Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Gizi Dengan Status Gizi Pada Balita Dipuskesmas Semanding Sabila Dhiyaul Auliya; Sri Utami; Minarti; Su’udi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 9 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i9.1910

Abstract

Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh peran ibu yang berperan menjadi pengambil keputusan utama pada pemenuhan kebutuhan gizi anak. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu menjadi faktor penting dalam menciptakan kondisi gizi yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemenuhan kebutuhan gizi dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Semanding. Penelitian ini menggunakan desain analitik melalui pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian ini tersusun atas ibu yang mempunyai balita, yang diambil mempunyai metode purposive sampling, yang bisa diperoleh sampel sejumlah 114. Data diambil melalui kuesioner dan pengukuran status gizi balita. Analisis data dilangsungkan melalui uji Chi-square dengan tingkat signifikansi 0,05. Temuan penelitian menjabarkan Sebagian besar ibu tingkat pengetahuan baik mempunyai balita dengan berat badan kurang (87%) hasil uji chi square diperoleh (p value=0,008) terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita, temuan menunjukkan mayoritas ibu dengan sikap cukup mempunyai balita dengan berat badan kurang (73%) temuan uji chi square menunjukkan skor (p value =0,016), mengindikasikan terdapat hubungan sikap ibu dengan status gizi balita,hasil penelitian menunjukkan Sebagian besar ibu dengan perilaku cukup mempunyai balita dengan berat badan kurang (75%) temuan uji chi square diperoleh(p value=0,012) terdapat hubungan perilaku ibu dengan status gizi balita. Terdapat hubungan yang signifikansi antara tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan status gizi pada balita. Upaya peningkatan edukasi gizi kepada ibu sangat diperlukan untuk mencegah masalah gizi pada balita.
Status Imunisasi Dasar Lengkap Dengan Terjadinya Pneumonia Balita Di Kelurahan Ronggomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Noviatul Nurjanah; Su’udi; Titik Sumiatin; Yasin Wahyurianto
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 9 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i9.1915

Abstract

Pneumonia adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak dialami anak di bawah lima tahun, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu faktor risiko yang masih bisa dicegah ialah ketidaklengkapan imunisasi dasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar dengan kejadian pneumonia pada balita di Kelurahan Ronggomulyo, wilayah kerja Puskesmas Tuban. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel adalah 33 ibu yang memiliki anak balita, dengan teknik total sampling. Instrumen penelitian berupa lembar observasi, sedangkan analisis data menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui keterkaitan antara status imunisasi dasar lengkap (variabel independen) dengan kejadian pneumonia (variabel dependen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 balita dengan imunisasi dasar lengkap, terdapat 1 balita yang terkena pneumonia. Sementara dari 3 balita dengan imunisasi tidak lengkap, 1 balita juga menderita pneumonia. Uji Chi-Square menghasilkan nilai p = 0,038 (p < 0,05), yang berarti terdapat hubungan signifikan antara status imunisasi dasar dengan kejadian pneumonia pada balita. Imunisasi dasar lengkap memiliki peran penting dalam menurunkan risiko pneumonia, meskipun faktor lain seperti status gizi juga berpengaruh. Oleh karena itu, upaya pencegahan pneumonia tidak cukup hanya dengan imunisasi, tetapi perlu ditunjang dengan pemenuhan gizi yang baik, peningkatan edukasi kepada orang tua, serta lingkungan yang mendukung kesehatan balita.
Self-Efficacy Lansia Dalam Pengobatan Hipertensi Di Puskesmas Wire Kabupaten Tuban Puspita Aliffia; Teresia Retna Puspitadewi; Yasin Wahyurianto; Su’udi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 9 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i9.1923

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius, terutama di kalangan lansia. Penyakit ini dikenal sebagai silent-killer karena sering tidak disadari hingga menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal. Tingginya prevalensi hipertensi pada lansia menunjukkan bahwa pengobatannya masih belum optimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya self-efficacy lansia dalam menjalani pengobatan. Berdasarkan survei awal di Puskesmas Wire, dari 10 lansia penderita hipertensi, 8 orang tidak rutin menjalani pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui self-efficacy lansia dalam pengobatan hipertensi di puskesmas wire. Desain pada penelitian ini deskriptif, populasi penelitian ini adalah seluruh lansia penderita hipertensi yang memeriksakan diri di Puskesmas Wire pada tahun 2024, yaitu sebanyak 396 orang, dengan rata-rata kunjungan sebanyak 33 lansia per bulan. Besar sampel 33 lansia. Menggunakan teknik Total Sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah self-efficacy lansia dalam pengobatan hipertensi. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner. Data dianalisis deskriptif dengan tabel frekuensi distribusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh lansia berusia 60 – 74 tahun, hampir setengahnya berpendidikan sekolah dasar, dan sebagian besar tidak bekerja. Sebagian besar lansia memiliki self-efficacy tinggi dalam pengobatan hipertensi. Lansia berusia 75 – 90 tahun, berpendidikan rendah, dan tidak bekerja cenderung memiliki self-efficacy rendah. Sebaliknya, lansia yang masih aktif bekerja dan berpendidikan lebih tinggi menunjukkan self-efficacy yang tinggi dalam pengelolaan pengobatan hipertensi. Peningkatan self-efficacy dalam pengobatan hipertensi dapat dilakukan melalui dukungan keluarga, edukasi kesehatan berkelanjutan, serta keterlibatan lansia dalam aktivitas produktif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan dan menurunkan risiko komplikasi.
Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia Dengan Pola Makan Di SMP Negeri 3 Semanding Intan Athalia Christine; Wahyu Tri Ningsih; Wahyuningsih Triana N; Su’udi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 9 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i9.1931

Abstract

Sebagian besar masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan rendah gizi tanpa mempertimbangkan kandungan gizinya. Akibatnya, semakin banyak remaja perempuan yang mengalami resiko anemia akibat pola makan yang kurang gizi. Survey awal oleh peneliti di SMP Negeri 3 Semanding di dapati 5 remaja putri memiliki pengetahuan kurang dan 10 remaja putri memiliki pola makan yang buruk. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di SMP Negeri 3 Semanding. Desain studi ini menggunakan analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII dan VIII SMPN 3 Semanding Tahun 2024/2025 sebanyak 85 siswi dengan besar sampel sejumlah 70 siswi dan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Variabel Independent pengetahuan remaja putri tentang anemia, variabel dependent pola makan. Pengambilan data membagikan kuisioner dan analisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian hampir setengahnya (45,7%) remaja putri memiliki pengetahuan tentang anemia kurang, sebagian besar (75,7%) remaja putri memilik pola makan yang negatif. Hasil uji uji Chi-Square p = 0,001 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan. Pola makan berkaitan erat dengan pengetahuan, artinya tingkat pengetahuan yang kurang maka dapat berdampak pada pola makan remaja yang tidak baik dan tidak teratur. Oleh karena itu edukasi kesehatan rutin mengenai anemia dari instansi pendidikan sangat penting meningkatkan kesadaran remaja putri dalam mencegah resiko anemia.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Jantung Koroner Di Poli Jantung RSUD Dr. R Koesma Tuban Juliarti Indah Putri; Su’udi; Titik Sumiatin; Teresia Retna Puspitadewi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1945

Abstract

Penyakit Jantung Koroner (PJK) termasuk salah faktor kematian paling signifikan secara global, termasuk di Indonesia. PJK berkontribusi terhadap gangguan kardiovaskular yang timbul dari pembuluh darah koroner, sehingga mengurangi asupan oksigen dan nutrisi otot jantung. Berdasarkan data nasional dan internasional, prevalensi PJK terus meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner di Poli Jantung RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Jumlah total pasien PJK dalam penelitian ini adalah 112 pasien, sampel 87 pasien. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Variabel yang diteliti mencakup berbagai faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit jantung koroner di poli jantung RSUD Dr. R Koesma Tuban. Lembar kuisioner digunakan sebagai instrumen penelitian. Data penelitian ini dianalisis menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian didapatkan pasien penyakit jantung koroner di RSUD Dr. R Koesma Tuban Sebagian besar berusia 40 - 65 tahun. Sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Hampir seluruhnya pasien PJK di poli jantung tidak ada riwayat keluarga penyakit jantung koroner. Sebagian besar tidak merokok/berhenti merokok. Sebagian besar memiliki faktor riwayat hipertensi. Hampir seluruhnya pasien PJK di poli jantung tidak ada riwayat diabetes mellitus. sebagian besar tidak obesitas. Sebagian besar memiliki faktor aktifitas fisik teratur. Hampir seluruhnya tidak mengalami stres. Faktor usia, jenis kelamin, dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap terjadinya PJK. Upaya pencegahan PJK sebaiknya difokuskan pada edukasi rutin kepada pasien tentang pentingnya pemantauan kondisi kesehatan secara berkala, terutama pada kelompok usia produktif, sebagai upaya mencegah PJK.
Kepatuhan Minum Obat Dengan Terjadinya Neuropati Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Mirna Tri Cahyani; Su’udi; Titik Sumiatin; Anita Joeliantina
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1950

Abstract

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, salah satunya neuropati diabetikum. Komplikasi ini sering muncul akibat hiperglikemia kronis yang tidak terkontrol, dan salah satu penyebabnya adalah ketidakpatuhan minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kejadian neuropati diabetikum pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban. Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh penderita diabetes melitus yang mengikuti program PROLANIS sebanyak 65 orang. Sampel diambil sebanyak 56 orang menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner MMAS-8 untuk menilai kepatuhan minum obat dan DNS untuk mendeteksi neuropati diabetikum. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar (59%) penderita dengan kepatuhan rendah mengalami neuropati diabetikum, sedangkan pada penderita dengan kepatuhan tinggi, sebagian besar (30%) tidak mengalami komplikasi tersebut. Hasil uji Chi-Square menunjukkan P-value = 0,001 (P < 0,05), yang berarti ada hubungan antara kepatuhan minum obat dengan kejadian neuropati diabetikum. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kepatuhan, semakin rendah risiko terjadinya neuropati diabetikum. Oleh karena itu, edukasi dan pemantauan rutin dari tenaga kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan penderita dan mencegah komplikasi.
Pengetahuan Dan Stigma Masyarakat Tentang HIV Di Puskesmas Sumurgung Virnavanka Greslanda Putri; Titik Sumiatin; Su’udi; Wahyu Tri Ningsih
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1954

Abstract

Stigma negatif terhadap Orang dengan HIV (ODHIV) masih menjadi tantangan utama dalam upaya penanggulangan HIV di Indonesia, termasuk di wilayah pedesaan seperti Puskesmas Sumurgung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai HIV berkontribusi besar terhadap diskriminasi dan rendahnya kesadaran untuk melakukan tes atau pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pengetahuan dan stigma masyarakat tentang HIV. Penelitian ini memakai rancangan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan potong lintang. Jumlah sampel penelitian adalah 200 responden yang berusia antara 18 sampai 45 tahun. Sampel diambil secara acak. Data yang diperoleh dalam studi ini disusun dengan cara mengedarkan kuesioner dan selanjutnya dianalisis melalui distribusi frekuensi serta pendekatan persentase. Dalam hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV (74,5%) dan menunjukkan stigma positif terhadap ODHIV( 80,5%). Namun demikian, masih terdapat sebagian masyarakat (3,5%) yang memiliki pengetahuan rendah dan (19,5%) yang masih menunjukkan stigma negatif. Temuan ini memberikan kontribusi penting dalam menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan masyarakat dapat menurunkan stigma terhadap ODHIV. Mayoritas masyarakat menunjukkan pemahaman dan sikap yang baik, masih dibutuhkan upaya edukatif dan preventif yang lebih intensif, terutama kepada kelompok usia muda dan mereka yang berpendidikan rendah. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengeksplorasi pendekatan intervensi yang lebih efektif dalam membentuk stigma positif secara berkelanjutan.
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Resiko Tinggi Kehamilan 4t (Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, Terlalu Banyak) Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuban Ariska Ristiani; Titik Sumiatin; Su’udi; Wahyuningsih Triana Nugraheni
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1955

Abstract

Kehamilan berisiko besar yang dapat memicu masalah medis serius pada ibu maupun bayi, serta berkontribusi pada tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Faktor 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak) secara signifikan berkontribusi terhadap peningkatan risiko komplikasi dan kematian ibu. Pemahaman ibu hamil mengenai bahaya kehamilan berisiko sangat penting untuk mencegah komplikasi dan menurunkan AKI. Studi ini dilakukan untuk mengukur derajat pemahaman ibu hamil tentang risiko tinggi kehamilan 4T di wilayah kerja Puskesmas Tuban. Penelitian menggunakan desain Analisis kuantitatif deskriptif menggunakan metode cross-sectional. Subjek penelitian ini mencakup semua ibu hamil trimester 1 sampai trimester 3 tahun 2025 di wilayah kerja Puskesmas Tuban, Kelurahan Perbon dan Sugiharjo. Sampel berjumlah 49 responden yang diambil menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas serta konsistensinya. Data diproses secara deskriptif guna memetakan karakteristik dan pemahaman responden. Temuan riset mengindikasikan mayoritas ibu hamil di area layanan Puskesmas Tuban memiliki derajat pemahaman mengenai kehamilan berisiko kehamilan 4T dalam kategori baik (55%), kategori sedang (35%), dan kategori kurang (10%). Pentingnya pelaksanaan edukasi kesehatan yang berkelanjutan dan terarah menjadi salah satu strategi utama untuk memperluas wawasan ibu hamil, sehingga risiko komplikasi kehamilan 4T dapat diminimalkan di masa mendatang.
Pola Makan Tinggi Garam Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Semanding Tria Ayu Mahmudah; Wahyu Tri Ningsih; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Su’udi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1962

Abstract

Masalah serius serta kematian di Kabupaten Tuban dan di seluruh Indonesia disebabkan oleh hipertensi, salah satu penyakit kronis tidak menular. Pola makan tinggi garam ialah salah satu faktor risiko yang dapat dikontrol, namun tetap saja dilakukan secara luas, terutama di kalangan orang dewasa dan lansia. Hipertensi dan tekanan darah tinggi keduanya diperburuk oleh pola makan tinggi garam. Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisa hubungan antara pola makan tinggi garam dengan kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas Semanding. Metodologi penelitian yang dipergunakan dalam studi ini ialah analisa kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Dengan memanfaatkan total sampling, sebanyak 44 orang dari populasi seluruh peserta Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) di wilayah Puskesmas Semanding. Tensimeter dan kuesioner merupakan bagian dari peralatan penelitian. Peneliti menerapkan uji chi-square untuk menganalisis data. Temuan studi memperlihatkan sebagian besar responden mempunyai pola makan tinggi garam (95,5%) dan terdiagnosis hipertensi (84,1%). Hasil uji chi-square memperlihatkan p-value = 0,001 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara pola makan tinggi garam dengan kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas Semanding. Pola makan tinggi garam memiliki kontribusi besar terhadap kejadian hipertensi. Edukasi terkait pembatasan asupan natrium harian sangat penting untuk mencegah komplikasi lanjut, terutama pada kelompok usia berisiko. Mengurangi konsumsi makanan cepat saji, makanan olahan, serta penggunaan bumbu instan yang berlebihan merupakan langkah penting dalam pengendalian tekanan darah.
Studi Deskripsi Penanganan Dismenore Pada Remaja Putri Di MTs Negeri 3 Tuban Ananda Dwi Octavia; Binti Yunariyah; Roudlotul Jannah; Su’udi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1970

Abstract

Terdapat insiden yang signifikan dari dismenore (64,5%) di Indonesia, yang didefinisikan sebagai ketidaknyamanan pada perut bagian bawah yang dimulai sebelum atau selama menstruasi. Pendekatan farmakologis dan non-farmakologis tersedia untuk pengobatan dismenore. Peneliti di MTs Negeri 3 Tuban bertujuan untuk mendokumentasikan pendekatan farmakologis dan non-farmakologis dalam pengobatan dismenore pada remaja perempuan. Populasi studi terdiri dari 144 murid perempuan dari MTs Negeri 3 Tuban, dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Dengan menggunakan kuesioner serta pendekatan Simple Random Sampling, sampel terdiri dari 107 murid. Temuan dari studi diperoleh hampir setengahnya siswi di MTs Negeri 3 Tuban kadang-kadang mengatasi dismenore secara farmakologi dengan sebagian besar remaja putri menggunakan obat feminax dan hampir setengahnya siswi kadang-kadang melakukan penanganan dismenore secara non-farmakologi dengan metode pemijatan. Siswi cenderung memilih penanganan praktis seperti obat bebas dan pemijatan. Minimnya penanganan non-farmakologi menunjukkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran mengenai manfaat dan macam-macam terapi non- farmakologi dalam mengatasi dismenore. Hal ini mengindikasikan perlunya edukasi yang lebih intensif dan terstruktur mengenai macam-macam penanganan dismenore secara alami dan non-invasif.