Pengelolaan dana zakat yang efisien menjadi kunci bagi Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam memastikan bahwa dana yang terkumpul dapat tersalurkan secara optimal kepada mereka yang membutuhkan. Namun, dalam praktiknya, tidak semua lembaga zakat mampu mencapai efisiensi yang ideal. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi keuangan LAZ di Kota Bandung, mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi, serta menentukan lembaga mana yang dapat dijadikan contoh atau benchmark bagi lembaga lainnya. Metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA) dengan dukungan analisis Slack Movement terhadap 25 unit pengamatan dari lima lembaga zakat selama periode 2019–2023. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya sebagian unit yang berada pada kondisi efisien penuh, dengan skor tertinggi 1.000 dan terendah 0.206. Rumah Zakat Indonesia secara konsisten menunjukkan kinerja efisien di hampir seluruh tahun, sementara Panti Yatim Indonesia Al Fajr dan Semai Sinergi Umat mengalami inefisiensi berulang yang signifikan, terutama akibat tingginya beban biaya dan rendahnya output penghimpunan. Rumah Amal dan Al-Hilal menunjukkan efisiensi yang fluktuatif, dengan beberapa tahun mengalami inefisiensi ringan. Rekomendasi perbaikan meliputi pengurangan beban biaya pada variabel input tertentu dan peningkatan output distribusi untuk mencapai efisiensi optimal. Temuan ini menegaskan pentingnya manajemen keuangan yang efektif serta alokasi sumber daya yang tepat guna meningkatkan akuntabilitas dan produktivitas lembaga amil zakat dalam menjalankan fungsi sosial ekonomi secara berkelanjutan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk pengambilan keputusan yang lebih strategis dalam pengelolaan zakat di masa mendatang.