Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Pendampingan Perancangan Eksterior Menara Masjid Baiturrohiem di Perum Wisma Kedung Asem Indah Kharismawan, Rabbani; Soemardiono, Bambang; Mahendra, Angger Sukma; Nugroho, Setyo; Septanti, Dewi; Sumartinah, Happy Ratna; Sudarma, Erwin; Krisdianto, Johanes; Muchlis, Nurfahmi; Defiana, Ima
Sewagati Vol 8 No 2 (2024)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j26139960.v8i2.818

Abstract

Menara masjid telah lama digunakan sebagai tanda dan alat untuk menunjukkan keberadaan masjid dalam suatu lingkungan. Selain membantu menyuarakan adzan, menara juga berfungsi sebagai elemen yang meningkatkan keindahan visual sebuah masjid. Walaupun Masjid Baiturrohiem telah mengalami pengembangan besar sejak tahun 2010, namun masih belum memiliki menara yang mencerminkan dengan baik keagungan masjid saat ini. Oleh karena itu, pada tahun 2020, dimulai upaya untuk memulai pembangunan menara yang lebih representatif. Sayangnya, hingga saat ini, tim Takmir dan panitia pembangunan masih belum memiliki dokumen arsitektural yang diperlukan untuk mendukung penyelesaian proyek pembangunan menara ini. Proses ini dimulai dengan melakukan survei lokasi, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan dan akhirnya disusul dengan pembuatan gambar kerja yang dibutuhkan. Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan pendampingan perancangan dalam eksterior Menara Masjid Baiturrohiem hingga menghasilkan dokumen rancang yang akan diserahkan ke panitia Pembangunan Menara masjid untuk dijadikan acuan dalam desain eksterior Menara. Dengan demikian, perancangan eksterior menara masjid ini diharapkan akan memberikan kebanggaan warga Perum Wisma Kedung Asem Indah di masa depan.
Evaluasi Adaptasi Kondisi Termal Gereja Cagar Budaya di Lingkungan Tropis Perkotaan (Studi Kasus: GPIB Immanuel Kota Malang) Samodra, FX Teddy Badai; Ekasiwi, Sri Nastiti Nugrahani; Antaryama, I Gusti Ngurah; Defiana, Ima; Sudarma, Erwin
Sewagati Vol 8 No 3 (2024)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j26139960.v8i3.1028

Abstract

Selaras dengan salah satu tujuan dari pembangunan berkelanjutan dalam bidang pemukiman (habitation), yaitu membangun kota dan permukiman yang inklusif, sehat, aman, awet, dan berkelanjutan, maka kualitas lingkungan yang baik menjadi penting. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) Immanuel Kota Malang merupakan bangunan cagar budaya yang berada di daerah beriklim tropis lembap, di lingkungan perkotaan padat bangunan. Tujuan dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah menyelesaikan permasalahan yang disampaikan oleh Mitra GPIB terkait kondisi tempat ibadah yang tidak nyaman secara termal. Metode pengabdian pada masyarakat dilaksanakan dengan pengukuran, simulasi/ perhitungan, dan analisis termal eksisting yang diselesaikan dengan pemasangan pengkondisi udara, namun masih ada keluhan penataan yang harmonis dan estetis. Hasil dari kegiatan ini berupa rancangan usulan perbaikan kondisi lingkungan di ruang ibadah. Seiring dengan program pengembangan sarana dan prasarana ibadah sebagai bangunan cagar budaya, peningkatan kondisi lingkungan diutamakan dengan mempertahankan kualitas sebagai bangunan yang dilindungi pemerintah.
Visual Environment Aspects of Public Building Design for People with Down Syndrome Chalim, Tania; Hayati, Arina; Defiana, Ima
Indonesian Journal of Disability Studies Vol. 10 No. 2 (2023)
Publisher : The Center for Disability Studies and Services Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijds.2023.10.02.4

Abstract

Down syndrome is a trisomy genetic disorder resulting in cognitive delays in the fetus. Cognitive impairment in Down syndrome affects short-term memory and motor impairment due to the characteristic hypotonia of the muscles. People with Down syndrome tend to be visual learners. Through visuals, they are easier to remember and repeat. Visual memory in Down syndrome is better than auditory memory in receiving information. Therefore, the visual environment aspect is presented as a facility in architectural element designs to improve cognition, memory, and motor skills in the wayfinding orientation stimulus. Aspects of the visual environment are offered to stimulate the sensory vision repeatedly. Sensory architecture has a role in activating the body in receiving information, exploring the world, providing taste, and forming social relationships. This paper aims to discuss the design of the visual environment in stimulating the sensory vision of people with Down syndrome to facilitate wayfinding orientation. Visual environment design through colours, patterns, materials, and light are presented as tools to activate visual understanding in responding to and remembering wayfinding orientations. Aspects of the visual environment are communication and encouraging physical activity for users.
Persepsi Penghuni terhadap Tingkat Kenyamanan Termal Hunian dengan Konteks Desain Bioklimatik Fathan, Nurfadilah; Akbar, Rasyid Fauzan; Jaya, Sindyarti Mulia; Defiana, Ima
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 25 No. 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v25i1.11989

Abstract

Hunian merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Untuk itu tingkat kenyamanan hunian sangat penting bagi penghuninya. Keadaan lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi tingkat kenyaman hunian. Studi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian hunian dengan lingkungan sekitar berdasarkan konteks desain bioklimatik dan persepsi termal penghuni terhadap kenyamanan hunian. Untuk mengetahui hubungan tersebut, studi ini mengambil tiga kasus dari wilayah yang berbeda di provinsi Jawa Timur. Hunian terpilih berada di Kota Malang, Kota Sidoarjo dan Kota Batu. Meskipun berada di wilayah provinsi yang sama, ketiga wilayah tersebut memiliki keadaan lingkungan yang berbeda antar satu sama lain. Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengambilan data berupa observasi terhadap tiga hunian dan kuisioner kepada penghuni. Berdasarkan analisis diketahui bahwa hunian yang memenuhi aspek desain bioklimatik dapat menigkatkan kenyamanan termal pada hunian yang diketahui melalui persepsi dari setiap penghuni.Housing is one of the human needs. Thus, the level of residential comfort is important for its occupants. The condition of the surrounding environment is one of the main factors that can influence the level of residential comfort. Therefore, this study was conducted to determine the suitability of residences with the surrounding environment based on the bioclimatic design context and occupants' thermal perceptions. This study took three cases from different areas in Jawa Timur province. The selected residences are in Malang City, Sidoarjo City, and Batu City. Even though they are in the same province, these three regions have different environmental conditions. This study uses a descriptive qualitative method while using tactics i.e., observations of three residences and questionnaires to the residents for data collection. It shows that residences that fulfill bioclimatic design aspects can increase thermal comfort, which is identified through the thermal perception of the occupant.
Persepsi Pengguna terhadap Implementasi Prinsip Desain Biophilic dalam Rancangan Bangunan Kos Keputih di Surabaya Hakim, Muhammad Naufal; Rifti, Salsabila Melka; Samudera, Muhammad Daffa; Defiana, Ima
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 25 No. 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v25i1.11988

Abstract

Biophilic design principles emphasize the relation between human, nature, and building to improve the quality of built environment. Nowadays, the availability of communal space as workplace in co-living building has become a common need. In Surabaya, Andy Rahman is one of the architect who expresses his concern about this phenomenon by designing co-living building with workplace, while prioritize local design and natural system. The objects of this study are three co-living building that are designed by Andy Rahman, located in Keputih, Surabaya. This study aims to describe how users experience and perceive the elements of biophilic design within the objects of study case. This research implements qualitative strategy to examine user’s perception of biophilic design principles in the design of each co-living building. Qualitative methods purports to describe the real life conditions of research subject. The data are collected by observation and interviews. The participants consist of university students that each have lived in the study case building for at least a year. The analysis is carried using the theory of biphilic design patterns and interior elements of biophilic design. The results show that there is an incremental changes among the object of the study regarding the quantity of perceived aspect. However, the results show that all three building designs are dominated by the sampe aspects. Moreover, the results indicates that the participants have different abilities in associating each design parameter
Nature-Connection: Analisis Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Elemen Biophilic Architecture pada Rumah Tinggal Permana, I Made Dwi; Prihartini, I Gusti Ayu Agung Manik; Kuncoro, Denok Estu; Defiana, Ima
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.9138

Abstract

Masifnya pembangunan di bidang arsitektur menyebabkan berkurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau, baik di lingkup perkotaan maupun rumah tinggal. Minimnya ruang terbuka hijau dapat berdampak buruk pada lingkungan alam dan kesejahteraan manusia, dimana hubungan kedua aspek tersebut semakin terpisah. Biophilic architecture menjadi sebuah pendekatan desain arsitektur yang mampu menghubungkan antara lingkungan alam dan manusia, khususnya dalam lingkup rumah tinggal. Penelitian bertujuan untuk menganalisis elemen biophilic architecture dan memberikan usulan desain untuk penerapan ruang terbuka hijau sebagai bentuk nature connection pada hunian rumah tinggal. Terdapat tiga rumah tinggal yang dijadikan objek penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer meliputi observasi, sketsa, foto dokumentasi dan data sekunder meliputi studi literatur tentang biophilic architecture. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga studi kasus telah menunjukkan karakteristik dari biophilic architecture dan usulan desain terkait kekurangan yang ada pada aspek ruang terbuka hijau pada pekarangan masing-masing rumah. --------------------------------------------------------------------------------------------The massive development in the field of architecture has reduced the availability of green open spaces, both in urban and residential areas. The lack of green open space causes a negative impact on aspects of the natural environment and human welfare, where the connection of that aspects are increasingly separated. Biophilic architecture is an architectural design approach that is able to connect between the natural and human environment, especially in the housing sphere. This study aims to analyze aspects of biophilic architecture and provide design suggestions for the application of green open spaces as a form of natural connection to residential homes. There are three residential houses that are used as research objects. The research method used is a qualitative descriptive approach. Data collection was carried out by collecting primary data in the form of observations, sketches, photo documentation and secondary data in the form of literature studies on biophilic architecture. The results of the research show that the three case studies have shown biophilic architectural characteristics and design proposals related to the deficiencies that exist in the aspect of green open space in the yard of each house.
Arsitektur Biofilik sebagai Konteks pada Workspace-Residential Hybrid Shabri, Sayyidah Rafi Dianya; Audina, Shafira Zulfa; Ramma, Zwasty Paskahlia; Jingga, Azharine Purwa; Defiana, Ima
Mintakat: Jurnal Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Architecture Department University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/jam.v24i1.9139

Abstract

Fenomena Work from Home adalah perubahan perilaku dan kebutuhan manusia yang paling terlihat semenjak pandemi Covid-19. Kebutuhan manusia akan tempat tinggal sekaligus menjadi tempat kerja meningkat akibat pembatasan individu untuk keluar dari rumah. Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena tersebut dan bertujuan untuk mengkaji kebutuhan individu terhadap hibridisasi rumah tinggal dengan workspace sebagai salah satu upaya adaptasi pasca pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan membandingkan kondisi eksisting beberapa rumah hunian dari beberapa kota berbeda yang mengalami dampak dari masa pandemi Covid-19 dan memerlukan workspace sebagai area bekerja di dalam rumah. Penelitian ini melakukan evaluasi beberapa rumah tinggal dan mengusulkan konsep workspace-residential hybrid dengan pendekatan arsitektur biofilik, yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hybrid workspace pada masa pasca pandemi.--------------------------------------------------------------------------------------------The phenomenon of Work from Home is the most visible change in human behavior and needs since the post-Covid-19 pandemic. The human need for a place to live which is also becoming a place to work has increased due to restrictions on individuals leaving their homes. This research was conducted based on this phenomenon and aims to examine individual needs for hybridization of residential homes and workspaces as an effort for adaptation after the Covid-19 pandemic. This study uses a descriptivequalitative method by comparing the existing conditions of several residential houses from several different cities that have experienced the impact of the Covid-19 pandemic and require a workspace as an area to work at home. This research resulted in an evaluation of several residential houses and the concept of a hybrid workspace and residential with a biophilic architectural approach which is expected to be able to meet the needs of a hybrid workspace in the post-pandemic.
KINERJA TERMAL ARSITEKTUR VERNAKULAR SUKU OSING BERDASARKAN TIPE ATAP Rizka, Hablana; Defiana, Ima; Noerwasito, V. Totok
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6 No 3 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: The traditional house of the Osing Tribe is one of the various vernacular architectures of East Java. Precisely located in Kemiren Village, Banyuwangi Regency at an altitude of 170 meters above sea level, which is included in the low topography of a humid tropical climate with a very high humidity average of about 85%, and an average temperature of 27 ° C, so that it can affect the comfort of the building. This house has three unique types of roofs. The three types of roofs include Tikel Balung, Cecorogan, and Baresan. The Osing traditional house developed from community traditions and took advantage of local potential, including existing technology, materials, and knowledge. However, it is not yet known which type of roof is more efficient in its responsiveness to outside air temperature. This study aims to determine the type of roof of the Osing building that can reduce temperature or respond to current air temperature conditions. This study uses the simulation method. The simulation method is used in this study to examine the thermal performance of several types of roofing envelopes using the Design Builder software version 7. The final results of this study indicate that the vernacular house with the Tikel Balung roof type is better able to reduce the temperature or respond to current air temperature conditions than the Tikel Balung roof type in other types of roof models.Abstrak: Rumah adat Suku Osing merupakan salah satu dari berbagai arsitektur vernacular Jawa Timur. Tepatnya terletak di Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi pada ketinggian 170 mdpl yang termasuk dalam topografi rendah beriklim tropis lembab dengan rerarta kelembaban sangat tinggi sekitar 85%, dan rerata suhu 27°C sehingga dapat mempengaruhi kenyamanan bangunan. Rumah ini memiliki tiga tipe atap yang unik. Tiga tipe atap tersebut meliputi, Tikel Balung, Cecorogan, dan Baresan. Rumah adat Osing berkembang dari tradisi masyarakat dan memanfaatkan potensi setempat, meliputi teknologi, material, dan pengetahuan yang ada. Namun belum diketahui tipe atap mana yang lebih efisien dalam responsifitasnya terhadap suhu udara luar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe atap bangunan Osing yang paling mampu menurunkan suhu atau merespon kondisi suhu udara saat ini. Penelitian ini menggunakan metode simulasi. Metode simulasi digunakan pada penelitian ini untuk mengkaji kinerja termal pada beberapa tipe atap selubung bangunan dengan menggunakan software Design Builder versi 7. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa rumah vernakular dengan tipe atap Tikel Balung lebih mampu menurunkan suhu atau merespon kondisi suhu udara saat ini dibandingkan tipe model atap lain.
PENGARUH FASAD KACA DENGAN MATERIAL PCM TERHADAP SUHU INDOOR PADA HIGH RISE APARTMENT Evitasari, Litani; Defiana, Ima; Badai Samodra, FX Teddy
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2023
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In recent years, the selection of building envelope designs frequently using fabricated materials. Glass is commonly chosen because it can make the façade of building more aesthetic and also it’s installation is quite fast. On the other hand, glass is a good conductor, so the heat from outside can be transferred directly into the building, causing the increase of  indoor temperature. This research try to compare combinations of glass materials and various types of PCM that can decrease indoor temperature on the high rise apartment at Surabaya, Indonesia. The purpose of this research is to propose the impact of the application of PCM material to the apartment's glass facade on the indoor temperature of the building based on thermal properties and window-to-wall ratio (WWR). This research using experiment method with the assistance of DesignBuilder software. This research showed that the value of conductivity and density have the most significant effects on decrease indoor temperature. Adding Bio-PCM to the glass facade can reduce the temperature by 2 to 4 K. Beside that, the most significant temperature decrease at 80% WWR simulation in the coldest month with the building facing east. The temperature decreased by 1.3 K. The difference in temperature that occurs in the western orientation in hottest and coldest month reaches 0.57 K.
Peningkatan Kualitas Bangunan Ramah Lingkungan pada Gedung Kantor Kecamatan dan Kelurahan Mulyorejo Surabaya Antaryama, I Gusti Ngurah; Samodra, FX Teddy Badai; Ekasiwi, Sri Nastiti Nugrahani; Dinapradipta, Asri; Defiana, Ima; Sudarma, Erwin
Sewagati Vol 9 No 3 (2025)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j26139960.v9i3.2481

Abstract

Pembangunan gedung ramah lingkungan telah digaungkan secara formal di Indonesia melalui peraturan menteri sejak tahun 2015. Untuk mendukung penerapan peraturan ini, pemerintah berinisiasi untuk menjadikan gedung pemerintah menjadi contoh penerapan prinsip bangunan gedung hijau (BGH). Salah satu gedung tersebut adalah  gedung Kementerian PUPR di Jakarta. Upaya ini mendorong gedung-gedung pemerintah lainnya untuk berpartisiapasi dalam perencanaan gedung ramah lingkungan sekaligus mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan sebagaimana tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDG). Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (abmas) ini dilakukan untuk memberikan pendampingan dalam pengembangan perencanaan bangunan ramah lingkungan. Salah satu gedung kantor kecamatan/kelurahan di Surabaya dijadikan lokus kegiatan abmas. Kegiatan abmas dilaksanakan dengan menggunakan strategi seperti perekaman bangunan dan evaluasi kinerja BGH kantor. Hasil kegiatan lapangan dianalisis dan di evaluasi serta didiskusikan dalam kegiatan focus group discussion (FGD). Kondisi gedung kantor memenuhi syarat minimum BGH dan beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan untuk meningkatkan kualitas BGH gedung kantor. Hasil abmas dalam jangka pendek dapat diimplementasikan khususnya penyesuaian/perbaikan yang tidak membutuhkan biaya besar, kegiatan membangun budaya ramah lingkungan dan dalam jangka panjang merealisasikan dalam bentuk progam fisik yang akan menjamin keberlanjutan kegiatan.