tua yang mendengarkan dan memberi perhatian (β = .220, p <.011), secara signifikan memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan subjektif mereka. Oleh karena itu, membangun hubungan dan interaksi keluarga yang positif sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif korban.