Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Pengolahan Limbah Perendaman Karet Rakyat dengan Metode Koagulasi dan Flokulasi Menggunakan Aluminium SUlfat, Ferri Klorida, dan Poli Aluminium Klorida (PAC) Suwandi, Riskawanti; Honesty, Loveana Brena; Irawan, Chairul; Rachmadi, Andri Taruna
Biopropal Industri Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.735 KB)

Abstract

Rubber is one of important commodities in Central Kalimantan with more than 220.000 tons productions in 2013. However, the rubber immersion wastewater which has been discharged into the water body becomes problem. This research aims to know the effect of Al2(SO4)3, FeCl3 and PAC as coagulant in doses 2 g/L, 4 g/L and 8 g/L to reduce COD, BOD5, TSS, TDS and color concentration of the wastewater. Jar-Test was used with rapid mixing 200 rpm for 3 minute and slow mixing 50 rpm for 10 minute then settlled for 1 hour. The results showed that PAC with the dose of 4 g/L was better in reducing the COD, BOD5 and TSS than FeCl3 and Al2(SO4)3. After coagulation-flocculation, COD, BOD5 and TSS are 37,07 mg/L, 14,29 mg/L and 24,00 mg/L, respectively. On the other hand, TDS and color value showed higher concentration than standard with 514,00 mg/L and 106,00 PtCo, respectively.Keywords: Al2(SO4)3, coagulation-flocculation, FeCl3, PAC, rubber immersion wastewater ABSTRAKKaret merupakan salah satu komoditas penting di Provinsi Kalimantan Tengah dengan total produksi lebih dari 220.000 ton di tahun 2013. Permasalahan dalam produksi karet rakyat adalah limbah cair dari perendaman karet yang biasanya dibuang langsung ke badan air. Salah satu metode pengolahan limbah cair perendaman karet adalah dengan proses koagulasi-flokulasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis dan dosis koagulan Al2(SO4)3, FeCl3 dan PAC dengan dosis masing-masing sebesar 2 g/L, 4 g/L dan 8 g/L terhadap proses pengolahan limbah perendaman karet dengan metode koagulasi-flokulasi berdasarkan parameter COD, BOD5, TSS, TDS dan warna sebelum dan sesudah pengolahan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Jar-Test pada pengadukan cepat 200 rpm selama 3 menit, dilanjutkan pada pengadukan lambat 50 rpm selama 10 menit dan pengendapan selama 1 jam. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa PAC lebih baik dalam mereduksi konsentrasi COD, BOD5, TSS, TDS dan warna. Dosis yang disarankan berdasarkan penelitian ini sebesar 4 g/L. Konsentrasi COD, BOD5, TSS, TDS dan warna limbah perendaman karet sebelum proses koagulasi dan flokulasi belum memenuhi baku mutu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-51/MENLH/10/1995. Setelah diolah, didapatkan konsentrasi COD, BOD5 dan TSS berturut-turut sebesar 37,07 mg/L, 14,29 mg/L dan 24,00 mg/L yang telah memenuhi standar baku mutu limbah cair karet tetapi pada konsentrasi TDS 514,00 mg/L dan warna 106,00 PtCO masih belum memenuhi standar baku mutu limbah cair karet sehingga perlu pengolahan lebih lanjut sebelum dibuang.Kata kunci: Al2(SO4)3, FeCl3, koagulasi-flokulasi, limbah perendaman karet, PAC
PENGURANGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID) DAN WARNA DARI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN CAMPURAN SERABUT KELAPA DAN SEKAM PADI Irawan, Chairul; Awalia, Tiara Nur; W.P.H, Sherly Uthami
Konversi Vol 2, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i2.82

Abstract

Penggunaan  minyak goreng yang berulang- ulang dapat merubah struktur fisik dan kimia tersebut sesuai dengan komposisi dan jenis minyak. Beberapa perubahan yang terjadi pada minyak  setelah  penggorengan yaitu perubahan  warna dan  terurainya  komponen  penyusun  minyak menjadi senyawa lain yaitu Free Fatty Acid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian  campuran adsorben dalam mengurangi kadar FFA dan warna pada minyak jelantah. Adsorben yang digunakan berupa sekam padi dan serabut kelapa yang sudah diaktivasi. Adsorben dibuat dengan membakar masing-masing bahan yaitu sekam dan serabut kelapa dan diaktivasi menggunakan H3PO4 1 M. Adsorben yang diperoleh digunkan untuk mengadsorpsi minyak jelantah sebanyak 5, 10 dan 20% dari berat minyak dengan variasi komposisi campuran sekam dan serabut kelapa dengan perbandingan  30:70 ; 70:30 ; 50:50 ; 100:0 dan 0:100. Adsorben yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi minyak jelatah kemudian dilakukan proses adsorpsi minyak menggunakan pemanas dan magnetic stirrer. Proses adsorpsi berlangsung secara batch selama 60 menit pada suhu 80oC dengan kecepatan pengadukan 100 rpm. Setelah disaring, minyak jelantah  dianalisa kadar FFA, warna, densitas dan kadar air. Hasil penelitian yang maksimum untuk kondisi yang dijalankan didapatkan dengan menggunakan berat adsorben sebanyak 20%  dari berat minyak dengan perbandingan komposisi sekam dan serabut kelapa 30:70 dengan kadar FFA 0,294% dan warna 295 PtCo dengan penurunan sebesar 57,07% serta penurunan nilai warna sebesar 37,04%.Kata kunci: adsorbsi, sekam padi, serabut kelapa, FFA, dan warna minyakCooking oils that used frequently will be destructed the physical and chemical of its composition and  structure. The treatment of waste cooking oil is challenging due to the pressure of undesirable component such as FFA and colour degradation. This research  aims are investigated  the ability of mixed adsorbent  from rice husk and coir coconut fiber to reduce FFA and colour of  waste cooking oil. The adsorbent was activated with H3PO4 1 M. This adsorben use about 5, 10, and 20% of weight waste cooking oil with composition mixing adsorbent of rice husk and coir coconut fiber 30:70 ; 70:30 ; 50:50 ; 100:0 and 0:100  have  prepared. Adsorben put into beaker glass of waste cooking oil then batch adsorption  proccess  was going on about 1 hour use heater and magnetic stirrer with mixing speed 100 rpm and temperature 80oC, then  filtered  and analyzed in order of FFA, colour, density, and water content. As the result, the best dose adsorben  for maximum reduce FFA was 20% of weight waste cooking oil with composition mixing adsorbent of rice husk and coir coconut fiber 30:70 which gave FFA was 0,294% and value of colour was 295 PtCo.The effectivity reduce for FFA was 57,07% and value of colour was 37,04%.Keywords : Adsorption, Rice Husk, Coir Coconut Fiber, FFA, and Colour
POTENSI HAYATI SERAT PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) DALAM PROSES ADSORPSI KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg), TSS DAN COD PADA LIMBAH CAIR PERTAMBANGAN EMAS Irawan, Chairul; Ardiansyah, Ardiansyah; Hanan, Naisya
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.133

Abstract

Abstrak- Aktivitas pertambangan emas di Kalimantan berpotensi menghasilkan limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) seperti merkuri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran ini salah satunya adalah dengan metode adsorpsi. Serat purun tikus mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 40,92% sehingga dapat dijadikan sebagai adsorben. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kemampuan serat purun tikus sebagai adsorben alami, mempelajari proses pengolahan biokomposit serat purun tikus dengan material nanopartikel besi oksida,dan mengetahui pengaruh hasil penambahan nanopartikel besi oksida untuk membuat biokomposit serat purun tikus dalam upaya menurunkan kandungan logam berat Hg, Total Suspended Solid (TSS)dan Chemical Oxygen Demand(COD) pada limbah cair pertambangan emas. Serat purun tikus (PT) didelignifikasi menggunakan larutan 1% NaOH kemudian PT-D ini dibuat menjadi biokomposit dengan magnet besi oksida nanopartikel menggunakan metode one-pot solvothermal reaction. Biokomposit ini divariasi menjadi dua jenis yaitu tanpa penambahan gugus amina (PT-M) dan dengan penambahan gugus amina (PT-MA). Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari uji Scanning Electron Microscopic(SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD). Proses adsorpsi dilakukan selama 8 jam dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Analisa setelah adsorpsi menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) untuk uji kadar Hg, metode titrimetri untuk COD, dan metode gravimetri untuk TSS.Hasil adsorpsi merkuri (Hg), COD, dan TSS paling optimum pada pH 7 dengan keefektifan masing-masing sebesar 65,04%, 80%, dan 81,25%. Kapasitas adsorpsi maksimum PT-D, PT-M, dan PT-MA terhadap Hg masing-masing sebesar 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, dan 6,911 mg/g. Penambahan magnet besi oksida nanopartikel dapat memperbesar kemampuan adsorben serat purun tikus. Kata Kunci : adsorpsi, biokomposit, merkuri, PT, COD, TSSAbstract- Activity of gold mining in Kalimantan potentially can give waste that include into  “Bahan Beracun Berbahaya (B3)” such as mercury. An effort to make out this  contamination is adsorption method. Eleocharis dulcis contain high amount of cellulose, about 40,92% so it can be used as an adsorbent. The purpose of this research are studying the capability of eleocharis dulcis as a natural adsorbent, studying the process of biocomposite making from eleocharis dulcis with iron oxide nanoparticle, and studying  the influent of result iron oxide nanoparticle added to biocomposite in order to make a lower amount of heavy metal mercury (Hg), Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) in waste water of gold mining. Eleocharis dulcis (PT) through     delignification process use 1% NaOH solution and then  the PT-D is made to become biocomposite with iron oxide nanoparticle apply “one-pot solvothermal reaction” method. The biocomposite have two variation: without amina cluster added (PT-M)  and with amina cluster added (PT-MA). It’s characterization are consist of Scanning Electron Microscope (SEM) and X-Ray Diffraction (XRD). Adsorption process is applied for 8 hours with mixing rate is 150 rpm. Analysis after adsorption process including three methods: AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) method for Hg analysis, titrimetric method for COD, and gravimetric method for TSS.  The result of adsorption process for mercury (Hg), COD, and TSS are optimally at pH 7 which the value of their effectiveness are 65,04%,  80%, and 81,25%. The maximum amount of Hg  adsorption capacity for PT-D, PT-M, and PT-MA respectively are 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, and 6,911 mg/g. The addition of iron oxide nanoparticle can increase adsorben capability of eleocharis dulcis. Keywords : adsorption, biocomposite, mercury, PT, COD, TSS
ADSORPSI LOGAM TIMBAL SECARA BATCH DAN KONTINU MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG KELAPA SAWIT Irawan, Chairul; Purwanti, Anisa; Norhasanah, Norhasanah
JTERA (Jurnal Teknologi Rekayasa) Vol 4, No 2: December 2019
Publisher : Politeknik Sukabumi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1139.996 KB) | DOI: 10.31544/jtera.v4.i2.2019.267-276

Abstract

Pada proses produksi industri kain Sasirangan, proses pewarnaan menghasilkan limbah cair berupa logam berat timbal (Pb). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu kesetimbangan, dan efisiensi penurunan konsentrasi logam Pb pada limbah cair Sasirangan dengan proses batch dan kontinu ditinjau dari waktu kontak, dosis adsorben dan ukuran adsorben cangkang kelapa sawit. Proses karbonisasi berlangsung selama 4 jam pada suhu 105oC. Cangkang kelapa sawit yang digunakan sebagai adsorben diaktivasi menggunakan kalium hidroksida (KOH) 25% (b/v) selama 24 jam dengan variasi ukuran 355 µm dan 710 µm. Proses adsorpsi dilakukan dengan konsentrasi awal Pb sebesar 151 mg/L, pH 5, kecepatan pengadukan 200 rpm, dan suhu kamar pada variasi waktu tertentu.  Analisa yang dilakukan yaitu Brunauer-Emmett-Teller (BET) untuk mengetahui luas permukaan adsorben dan Inductively Coupled Plasma Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) untuk mengetahui kadar logam di dalam limbah setelah dilakukannya proses adsorpsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa surface area berdasarkan analisa BET adsorben dari cangkang kelapa sawit sebelum dan setelah aktivasi sebesar 10,125 m2/gram dan 16,314 m2/gram. Eksperimental proses adsorpsi secara batch menunjukkan bahwa adsorben cangkang kelapa sawit efektif dalam mengadsorpsi kandungan logam Pb dengan waktu kesetimbangan 24 jam, dosis optimum 2,5 g/L, dan ukuran adsorben 355 µm dengan penurunan konsentrasi dan kadar Pbteradsorb 1,41 mg/L dan 98,47 %. Efisiensi penurunan kandungan logam Pb pada proses adsorpsi batch sebesar 99,07 %, sedangkan dengan proses adsorpsi secara kontinu sebesar 95,23 %.
Pemanfaatan Asam Humat Dari Sampah Organik Sebagai Adsorben Pada Limbah Cair Sintesis Timbal (Pb) Maimunawaro Maimunawaro; Sazila Karina Rahman; Chairul Irawan
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 19, No 1 (2020)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2020.19.1.5

Abstract

Abstrak. Industri pelapisan logam disamping memiliki konstribusi bagi perekonomian Indonesia, namun dalam prosesnya menghasilkan limbah cair yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan karena mengandung logam berat. Salah satu teknik pengolahan limbah cair yaitu adsorpsi menggunakan asam humat dari ekstraksi sampah organik yang dijadikan adsorben. Kelebihan proses adsorpsi ini ialah pengerjaannya mudah, biaya relatif murah, relatif aman dari kontaminasi zat-zat kimia, serta tidak memberikan polusi berarti bagi lingkungan. Ekstraksi asam humat dari sampah organik berlangsung secara bertahap menggunakan proses ekstraksi dengan 1 L NaOH dengan variasi pelarut 0,1 N dan 0,5 N. Karakterisasi sebelum dan sesudah ekstraksi menggunakan Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD), dan Scanning Electron Microscope (SEM), masing-masing untuk mengetahui gugus fungsional, struktur kristal, serta struktur morfologi pada asam humat. Proses adsorpsi menggunakan asam humat sebagai adsorben dilakukan secara batch dengan massa adsorben 1 g/L, kecepatan pengadukan 150 rpm, temperatur ruang dan pH 6,7–7,0 selama 1 jam. Analisa setelah adsorpsi menggunakan metode Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) untuk uji kadar timbal (Pb (II)). Hasil adsorpsi timbal (Pb) pada kedua variasi pelarut adsorben dengan pH awal 6,7–7,0 memiliki keefektifan masing-masing mencapai hampir 98%. Kata kunci:adsorben, asam humat, ekstraksi, sampah organik. Abstract. Removal of Lead (II) of Synthetic Wastewater Using Humic Acid Extracted from Organic Waste As Adsorbent.Metal plating Industry mining productions contribute to the growth of the Indonesian economy, but during the processes usually create a negative environmental impact such as heavy metals. The adsorption method is one of various methods for wastewater treatment. The humic acid as adsorbent in the adsorption method had been extracted from organic waste. The advantages of this method are simple, cheap and secure from chemical contaminant. The extraction of humic acid from organic waste takes place gradually using 1 L NaOH with a variety of solvents of 0.1 N and 0.5 N.The humic acid before and after treatment was characterized using Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR) X-Ray Diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscope (SEM).  The adsorption process was carried out in batch experiment with mass adsorbent of 1 g/L,  stirring speed of 150 rpm, room temperatur, pH around 6.7–7.0  for 1 hour. The result showed by Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) analysis characterize that adsorption lead (II) in several adsorbent concentrations at pH 6.7–7.07 has effectiveness 98%. Keywords: adsorbents, extraction, humic acid, organic waste. 
Recovery of Aluminum from Aluminum Coated Plastic Waste using Pyrolysis Process Chairul Irawan; Rinny Jelita; Iryanti Fatyasari Nata
Reaktor Volume 18 No. 1 March 2018
Publisher : Dept. of Chemical Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (884.691 KB) | DOI: 10.14710/reaktor.18.1.38-44

Abstract

This study aims to separate aluminum metal in aluminum coated plastic waste so that it is known the obtained aluminum characteristics, to study the effects of temperature on the yield of solids and aluminum,  and to get the kinetic parameters that describe the effects of temperature on pyrolysis process rate. Plastic waste was cleaned, dried, cut, and weighed as much as 100 grams. Pyrolysis lasted in room temperature in 2 hours after the pyrolysis temperature was reached, i.e. 450oC. The formed smoke was condensed and weighed every 10 minutes from the first droplet until the pyrolysis time was completed. The remaining solids in the reactor were taken after the pyrolysis was completed and reactor temperature reached room temperature. The aluminum mixture was subsequently melted, molded and cooled. Experiments were repeated in various pyrolysis temperature variations (500°C, 550°C, 600°C and 650°C). The results show that the increase of pyrolysis temperature will decrease the yield of solids, while the aluminum yield remains. The obtained aluminum metal is 5.3% against the initial plastic mass in purity of 95.80%. The kinetic model representing plastic pyrolysis process is a single reaction model with the value of kinetic parameters of pre-exponential factor (A) 18.2689 min-1 and the activation energy value (E) 40.2310 kJ/mole.   Keywords: aluminum, pyrolysis, plastic wastes, temperature, kinetic parameter
Pengolahan Limbah Perendaman Karet Rakyat dengan Metode Koagulasi dan Flokulasi Menggunakan Aluminium SUlfat, Ferri Klorida, dan Poli Aluminium Klorida (PAC) Riskawanti Suwandi; Chairul Irawan; Andri Taruna Rachmadi
Biopropal Industri Vol 7, No 1 (2016)
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.735 KB) | DOI: 10.36974/jbi.v7i1.687

Abstract

Rubber is one of important commodities in Central Kalimantan with more than 220.000 tons productions in 2013. However, the rubber immersion wastewater which has been discharged into the water body becomes problem. This research aims to know the effect of Al2(SO4)3, FeCl3 and PAC as coagulant in doses 2 g/L, 4 g/L and 8 g/L to reduce COD, BOD5, TSS, TDS and color concentration of the wastewater. Jar-Test was used with rapid mixing 200 rpm for 3 minute and slow mixing 50 rpm for 10 minute then settlled for 1 hour. The results showed that PAC with the dose of 4 g/L was better in reducing the COD, BOD5 and TSS than FeCl3 and Al2(SO4)3. After coagulation-flocculation, COD, BOD5 and TSS are 37,07 mg/L, 14,29 mg/L and 24,00 mg/L, respectively. On the other hand, TDS and color value showed higher concentration than standard with 514,00 mg/L and 106,00 PtCo, respectively.Keywords: Al2(SO4)3, coagulation-flocculation, FeCl3, PAC, rubber immersion wastewater ABSTRAKKaret merupakan salah satu komoditas penting di Provinsi Kalimantan Tengah dengan total produksi lebih dari 220.000 ton di tahun 2013. Permasalahan dalam produksi karet rakyat adalah limbah cair dari perendaman karet yang biasanya dibuang langsung ke badan air. Salah satu metode pengolahan limbah cair perendaman karet adalah dengan proses koagulasi-flokulasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis dan dosis koagulan Al2(SO4)3, FeCl3 dan PAC dengan dosis masing-masing sebesar 2 g/L, 4 g/L dan 8 g/L terhadap proses pengolahan limbah perendaman karet dengan metode koagulasi-flokulasi berdasarkan parameter COD, BOD5, TSS, TDS dan warna sebelum dan sesudah pengolahan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Jar-Test pada pengadukan cepat 200 rpm selama 3 menit, dilanjutkan pada pengadukan lambat 50 rpm selama 10 menit dan pengendapan selama 1 jam. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa PAC lebih baik dalam mereduksi konsentrasi COD, BOD5, TSS, TDS dan warna. Dosis yang disarankan berdasarkan penelitian ini sebesar 4 g/L. Konsentrasi COD, BOD5, TSS, TDS dan warna limbah perendaman karet sebelum proses koagulasi dan flokulasi belum memenuhi baku mutu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-51/MENLH/10/1995. Setelah diolah, didapatkan konsentrasi COD, BOD5 dan TSS berturut-turut sebesar 37,07 mg/L, 14,29 mg/L dan 24,00 mg/L yang telah memenuhi standar baku mutu limbah cair karet tetapi pada konsentrasi TDS 514,00 mg/L dan warna 106,00 PtCO masih belum memenuhi standar baku mutu limbah cair karet sehingga perlu pengolahan lebih lanjut sebelum dibuang.Kata kunci: Al2(SO4)3, FeCl3, koagulasi-flokulasi, limbah perendaman karet, PAC
Biodegradable Foam dari Bonggol Pisang dan Ubi Nagara sebagai Kemasan Makanan yang Ramah Lingkungan (Biodegradable Foam Derived from Musa acuminate and Ipomoea batatas L. as an Environmentally Friendly Food Packaging) Chairul - Irawan; Aliah aliah; Ardiansyah Ardiansyah
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol 10, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Perindustrian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1376.242 KB) | DOI: 10.24111/jrihh.v10i1.4196

Abstract

Biodegradable foam is a packaging material intended as a substitute for styrofoam. Materials used in this study were mahuli banana (Musa acuminata) stem and nagara tubers (Ipomoea batatas L) with aim to find out the best composition material for the best physical characteristics of biodegradable foam. Prior to use in the process of making biodegradable foam, mahuli banana stem and nagara tuber were firstly pulverized to a size of 100 mesh. Then, the mahuli banana stem and nagara tubers powders were mixed with compositions of 60:40, 70:30, and 80:20; and as controls pure material was utilized. Another treatment was the addition of PVA (polyvinyl alcohol) as much as 10%v/v and no addition of PVA (UNPVA). The process of making biodegradable foam began with plasticizing on a hotplate at 150oC for 3 minutes, thermopressing, and drying in a microwave. The biodegradable foam (bio-foam) characteristics were tested with DSC and SEM as well as for its hardness and biodegradation. Based on the results of hardness test, DSC, SEM and biodegradation, the best physical characteristic was obtained from 60:40 composition with the addition of PVA. The hardness test of bio-foam with PVA and UNPVA was 4.02 MPa and 3.59 MPa, respectively. The melting point of bio-foam with the addition of PVA was 166.50 oC with heating flow of -12.38 MW whereas the melting point of bio-foam without UNPVA addition was 166.45 oC with heating flow of -16.07 MW. The result of SEM test showed that bio-foam mixed with PVA had a smaller pore compared to UNPVA. The structure of bio-foam with a smaller pore produced biodegradable foam with higher compressive strength. Biodegradation test results showed that both samples were completely degraded after ± 2 months of being deposited in the soil.
PENGURANGAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS (FREE FATTY ACID) DAN WARNA DARI MINYAK GORENG BEKAS DENGAN PROSES ADSORPSI MENGGUNAKAN CAMPURAN SERABUT KELAPA DAN SEKAM PADI Chairul Irawan; Tiara Nur Awalia; Sherly Uthami W.P.H
Konversi Vol 2, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v2i2.82

Abstract

Penggunaan  minyak goreng yang berulang- ulang dapat merubah struktur fisik dan kimia tersebut sesuai dengan komposisi dan jenis minyak. Beberapa perubahan yang terjadi pada minyak  setelah  penggorengan yaitu perubahan  warna dan  terurainya  komponen  penyusun  minyak menjadi senyawa lain yaitu Free Fatty Acid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian  campuran adsorben dalam mengurangi kadar FFA dan warna pada minyak jelantah. Adsorben yang digunakan berupa sekam padi dan serabut kelapa yang sudah diaktivasi. Adsorben dibuat dengan membakar masing-masing bahan yaitu sekam dan serabut kelapa dan diaktivasi menggunakan H3PO4 1 M. Adsorben yang diperoleh digunkan untuk mengadsorpsi minyak jelantah sebanyak 5, 10 dan 20% dari berat minyak dengan variasi komposisi campuran sekam dan serabut kelapa dengan perbandingan  30:70 ; 70:30 ; 50:50 ; 100:0 dan 0:100. Adsorben yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi minyak jelatah kemudian dilakukan proses adsorpsi minyak menggunakan pemanas dan magnetic stirrer. Proses adsorpsi berlangsung secara batch selama 60 menit pada suhu 80oC dengan kecepatan pengadukan 100 rpm. Setelah disaring, minyak jelantah  dianalisa kadar FFA, warna, densitas dan kadar air. Hasil penelitian yang maksimum untuk kondisi yang dijalankan didapatkan dengan menggunakan berat adsorben sebanyak 20%  dari berat minyak dengan perbandingan komposisi sekam dan serabut kelapa 30:70 dengan kadar FFA 0,294% dan warna 295 PtCo dengan penurunan sebesar 57,07% serta penurunan nilai warna sebesar 37,04%.Kata kunci: adsorbsi, sekam padi, serabut kelapa, FFA, dan warna minyakCooking oils that used frequently will be destructed the physical and chemical of its composition and  structure. The treatment of waste cooking oil is challenging due to the pressure of undesirable component such as FFA and colour degradation. This research  aims are investigated  the ability of mixed adsorbent  from rice husk and coir coconut fiber to reduce FFA and colour of  waste cooking oil. The adsorbent was activated with H3PO4 1 M. This adsorben use about 5, 10, and 20% of weight waste cooking oil with composition mixing adsorbent of rice husk and coir coconut fiber 30:70 ; 70:30 ; 50:50 ; 100:0 and 0:100  have  prepared. Adsorben put into beaker glass of waste cooking oil then batch adsorption  proccess  was going on about 1 hour use heater and magnetic stirrer with mixing speed 100 rpm and temperature 80oC, then  filtered  and analyzed in order of FFA, colour, density, and water content. As the result, the best dose adsorben  for maximum reduce FFA was 20% of weight waste cooking oil with composition mixing adsorbent of rice husk and coir coconut fiber 30:70 which gave FFA was 0,294% and value of colour was 295 PtCo.The effectivity reduce for FFA was 57,07% and value of colour was 37,04%.Keywords : Adsorption, Rice Husk, Coir Coconut Fiber, FFA, and Colour
POTENSI HAYATI SERAT PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) DALAM PROSES ADSORPSI KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg), TSS DAN COD PADA LIMBAH CAIR PERTAMBANGAN EMAS Chairul Irawan; Ardiansyah Ardiansyah; Naisya Hanan
Konversi Vol 3, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i1.133

Abstract

Abstrak- Aktivitas pertambangan emas di Kalimantan berpotensi menghasilkan limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) seperti merkuri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran ini salah satunya adalah dengan metode adsorpsi. Serat purun tikus mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu sekitar 40,92% sehingga dapat dijadikan sebagai adsorben. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kemampuan serat purun tikus sebagai adsorben alami, mempelajari proses pengolahan biokomposit serat purun tikus dengan material nanopartikel besi oksida,dan mengetahui pengaruh hasil penambahan nanopartikel besi oksida untuk membuat biokomposit serat purun tikus dalam upaya menurunkan kandungan logam berat Hg, Total Suspended Solid (TSS)dan Chemical Oxygen Demand(COD) pada limbah cair pertambangan emas. Serat purun tikus (PT) didelignifikasi menggunakan larutan 1% NaOH kemudian PT-D ini dibuat menjadi biokomposit dengan magnet besi oksida nanopartikel menggunakan metode one-pot solvothermal reaction. Biokomposit ini divariasi menjadi dua jenis yaitu tanpa penambahan gugus amina (PT-M) dan dengan penambahan gugus amina (PT-MA). Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari uji Scanning Electron Microscopic(SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD). Proses adsorpsi dilakukan selama 8 jam dengan kecepatan pengadukan 150 rpm. Analisa setelah adsorpsi menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) untuk uji kadar Hg, metode titrimetri untuk COD, dan metode gravimetri untuk TSS.Hasil adsorpsi merkuri (Hg), COD, dan TSS paling optimum pada pH 7 dengan keefektifan masing-masing sebesar 65,04%, 80%, dan 81,25%. Kapasitas adsorpsi maksimum PT-D, PT-M, dan PT-MA terhadap Hg masing-masing sebesar 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, dan 6,911 mg/g. Penambahan magnet besi oksida nanopartikel dapat memperbesar kemampuan adsorben serat purun tikus. Kata Kunci : adsorpsi, biokomposit, merkuri, PT, COD, TSSAbstract- Activity of gold mining in Kalimantan potentially can give waste that include into  “Bahan Beracun Berbahaya (B3)” such as mercury. An effort to make out this  contamination is adsorption method. Eleocharis dulcis contain high amount of cellulose, about 40,92% so it can be used as an adsorbent. The purpose of this research are studying the capability of eleocharis dulcis as a natural adsorbent, studying the process of biocomposite making from eleocharis dulcis with iron oxide nanoparticle, and studying  the influent of result iron oxide nanoparticle added to biocomposite in order to make a lower amount of heavy metal mercury (Hg), Total Suspended Solid (TSS) dan Chemical Oxygen Demand (COD) in waste water of gold mining. Eleocharis dulcis (PT) through     delignification process use 1% NaOH solution and then  the PT-D is made to become biocomposite with iron oxide nanoparticle apply “one-pot solvothermal reaction” method. The biocomposite have two variation: without amina cluster added (PT-M)  and with amina cluster added (PT-MA). It’s characterization are consist of Scanning Electron Microscope (SEM) and X-Ray Diffraction (XRD). Adsorption process is applied for 8 hours with mixing rate is 150 rpm. Analysis after adsorption process including three methods: AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) method for Hg analysis, titrimetric method for COD, and gravimetric method for TSS.  The result of adsorption process for mercury (Hg), COD, and TSS are optimally at pH 7 which the value of their effectiveness are 65,04%,  80%, and 81,25%. The maximum amount of Hg  adsorption capacity for PT-D, PT-M, and PT-MA respectively are 6,504 mg/g, 6,984 mg/g, and 6,911 mg/g. The addition of iron oxide nanoparticle can increase adsorben capability of eleocharis dulcis. Keywords : adsorption, biocomposite, mercury, PT, COD, TSS
Co-Authors A. Mourad, Khaldoon Abdi Fithria Abubakar Tuhuloula Agita Purnawilda Agita Purnawilda Agus Mirwan Agus Mirwan Agus Mirwan Akhmad R Saidi Al-Muttaqii, Muhammad Aliah aliah Amalia Enggar Pratiwi Ammara Ulfa Azizah Andika Putri Paramita Andri Taruna Rachmadi Andri Taruna Rachmadi, Andri Taruna Anisa Purwanti Aproditha Yulianingtias Ardiansyah Ardiansyah ARDIANSYAH ARDIANSYAH Ardiansyah Ardiansyah Asnia, Mira Aulia Rahma Ayu Ratma Sari Bibin Bintang Andriana Danang Biyatmoko Danang Biyatmoko, Danang Dwi Rasy Mujiyanti Emil Zacky Effendi Erdina Lulu Atika Rampun Fatyasari Nata, Iryanti H.D Lasari, Hadrianti Hesti Wijayanti Hesti Wijayanti Husaini Huzairi Huzairi Iryanti Fatyasari Nata, Iryanti Fatyasari Jefriadi Jefriadi Khoiroh, Ianatul Laily Khairiyati Lenie Marlinae Lenie Marlinae Loveana Brena Honesty, Loveana Brena M. Ratodi Mahmud Mahmud Maimunawaro Maimunawaro Marisa, Rosmasari Maulana Wahyu Noor Ramadhan Meda Nur Anisa Megayulia Nooryaneti Meilana Dharma Putra Melinda, Rizani Aulia Mira Asnia Misnawati Misnawati Mu'minah, Ridhayanti Muhammad Abrar Firdausy Muhammad Daffa Salaahuddin Muhammad Jauhar Mahdi Muhammad Sadiqul Iman Muthia Elma Naisya Hanan Naisya Hanan, Naisya Nata, Iryanti Naufal, Allam Nino Rinaldi Norhasanah Norhasanah Norhasanah Norhasanah, Norhasanah Nuryati Nuryati Paramita, Andika Putri Primata Mardina Purnawilda, Agita Purwanti, Anisa R Saidi, Akhmad Rachmad Edo Syafutra Ridhayanti Mu'minah Ridhayanti Mu'minah Rinna Juwita Rinny Jelita Riskawanti Suwandi Riskawanti Suwandi, Riskawanti Rizani Aulia Melinda Rodiansono Rodiansono Rosmasari Marisa Sari, Ayu Ratma Sazila Karina Rahman Setiawan, Muhammad Fazar Sherly Uthami W.P.H Sherly Uthami W.P.H, Sherly Uthami Syamsul Arifin Syamsul Arifin Sylvera Bella Priscilla Tiara Nur Awalia Tiara Nur Awalia, Tiara Nur Tien Zubaidah Waskito, Agung Yudhi Christian Hariady Yulia Vinataningsih Yulian Firmana Arifin Yuliana Ningsih Yulianingtias, Aproditha Yustia Wulandari Mirzayanti