Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Sidomulyo Yogyakarta Martin, Friescha Friecillia; Yekti Satriyandari
Jurnal Kesehatan Cendikia Jenius Vol. 1 No. 2 (2024): April
Publisher : CV. CENDIKIA JENIUS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70920/jenius.v1i2.32

Abstract

Stunting is a condition where growth is disturbed in children, namely that the child's height is lower or shorter (stunted) than the age standard. Based on the results of a preliminary study on May 2 2023, it is known that Sidomulyo Village has the highest percentage of stunting rates at the Godean 1 Community Health Center, namely 13.84% with the lowest prevalence of exclusive breastfeeding coverage, namely 76.66%. This study aims to determine the relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months in Sidomulyo Village, Yogyakarta. This type of research uses a case control design with a retrospective approach. The sampling technique used in this research was a purposive sampling technique, namely 26 samples in the case group and 26 samples in the control group with a ratio of 1:1. Data analysis uses univariate analysis and bivariate analysis. The research was conducted in December 2023. The majority of children aged 24-59 months in Sidomulyo Village, Yogyakarta, were not given exclusive breast milk, 28 respondents (53.8%) while 26 children aged 24-59 months in Sidomulyo Village, Yogyakarta experienced stunting. respondents (50%). The results of statistical tests using chi-square showed a p-value <0.05, which is 0.000 and has a fairly strong correlation with a contingency coefficient value of 0.525. Conclusion : The results of statistical tests show a relationship between exclusive breastfeeding and the incidence of stunting in Sidomulyo Village, Yogyakarta. Recommended The village should work together with the Community Health Center and community cadres to reduce the incidence of stunting.
Dilema seksual akseptor KB suntik DMPA: kajian korelasional terhadap fungsi seksual Satriyandari, Yekti; Mahmudah, Nurul
Jurnal Kebidanan Indonesia Vol 16, No 2 (2025): JULI
Publisher : STIKES Mamba'ul 'Ulum Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36419/jki.v16i2.1462

Abstract

Latar belakang: Kontrasepsi suntik Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan salah satu metode kontrasepsi hormonal yang penggunaannya terus meningkat. Namun, penggunaan jangka panjang DMPA dapat menimbulkan berbagai efek samping, termasuk gangguan menstruasi, peningkatan berat badan, perubahan mood, penurunan densitas tulang, dan penurunan fungsi seksual. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi problematika seksual pada akseptor KB suntik DMPA. Metode: Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross-sectional, dilaksanakan di PMB Sri Wahtini Kalasan. Sampel diperoleh melalui teknik quota sampling dengan jumlah 44 responden. Kriteria inklusi: akseptor KB suntik DMPA minimal 1 tahun, tidak memiliki penyakit kronis, memiliki suami, dan tinggal serumah. Variabel yang diteliti meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, lama menikah, lama penggunaan KB, serta problematika seksual. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan analisis data dengan Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia >30 tahun, dan sebanyak 34 responden mengalami disfungsi seksual. Namun secara umum, tidak ditemukan masalah seksual yang signifikan pada akseptor KB suntik DMPA. Kesimpulan: Penggunaan KB DMPA perlu dipertimbangkan ulang pada ibu dengan risiko gangguan seksual. Pemilihan alat kontrasepsi alternatif dapat membantu mengurangi potensi dampak negatif terhadap fungsi seksual
Hubungan Keterlibatan Ayah Dengan Kesehatan Mental Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Godean Yogyakarta Rike Yulianti; Yekti Satriyandari; Rosmita Nuzuliana
Borneo Nursing Journal (BNJ) Vol. 7 No. 2 (2025)
Publisher : Akademi Keperawatan Yarsi Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61878/bnj.v7i2.121

Abstract

Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang mempelihatkan seseorang mengalami perubahan emosional yang dapat berkelanjutan. Peran ayah sangat penting dalam mengasuh remaja sebab akan berdampak pada aspek kognitif maupun emosional anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterlibatan ayah dengan kesehatan mental pada remaja putri. Metode dalam penelitian ini berupa korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 148 remaja putri dengan pengambilan sampel secara teknik Total Sampling dianalisis dengan Uji Spearman Rank. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar keterlibatan ayah dalam kategori cukup yakni sebesar 33,8%, sedangkan remaja yang mengalami gangguan mental sebesar 33,1%. Hasil uji Spearman Rank diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar = 0,000 < 0,05 yang menunjukkan ada hubungan keterlibatan ayah dengan kesehatan mental pada remaja putri. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi siswi untuk berperan aktif dalam membangun kedekatan dengan ayah. Keterlibatan dalam kegiatan sosial dan akademik, seperti mengerjakan tugas bersama, berlibur, dan sering berkomunikasi, dapat membantu memperkuat hubungan tersebut serta mendukung kesehatan mental remaja. Dengan demikian, hubungan yang baik antara ayah dan anak dapat berkontribusi positif terhadap perkembangan emosional dan mental remaja putri.
Breastfeeding as a Natural Therapy for Anxiety: A Study of Heart Rate Variability in Breastfeeding Mothers Satriyandari, Yekti; Mufdlilah; Enny Fitriahadi
Journal of Public Health Sciences Vol. 4 No. 02 (2025): Journal of Public Health Sciences
Publisher : The Indonesian Institute of Science and Technology Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56741/IISTR.jphs.00966

Abstract

Perinatal mental health issues, particularly postpartum anxiety, are a global concern with significant impacts on maternal well-being and child development. Heart Rate Variability (HRV), reflecting autonomic nervous system balance, is a useful indicator of stress and anxiety. Breastfeeding is known to enhance HRV and reduce anxiety via oxytocin release. This study aimed to assess the effectiveness of breastfeeding using an oxytocin carrier in reducing anxiety among breastfeeding mothers, measured through HRV. A quasi-experimental, cross-sectional design was used, involving 120 breastfeeding mothers purposively sampled from communities in the Special Region of Yogyakarta. The intervention involved applying an oxytocin carrier for 15–20 minutes, twice daily for three days. HRV and anxiety levels were measured pre- and post-intervention using standard laboratory instruments and validated questionnaires. Results showed a significant effect (p = 0.000 < 0.05), indicating that breastfeeding interventions with an oxytocin carrier effectively reduced maternal anxiety and improved HRV in both mothers and infants. This approach supports maternal mental health, breastfeeding success, and strengthens the physiological bond between mother and infant. It is recommended to integrate breastfeeding education highlighting its benefits for autonomic balance, anxiety reduction, and overall maternal-infant well-being.
Pentingnya Kesehatan Seksual Dalam Penanganan Bencana Perspektif Dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Yekti Satriyandari; Siti Istiyati; Cesa Septiana
Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ) Vol. 8 No. 2 (2025): September 2025
Publisher : Akademi Kebidanan Bunga Husada Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54100/bemj.v8i2.425

Abstract

Latar Belakang: Situasi bencana sering kali menempatkan kesehatan seksual sebagai isu yang terabaikan, padahal kebutuhan seksual tetap ada bahkan dalam kondisi darurat. Ketiadaan ruang privat, stres psikologis, dan tekanan sosial dalam pengungsian dapat meningkatkan risiko disfungsi seksual pada perempuan, terutama yang menggunakan kontrasepsi hormonal seperti suntik DMPA. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi problematika seksual perempuan pengguna KB hormonal dalam situasi bencana serta menyoroti pentingnya dukungan psikososial dalam penanganannya. Metode: Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi melalui wawancara mendalam terhadap 27 responden perempuan pengguna KB hormonal di wilayah terdampak bencana, dengan analisis tematik untuk menggali persepsi dan pengalaman mereka. Hasil: Mayoritas responden mengalami disfungsi seksual yang dipengaruhi oleh kombinasi faktor hormonal dan tekanan psikososial akibat bencana. Aktivitas seksual tetap dianggap penting sebagai mekanisme coping dan penguat relasi pasangan. Ketiadaan ruang privat menjadi hambatan utama, sehingga muncul aspirasi kuat untuk menyediakan "bilik mesra" di pengungsian sebagai bentuk dukungan kemanusiaan yang inklusif. Kesimpulan: Kesehatan seksual merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam respon bencana. Pendekatan penanggulangan bencana yang berperspektif gender dan memperhatikan kebutuhan seksual dapat meningkatkan kesejahteraan psikososial penyintas, serta mencegah kekerasan berbasis gender.
Kesehatan Mental Dalam Perspektif Gender: Siapa Yang Lebih Rentan Satriyandari, Yekti; Nurul Mahmudah; Sinta Julianti
Borneo Nursing Journal (BNJ) Vol. 8 No. 1 (2026)
Publisher : Akademi Keperawatan Yarsi Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61878/bnj.v8i1.127

Abstract

Kesehatan mental remaja menunjukkan perbedaan signifikan berdasarkan gender, di mana remaja perempuan lebih rentan terhadap gangguan internalisasi seperti depresi dan kecemasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara penggunaan media sosial dan kesehatan mental remaja, serta perbedaannya berdasarkan jenis kelamin. Studi cross-sectional dilakukan pada 139 siswa kelas XI SMA Negeri 1 Godean menggunakan kuesioner skrining gangguan emosional. Data dianalisis dengan uji chi-square. Hasil menunjukkan prevalensi gejala gangguan mental yang tinggi, termasuk pikiran untuk mengakhiri hidup (97,1%), namun tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dan status kesehatan mental (p = 0,968). Meskipun demikian, secara praktis terlihat bahwa remaja perempuan lebih banyak mengalami gangguan emosional dibandingkan laki-laki. Studi ini menunjukkan pentingnya intervensi kesehatan mental berbasis sekolah yang mempertimbangkan faktor gender dan pengaruh ekosistem digital. Disarankan adanya peningkatan literasi digital, pelatihan guru, serta dukungan keluarga. Penelitian lanjutan direkomendasikan menggunakan desain longitudinal dan pendekatan kualitatif untuk memahami dinamika jangka panjang.
Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Berisiko Di SMAN 1 Mlati Sleman Shivani Nurrahmah Purnady; Yekti Satriyandari
Borneo Nursing Journal (BNJ) Vol. 8 No. 1 (2026)
Publisher : Akademi Keperawatan Yarsi Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61878/bnj.v8i1.152

Abstract

Latar Belakang : Perilaku seksual berisiko merupakan tingkah lakuyang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan dengan lawanjenis maupun sesama jenis. Contoh bentuk dari tingkah laku ini bisaberupa perasaan tertarik hingga menjalin sebuah hubungan, berciuman dan bersenggama.Perilaku seksual berisiko umumnyadilakukan oleh remaja dan menimbulkan dampak negatif berupakehamilan tidak diinginkan, melahirkan di usia remaja, aborsi dan infeksi menular seksual. Tujuan : penelitian untuk mengetahui hubungan antara peran temansebaya dan karakteristik (Umur, jenis kelamin, Sikap, pacaran dan lama berpacaran, peran orang tua, lingkungan sosial, jenis media sosial, lama bermain media sosial, kelompok teman sebaya sertajumlah orang dalam kelompok teman sebaya) dengan perilakuseksual berisiko pada remaja kelas X di SMAN 1 Mlati Sleman pada tahun 2025. Metode : penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan simple random sampling daripopulasi 143 responden menjadi 106 responden. Analisis data menggunakan analisis bivariat uji rank spearman. Hasil : uji statistic penelitian menunjukan sebagian besar umurresponden 16 tahun 70.8%, dan sebagian besar dari respondenperempuan 73,6%, Sikap yang diambil jika terpapar perilakuseksual berisiko adalah berdasarkan diri sendiri 55,7%, Sebagian dari responden tidak sedang berpacaran 57,5% namun respondenyang sedang berpacaran maupun pernah berpacaran kebanyakandari mereka berpacaran lebih dari 3 Bulan 32.1%, menarche dariresponden perempuan pada umur 12 tahun 38,7% ada komunikasidengan orang tua 97,2%, berinteraksi dengan lingkungan sosial99,1%, Jenis media sosial media audiovisual 60,4%, lama bermainmedia sosial >4 jam dalam sehari 33%, memiliki kelompok temansebaya 92,5%, dengan jumlah orang dalam kelompok lebih dari 5 orang 50,9%. Hubungan peran teman sebaya dengan perilakuseksual berisiko di SMAN 1 Mlati didapatkan hasil terdapathubungan dengan nilai p value 0,001. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara peran teman sebayadengan perilaku seksual berisiko  
PELATIHAN BUNDA PENGASUH DETEKSI TUMBUH KEMBANG (BUSUH BIDEK TUMBANG) DI DAYCARE UNISA Estri, Belian Anugrah; Satriyandari, Yekti
MAJU : Indonesian Journal of Community Empowerment Vol. 2 No. 5 (2025): MAJU : Indonesian Journal of Community Empowerment, September 2025
Publisher : Lembaga Pendidikan dan Penelitian Manggala Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62335/maju.v2i5.1822

Abstract

Childcare at daycare plays an essential role in supporting children’s growth and development, especially when parents have limited time. However, many caregivers still lack comprehensive knowledge of early detection of child development. This community service aimed to improve the knowledge and skills of caregivers at UNISA Daycare in conducting early detection using the Developmental Pre-Screening Questionnaire (KPSP). The methods included coordination, training, and developmental screening of 15 children. Results showed that all children had normal KPSP scores, although two had body weight below their age standard. Caregivers actively participated in the training and were able to conduct screening independently. This program highlights the importance of early detection in preventing developmental delays and is expected to be sustainably implemented at UNISA Daycare
Efektivitas pijatan oksitosin terhadap peningkatan kadar oksitosin pada ibu menyusui Satriyandari, Yekti; Mufdlilah, Mufdlilah
Jurnal Asuhan Kebidanan Vol 6 No 01 (2025): Journal of Midwifery Care
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Garawangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34305/bpme1715

Abstract

Latar Belakang: Produksi air susu ibu (ASI) sangat dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang merangsang refleks let-down. Namun, stres, nyeri, dan trauma dapat menurunkan kadar oksitosin, sehingga menghambat laktasi dini. Sebaliknya, pijatan oksitosin terbukti secara fisiologis meningkatkan kadar hormon oksitosin. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pijatan oksitosin manual di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.Metode: Metode penelitian menggunakan desain quasi eksperimen dengan pendekatan pre test posttest only control group. Sebanyak 60 ibu menyusui hari ke-3 hingga ke-5 dipilih secara purposive dan mendapatkan intervensi pijat oksitosin manual selama 15 menit. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Chi-Square.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan Rata-rata kadar oksitosin meningkat dari 76 menjadi 93 (p = 0,000). Sebagian besar responden juga menunjukkan profil pendukung menyusui yang baik, seperti usia tidak berisiko (93,3%), multipara (56,7%), dan riwayat IMD (66,7%). Faktor psikologis ibu seperti stres dan kecemasan juga turut memengaruhi efektivitas intervensi.Kesimpulan: Pijatan oksitosin manual terbukti secara signifikan meningkatkan kadar oksitosin pada ibu menyusui. Penerapan pijat oksitosin rutin disarankan sebagai intervensi non-farmakologis yang efektif untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu pasca-sectio caesarea.
Kesehatan mental dalam perspektif gender: siapa yang lebih rentan Satriyandari, Yekti; Mahmudah, Nurul; Julianti, Sinta
Jurnal Asuhan Kebidanan Vol 6 No 01 (2025): Journal of Midwifery Care
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Garawangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34305/jh2q8v89

Abstract

Latar Belakang: Kesehatan mental remaja menunjukkan perbedaan signifikan berdasarkan gender, dimana remaja perempuan lebih rentan terhadap gangguan internalisasi seperti depresi dan kecemasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara penggunaan media sosial dan kesehatan mental remaja, serta perbedaannya berdasarkan jenis kelamin.Metode: Studi cross-sectional dilakukan pada 139 siswa kelas XI SMA Negeri 1 Godean menggunakan kuesioner skrining gangguan emosional. Data dianalisis dengan uji chi-square.Hasil: Hasil menunjukkan prevalensi gejala gangguan mental yang tinggi, termasuk pikiran untuk mengakhiri hidup (97,1%), namun tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dan status kesehatan mental (p = 0,968). Meskipun demikian, secara praktis terlihat bahwa remaja perempuan lebih banyak mengalami gangguan emosional dibandingkan laki-laki.Kesimpulan: Pentingnya intervensi kesehatan mental berbasis sekolah yang mempertimbangkan faktor gender dan pengaruh ekosistem digital. Disarankan adanya peningkatan literasi digital, pelatihan guru, serta dukungan keluarga.