Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Integrasi Pendidikan Matematika dan Pendidikan Islam (Menggagas Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah) M. Imamuddin; Isnaniah Isnaniah; Zulmuqim Zulmuqim; Syafruddin Nurdin; Andryadi Andryadi
AR-RIAYAH : Jurnal Pendidikan Dasar Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/jpd.v4i2.1928

Abstract

Epistemologically, science and religion can be integrated, even must be integrated. Imam Suprayogo encourages science as an integration of religious values (Islam) with General Science or Science. The integration of Islamic Education and Mathematics Education in the learning proposed in this paper is Islamic education or Islamic values contained /presented/inherent in mathematics learning. Learning mathematics by incorporating Islamic values or teachings will help facilitate teachers in conveying mathematical concepts as well as Islamic education/Islamic values to students. This integrated mathematics learning is very compatible with the characteristics of Islamic schools/madrasah. Islamic values, help improve the formation of student character in accordance with the ideals of Islam and the nation.
ANALISIS MANAJEMEN PENDIDIKAN DI SLB NEGERI 1 LIMA KAUM Vicky Rizki Febrian; Zulmuqim Zulmuqim; Himyar Pasrizal
al-fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.449 KB) | DOI: 10.31958/jaf.v7i1.1594

Abstract

This study aims to determine the application of management aspects of education in: (1) personnel and student management, (2) curriculum management, and (3) infrastructure management in Lima Kaum 1 SLB. This research is qualitative research with a case study method. Data collection techniques used are: Observation, Interview Method and Documentation. The results of the study revealed: (1) in staffing and student management, it was found that the implementation of management had been carried out in terms of routine activities, but there were still a number of things that had to be corrected namely in terms of organization, function of school leaders and businessmanship , it was found that the school had made every effort in implementing the 2013 Curriculum, but still needed proper and accurate management in its implementation at school and the development of a typical school curriculum so as to improve school quality, (3) in the management of facilities and infrastructure found that administrative management in the procurement of infrastructure facilities it is good, but still needs improvement in terms of planning procurement of facilities that are right on target and management of existing infrastructure.
LEADERSHIP MANAGEMENT OF EDUCATION AND PERSONALITY LEADERS OF INDUSTRIAL REVOLUTION 4.0 Demina Demina; Zulmuqim Zulmuqim; Marhen Marhen; Syaiful Marwan
al-fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : IAIN Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.623 KB) | DOI: 10.31958/jaf.v8i2.2616

Abstract

The industrial revolution 4.0 opened the eyes of every leader to fundamentally change, in every aspect of life. Changes and effects of the 4.0 revolution on education, progress and improvement in the quality and personality of its leaders. The development of science and technology undeniably influences the process of school organization in producing outputs that are ready to compete in the world of big data and discruptions. Responding to the challenges of the digital age, leaders need to prepare capable and skilled human resources, able to solve problems, communicate and collaborate with all lines. Teachers must get out of the mindset and safety zone for the learning process in an all-digital era and the principal is prepared externally and internally to adjust to the development of the industrial era 4.0 and distribution. The leader's personality is the total ethical appearance in leading and communicating and socializing with members of the organization.
KONSEP TAWAKKAL DALAM Q.S ALI-IMRAN (TAFSIR MAUDHU’I) SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM Oktavia Wahyuni; Zulmuqim Zulmuqim; Radhiatul Hasnah
Journal Cerdas Mahasiswa Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.322 KB) | DOI: 10.15548/jcm.v3i1.3491

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman yang keliru tentang tawakkal, tawakkalbukanlah pasrah tanpa ada usaha terlebih dahulu. Namun, yang dimaksud tawakkal adalah menyerahkan diri kepada Allah dengan penuh keyakinan setelah melakukan ikhtiar (usaha) dan mengharapkan pertolongan-Nya. Dalam Al-Qur‟an banyak dijelaskan mengenai konsep tawakkal, namun pada penelitian ini konsep tawakkal yang dijelaskan dalam Q.S Ali-Imran dan implikasinya dalam pendidikan Islam. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kepustakaan dengan menggunakan langkah-langkah tafsir maudhu‟i yaitu sebagai berikut: (1) menetapkan masalah yang dibahas, (2) menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah, (3) menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan asbab an-nuzul, (4) memahami korelasi ayat-ayat tersebut, (5) menyusun pembahasan dalam kerangka sempurna, (6) melengkapi pembahasan dengan hadis yang relevan dan (7) mempelajari ayat secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sama. Hasil dari penelitian ini adalah konsep tawakkal dalam Q.S Ali-Imran terdapat beberapa ayat dan penulis memberikan tema pada ayat tentang tawakkal yaitu: (1) perintah tawakkal pada ayat 122, (2) tawakkal setelah ikhtiar pada ayat 159-160, dan (3) Allah sebaik-baik pelindung/wakil pada ayat 173-174. Dalam Q.S Ali-Imran ini juga terdapat keterkaitan terhadap komponen pendidikan Islam, terhadap komponen pendidik, komponen peserta didik, komponen tujuan pendidikan Islam yakni menjadikan peserta didik “insan kamil” dengan bentuk taqwa, berilmu berakhlak mulia (tawakkal) dan terhadap komponen materi pendidikan Islam. Materi pendidikan Islam diantaranya pendidikan akhlak yang terbagi menjadi akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama dan lain-lain. Akhlak kepada Allah salah satunya adalah sikap tawakkal.
KOMPETENSI GURU MENURUT IBNU SAHNUN DALAM KITAB ADAB AL-MUALLIMIN DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMPETENSI GURU DI INDONESIA Desi Asmarita; Zulmuqim Zulmuqim; Muhammad Kosim
Journal Cerdas Mahasiswa Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.838 KB) | DOI: 10.15548/jcm.v3i1.3467

Abstract

Penyediaan guru yang profesional adalah hal yang sangat penting untuk mengembangkan pendidikan. Karena guru yang profesional akan memberikan layanan pendidikan dan pembelajaran yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan. Seorang guru dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik ketika guru tersebut memiliki kemampuan yang maksimal untuk menjalankan tugas dengan efektif dan efisien. Kompetensi diartikan sebagai suatu yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Adanya perbedaaan konsep kompetensi guru menurut Ibnu Sahnun dalam kitab Adab Al-Mu’allimin yang tidak terdapat pada konsep kompetensi guru di Indonesia berdasarkan  permendiknas  No. 16 Tahun 2007 menjadi salah satu hal penting diteliti untuk kemudian diketahui relevansi dari konsep kompetensi guru menurut Ibnu Sahnun dengan konsep kompetensi guru di Indonesia. Jenis penelitian ini adalah studi tokoh dengan pendekatan kualitatif berbentuk penelitian kepustakaan atau library research. Library research adalah penelitian yang membatasi kegiatannya pada bahan-bahan koleksi kepustakaan berupa buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Ibnu Sahnun sebagai salah seorang tokoh pendidikan Islam yang hidup pada zaman dinasti Abbasiyah menjelaskan tentang kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mendidik dalam sebuah kitab karangan beliau berjudul Adab Al-mu’allimin. Diantara penjelasan-penjelasan singkat terkait dengan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, spritual dan sosial. Dari penjelasan Ibnu Sahnun tersebut memiliki kesesuaian dengan kompetensi guru di Indonesia berdasarkan permendiknas No. 16 Tahun 2007 dan kompetensi guru PAI berdasarkan Keputusan Mentri Agama (KMA) No. 211 Tahun 2011. Hal yang berbeda yaitu dalam hal pemikiran Ibnu Sahnun tentang pemisahan peserta didik laki-laki dengan perempuan. Di Indonesia belum ditetapkan secara tertulis mengenai pemisahan tersebut
Profesionalisasi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Sumatera Barat Zulmuqim Zulmuqim
Murabby: Jurnal Pendidikan Islam Vol 2, No 1 (2019): Murabby Vol. 2 No. 1 April 2019
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mrb.v2i1.325

Abstract

Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan orang yang bertanggung jawab untuk mengajar, mendidik, melatih, dan mengembangkan kurikulum agar peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berilmu, dan berkarakter Islami. Untuk itu, guru PAI dituntut untuk selalu melakukan proses agar menjadi guru profesional. Sumatera Barat yang berlandaskan pada falsafah adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, maka guru tidak hanya dituntut mempunyai kompetensi pedagogis, profesional, personal, sosial, religius, dan kepemimpinan, tapi juga guru perlu mempunyai pendekatan kearifan lokal, yakni adat dan budaya Minagkabau. Untuk itu guru PAI perlu selalu melakukan profesionalisasi terhadap profesinya.
KEPRIBADIAN KONSELOR ISLAMI DALAM AL-QUR’AN SURAT AN-NAHL AYAT 125-128 Ridho Fahmi Kharisma; Zulmuqim Zulmuqim; Jum Anidar
Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami Vol 8, No 1 (2022): Januari-Juni 2022
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/atj.v8i1.2351

Abstract

Secara normatif, Al-Qur’an telah memberikan kerangka nilai dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam disiplin ilmu bimbingan dan konseling Islam. Surat An-Nahl ayat 125-128 akan menjadi cikal bakal konsep teori konseling Islam dalam membentuk pribadi seorang konselor Islami. Kandungan dan indikator-indikator yang terdapat di dalam surat An-Nahl ayat 125-128 dapat diimplementasikan dan menjadi rujukan dalam membentuk kepribadian konselor Islami. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepribadian konselor Islami dalam al-Qur’an Surat An- Nahl ayat 125-128 melalui metode content analisys (analisis isi) untuk membahas secara mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam suatu teks dengan menggunakan pendekatan sosiologis dan psikologis. Beberapa kitab tafsir yang menjadi rujukan dalam penelitian ini ialah Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Tematik Cahaya Al-Qur’an, Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Kementerian Agama RI. Hasil penelitian ini, menghasilkan bahwa dari surat An-Nahl ayat 125-128 tersebut walaupun tidak secara tekstual menunjukan kepribadian konselor, namun secara kontekstual melahirkan beberapa kepribadian dari diri Nabi yang harus didedikasikan oleh seorang konselor Islami. Seorang konselor Islami harus memiliki kepribadian yang terdapat di dalam beberapa indikator yaitu 1) Hikmah, 2) Mau’iẓātul hasanah, 3) Washbir wa mā shabruka illā billāh,; 4) Lā tahzan „alaihim, dan 5) Walladzhīna hum muhsinin.
Hakikat Pendidikan Akhlak Dan Karakter: Makna, Permasalahan dan Solusinya Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Zulmuqim Zulmuqim; M Zalnur; Devi Syukri Azhari; Zihnil Afif
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.10185

Abstract

Indikator sebuah lembaga pendidikan dikatakan maju tentu tidak hanya melihat pada tinggi rendahnya kuantitas peserta didik, melainkan juga melihat pada kualitas kompetensi yang dimiliki para peserta didik dan lulusannya, tidak hanya dari nilai akademik saja melainkan juga pada prestasi non akademik termasuk sikap dan perilaku peserta didik yang baik dan berkarakter mulia. Terkadang penulis menemukan sekolah berlabel Islam akan tetapi kurang mampu dalam membangun aspek religi para peserta didiknya. Dan jika terjadi penyimpangan norma agama, maka yang disalahkan pertama kali adalah pendidik mata pelajaran agama. Padahal sebenarnya membangun aspek religi dan menguatkan karakter peserta didik adalah tugas bersama sebagai komunitas sekolah. Pendidikan merupakan kunci dalam membentuk karakter anak sejak dini, karena hakikat pendidikan tidak hanya sebatas transfer of knowledge akan tetapi juga transfer of values, semua itu dilakukan untuk membangun karakter anak bangsa berkepribadian mulia serta menanggulangi kenakalan remaja dari berbagai penyimpangan sosial. Jika karakter individu didasari nilai-nilai agama sebagai pondasi/dasar utama maka akan lahir jiwa karakter yang kuat dan menjadi tunas bangsa yang kuat pula.
Hakikat Pendidikan Islam : Dasar, Tujuan dan Kurikulum Pendidikan Islam serta Implementasinya dalam Lembaga Pendidikan Islam Zulmuqim Zulmuqim; M Zalnur; Robi Aroka; Desman Desman
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.10322

Abstract

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar yang diperlukan manusia. Di Indonesia banyak ragam atau macam pendidikan baik secara formal, informal, non formal, pendidikan usia dini, pendidikan Agama dan lain-lain. Semua pendidikan mempunyai fungsi, tujuan dan metode-metode tertentu untuk mewujudkan suatu visi dan misi dalam sebuah pendidikan tersebut. Namun kita seringkali tidak memahami bagaimanakah tujuan pendidikan itu sendiri. Bahkan kita sebagai calon pengajar dalam pendidikan Agama kebanyakan masih belum mengetahuinya. Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas tentang dasar, tujuan dan kurikulum pendidikdn Islam serta implementasinya dalam lembaga pendidikan Islam.Mustafa al-Gulayaini bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan meresap dalam jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air.Endang Syaifuddin Anshori memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh obyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan lain-lain) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu diserta evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.Maka tujuan pokok dan utama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran Akhlak keagamaan, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan Akhlak yang mulia itu adalah tiang dari pendidikan Islam.
Analisis Filosofis Mengenai Manajemen Mutu Dalam Pendidikan Islam Dan Implementasinya Pada Pengembangan Madrasah Dan Pondok Pesantren Zulmuqim Zulmuqim; M. Zalnur; Tabrani Tabrani; Darsiah Darsiah
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.10356

Abstract

Manajemen mutu di Madrasah dan Pondok Pesantren itu, merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan, dimana unsur fungsi manajemen dipekerjakan se-efisien dan efektif mungkin, karena bantuan orang lain yang bertujuan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan pesantren, sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan serta berdasarkan atau melebihi standar yang telah ditetapkan mulai dari input, proses, sampai pada output Pendidikan, penulis menemukan, masih banyak kegagalan-kegagalan terhadap dalam implementasi manajemen mutu Pendidikan Islam di Madrasah dan di Pondok Pesantren. Konsep manajemen mutu terhadap pengembangan madrasah dan pesantren sangat berkaitan dengan kegiatan optimalisasi fungsi-fungsi manajemen dalam mengelola mutu pesantren mulai dari perencanaan strategis mutu, riset pasar, peristiwa kunci, rencana strategis, mengembangkan strategi institusional dalam jangka panjang, kebijakan mutu dan rencana mutu, biaya dan keuntungan mutu, biaya pencegahan dan kegagalan, sampai pada pengawasan dan evaluasi serta kontrol mutu.