Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Deradicalization-Based Aswajasi Education and Minagkabau Local Wisdom in Syaikh Sulaiman’s Thought Muhammad Kosim; Martin Kustati; Duski Samad
AL-TAHRIR Vol 21, No 1 (2021): Islam: Liberalism and Fundamentalism
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/altahrir.v21i1.2703

Abstract

Abstract: Religious radicalism can lead people to commit acts of violence in the form of physical and non-physical terror in the name of religious teachings. The actions can create a negative stigma about Islam in which has the nature of rahmatan lil 'alamin. One of the main causes for the emergence of religious radicalism is a narrow understanding of the religion. Therefore, religious radicalism needs to be anticipated by the deradicalization of education. The aim of the study is to analyze the thoughts of Sheikh Sulaiman Arrasuli, as one of the influential scholars in Minangkabau, focusing on the deradicalization through education based ASWAJASI and Minangkabau local wisdom. Although the term deradicalization of the education is not found in his books, his thoughts that juxtapose religious education and local wisdom of Minangkabau have relevance in efforts to deradicalize education. In his several writings, Sheikh Sulaiman Arrasuli argued that the deradicalization of education in Minangkabau was carried out by developing the understanding of Ahl al-Sunnah wa al-Jamā’ah wa Syafi’iyyah which is full of moderate and balanced teachings. In the educational process, teachers are required to have ulama-based competencies, who are ready to be role models and enlighteners for the umara, the importance of collaboration between ulama and umara, prioritizing tafaqquh fi al-din studies in madrasas, strengthening the morals of students who are devout and cultured, and implementing education without violence. The education process is based on religion and local wisdom.الملخص: يتسبب التطرف الديني في قيام شخص ما بارتكاب أعمال عنف ضد الإرهاب الجسدي وغير الجسدي باسم التعاليم الدينية. يخلق هذا العمل وصمة عار سلبية ضد تعاليم الإسلام التي هي رحمة للألمين. أحد دوافع ظهور الراديكالية الدينية هو الفهم الضيق للتعاليم الدينية. لذلك، يجب توقع التطرف الديني من خلال نزع التطرف عن التعليم. يهدف هذا البحث إلى تحليل أفكار الشيخ سليمان الرسولي، مع أنه باحثًا مؤثرًا في مينانغكابو، حول نزع التطرف عن التعليم في مينانغكابو. على الرغم من أن مصطلح إزالة التطرف في التعليم غير موجود في كتبه، فإن أفكاره التي تقارن التعليم الديني والحكمة المحلية لمينانغكابو ذات صلة بالجهود المبذولة لإزالة التطرف في التعليم. في العديد من كتاباته، وجد أن نزع التطرف في التعليم في مينانجكابو قد تم من خلال تطوير فهم أهل السنة والجماعة والسيافية المليء بالتعاليم المعتدلة والمتوازنة. في العملية التعليمية، يُطلب من المعلمين أن يكون لديهم كفاءات علمية على استعداد ليكونوا نماذج يحتذى بها ومستنير للحكومة، وأهمية التعاون بين العلماء والحكومة، ووتطرح الدراسات الدينية في المدارس، وتعزيز أخلاق الطلبة، وينفذون التعليم دون عنف. تستند عملية التعليم على الدين والحكمة المحلية.Abstrak: Radikalisme agama mengakibatkan seseorang melakukan tindakan kekerasan hingga teror fisik dan nonfisik dengan mengatasnamakan ajaran agama. Tindakan ini menimbulkan stigma negative terhadap ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Salah satu pemicu munculnya radikalisme adalah pemahaman yang sempit terhadapa ajaran agama. Karena itu radikalisme tperlu diantisipasi dengan melakukan deradikalisasi pendidikan. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pemikiran Syekh Sulaiman Arrasuli, sebagai ulama berpengaruh di Minangkabau, tentang deradikalisasi melalui pendidikan berbasis ASWAJASI dan kearifan lokal Minangkabau. Meskipun istilah deradikalisasi pendidikan tidak ditemukan dalam kitab-kitabnya, akan tetapi pemikirannya yang menyandingkan pendidikan agama dan kearifan lokal Minangkabau, relevan dengan upaya deradikalisasi pendidikan. Dalam beberapa karya tulisnya, ditemukan bahwa deradikalisasi melalui pendidikan di Minangkabau dilakukan dengan mengembangkan paham ahl al-sunnah wa al-jamaah wa syafiiyyah yang sarat dengan ajaran moderat (tawasuth) dan seimbang (tawazun). Dalam proses pendidikan, guru dituntut memiliki kompetensi berbasis ulama yang siap menjadi teladan dan pencerah umat, pentingnya kolaborasi antara ulama dan umara, mengedepankan kajian tafaqquh fi al-din di madrasah-madrasah, menguatkan akhlak peserta didik yang taat beragama dan berbudaya, serta menerapkan pendidikan tanpa kekerasan. Proses pendidikan tersebut berbasis agama dan kearifan lokal.
IMPLIKASI PONDOK PESANTREN DARUL MAKMUR TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN MASYARAKAT NAGARI SUNGAI CUBADAK KECAMATAN BASO Candra Pramukti; Muhammad Kosim
Turast: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.414 KB) | DOI: 10.15548/turast.v6i2.67

Abstract

Kehadiran sebuah Pondok Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan di tengah masyarakat tentunya memiliki beberapa dampak terhadap gaya hidup dan lingkungan sosial masyarakat itu sendiri. Sebagaimana tujuan didirikan pesantren itu sendiri, pesantren hadir dengan tujuan mampu menjadi sarana bagi masyarakat sekitar untuk lebih memahami ilmu agama lalu mengamalkannya. Pesantren Darul Makmur yang terletak di Nagari Sungai Cubadak Kecamatan Baso Kabupaten Agama Provinsi Sumatera Barat memiliki sejumlah aktivitas keagamaan yang berpusat di masjid. Dengan melakukan penelitian kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara, penelitian ini menegaskan bahwa hadirnya Pondok Pesantren Darul Makmur ini memberi penguatan terhadap sikap keberagamaan masyarakat Sungai Cubadak. Hal ini terlihat lebih aktifnya kegiatan keagamaan masyarakat dengan adanya peranan santri dalam setiap keagamaan tersebut. Selain melibatkan santri dalam kegiatan keagamaan di masyarakat, peran ulama sebagai tokoh penting dalam masyarakat Minangkabau sekaligus pimpinan pondok pesantren, menjadi faktor utama menjadikan pondok pesantren dalam membina sikap keberagamaan masyarakat.
KOMPETENSI GURU MENURUT IBNU SAHNUN DALAM KITAB ADAB AL-MUALLIMIN DAN RELEVANSINYA DENGAN KOMPETENSI GURU DI INDONESIA Desi Asmarita; Zulmuqim Zulmuqim; Muhammad Kosim
Journal Cerdas Mahasiswa Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.838 KB) | DOI: 10.15548/jcm.v3i1.3467

Abstract

Penyediaan guru yang profesional adalah hal yang sangat penting untuk mengembangkan pendidikan. Karena guru yang profesional akan memberikan layanan pendidikan dan pembelajaran yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan. Seorang guru dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik ketika guru tersebut memiliki kemampuan yang maksimal untuk menjalankan tugas dengan efektif dan efisien. Kompetensi diartikan sebagai suatu yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Adanya perbedaaan konsep kompetensi guru menurut Ibnu Sahnun dalam kitab Adab Al-Mu’allimin yang tidak terdapat pada konsep kompetensi guru di Indonesia berdasarkan  permendiknas  No. 16 Tahun 2007 menjadi salah satu hal penting diteliti untuk kemudian diketahui relevansi dari konsep kompetensi guru menurut Ibnu Sahnun dengan konsep kompetensi guru di Indonesia. Jenis penelitian ini adalah studi tokoh dengan pendekatan kualitatif berbentuk penelitian kepustakaan atau library research. Library research adalah penelitian yang membatasi kegiatannya pada bahan-bahan koleksi kepustakaan berupa buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Ibnu Sahnun sebagai salah seorang tokoh pendidikan Islam yang hidup pada zaman dinasti Abbasiyah menjelaskan tentang kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam mendidik dalam sebuah kitab karangan beliau berjudul Adab Al-mu’allimin. Diantara penjelasan-penjelasan singkat terkait dengan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, spritual dan sosial. Dari penjelasan Ibnu Sahnun tersebut memiliki kesesuaian dengan kompetensi guru di Indonesia berdasarkan permendiknas No. 16 Tahun 2007 dan kompetensi guru PAI berdasarkan Keputusan Mentri Agama (KMA) No. 211 Tahun 2011. Hal yang berbeda yaitu dalam hal pemikiran Ibnu Sahnun tentang pemisahan peserta didik laki-laki dengan perempuan. Di Indonesia belum ditetapkan secara tertulis mengenai pemisahan tersebut
PELUANG DAN TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM ERA INDUSTRI 4.0: STRATEGI MAHASISWA PAI MENJADI PENDIDIK SEJATI Muhammad Kosim
Murabby: Jurnal Pendidikan Islam Vol 2, No 2 (2019): Murabby Vol. 2 No. 2 September 2019
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mrb.v2i2.400

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang peluang dan tantangan pendidikan Islam era industri 4.0 serta strategi mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi pendidik sejati sebagai modal utama untuk menghadapi tantangan era industri 4.0. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode library research dengan pendekatan content analysis. Artikel ini menemukan bahwa era revolusi industri 4.0 bukan ditakuti, tetapi harus dihadapi dengan sikap optimis. Era industri 4.0 mengandung sejumlah peluang bagi guru untuk eksis berperan sebagai pendidik sejati dengan keteladanan yang menginspirasi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Maka mahasiswa PAI harus memandang era ini sebagai peluang emas untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam yang lebih komprehensif dan universal. Mahasiwa PAI tidak saja berpikir dan berjuang bagaimana kelak dirinya siap menjadi guru melahirkan peserta didik yang taat beribadah, tetapi lebih dari itu, menjadi guru PAI yang mencerdaskan peserta didik, teman sejawat, warga sekolah dan masyarakat agar menerapkan ajaran Islam secara kaffah dengan misi rahmatan lil ‘alamin.
Pembaharuan Kurikulum MTI Batang Kabung: Analisis Bahan Ajar Febri Malfi; sudirman; Syafruddin Nurdin; Muhammad Kosim
Arus Jurnal Psikologi dan Pendidikan Vol 2 No 2: Juni (2023)
Publisher : Arden Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembaharuan kurikulum yang dilakukan oleh MTI Batang Kabung pada aspek bahan ajar, baik bahan ajar bidang umum maupun pondok, kemudian untuk mengetahui dampak pembaharuan bahan ajar tersebut terhadap lulusan.  Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pimpinan, kepala Madrasah dan majelis guru di MTI Batang Kabung. Kemudian sumber data sekunder adalah buku-buku yang relevan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni wawancara, observasi dan studi dukumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Seiring dengan perkembangan zaman, MTI Batang Kabung mulai melakukan pembaharuan kurikulum, terutama pada aspek bahan ajar, baik mata pelajaran umum, maupun mata pelajaran pondok. Kendati melakukan pembaharuan pada aspek bahan ajar, MTI Batang Kabung tetap berpegang teguh pada sistem nilai Ahlusunnah Waljama’ah dan bermazhab Syafi’i. Pembaharuan dimulai pada tahun 2004/2005. Pada saat itu MTI Batang Kabung menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan pada tahun 2006/2007 MTI Batang Kabung menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan berubahnya kurikulum pendidikan sekarang maka PPMTI Batang Kabung juga mengikut dengan program pemerintah yaitu kurikulum 2013, selanjutnya mempersiapkan diri untuk menyesuaikan dengan kurikulum merdeka yang baru digagas pemerintah. MTI Batang Kabung bisa dikatakan sebagai pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem sekolah/madrasah. Saat ini pada bidang pelajaran pondok, kitab yang diajarkan lebih banyak daripada dahulu, yang mana dahulu hanya diajarkan beberapa kitab saja, yaitu per bidang ilmu hanya satu kitab yang diajarkan. Pada ada saat ini per bidang keilmuan, kitab yang diajarkan sudah berbagai macam dan berkelanjutan. Pembaharuan yang dilakukan oleh MTI Batang Kabung pada kurikulum, khususnya pada bahan pengajaran cukup memberikan beberapa dampak positif bagi lulusannya, diantaranya santri lebih mahir dalam pembelajaran umum, santri mampu bersaing di perguruan tinggi umum dan santri bisa melamar pekerjaan di bidang apa saja apabila telah tamat dari MTI Batang Kabung.
Perencanaan Kurikulum Dan Pembelajaran Syafruddin Nurdin; Muhammad Kosim; Tabrani Tabrani
Journal on Education Vol 6 No 1 (2023): Journal On Education: Volume 6 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v6i1.3741

Abstract

Curriculum is a set of plans and arrangements regarding objectives, content, and learning materials as well as the methods used as guidelines for organizing learning activities to achieve certain goals. The curriculum planning is expected to provide teaching and learning opportunities to foster students/students towards the desired behavior change and assess the extent to which the changes occur in students/learners and must be based on a clear concept of various things that make life better. well, the characteristics of society now and in the future, as well as basic human needs.
Model Konseptual Pesantren Ramadhan Studi Kasus pada SMK Penerbangan SPAN PADANG Herry Zulman; Syafruddin Nurdin; Muhammad Kosim
MISTER: Journal of Multidisciplinary Inquiry in Science, Technology and Educational Research Vol. 1 No. 3c (2024): JULI (Tambahan)
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/mister.v1i3c.1920

Abstract

This writing aims to modify the Ramadan training program initiated by Fauzi Bahar, former Mayor of Padang, about 20 years ago. Implementation of Ramadan 1445H at SMK SPAN Flight Padang was carried out in the same way as the previous year, took place in the campus hall in Jalan By Pass KM.10 Padang. The teaching material is prepared by the Provincial Government Team, and the main activities are carried out by the local religious teachers, with the assistance of several guiding teachers in turn. The method of writing used is library study. Out of a population of 50 people, a random sample of 10 people was taken. The data collected is expected to reveal the benefits and disadvantages of its implementation. Through observations, the author obtains data and information, which is then continued with interviews. Data and information are summarized and simplified before being analyzed and associated with literature. In conclusion, the implementation of the activities is the same as last year, without changing the system and methods, so it does not benefit the character of the participants and misconduct in society. The author proposes a more actual model change: 1. Where the activities are carried out outside the classroom. 2. The instructor is from other Flight Centres. 3. Name of Prophet's friend is used for discussion groups. 4. Use of the Sins Book of the Taruna. 5. System of reward and punishment. 6. Use of information technology during the training activities. 7. Creation of commitments seven advantages of the millennial taruna.
Peranan Syekh Musthafa Husein Nasution dalam Mengembangkan Pendidikan Islam di Tapanuli Selatan pada Abad Ke-XX Iwel Septia Damayanti; Buchari Nurdin; Muhammad Kosim
Tarikhuna: Journal of History and History Education Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/thje.v3i2.3450

Abstract

Artikel ini menjelaskan dari suatu masalah yaitu masyarakat Tanobato dan sekitar Tapanuli Selatan masih jauh dari ilmu pengetahuan agama, muncullah Syekh Musthafa Husein Nasution yang ingin mendidik masyarakat agar memiliki pengetahuan yang memadai. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Syekh Musthafa Husein Nasution lahir pada tahun 1886 M/1303 H di desa Tanobato, dari pasangan Haji Husein Nasution dan Haji Halimah diberi nama Muhammad Yatim. Waktu kecil ia di didik dan dibesarkan oleh keluarganya sendiri. Pada usia 7 tahun dimasukkan oleh ayahnya ke Sekolah Rakyat (Volk School) Kayulaut. Setelah selesai di jenjang pendidikan tersebut Muhammad Yatim belajar kepada Syekh Abdul Hamid.Karena orang tuanya lebih cenderung untuk belajar agama kepada Syekh Abdul Hamid.Melihat kemauan yang keras dan keiinginannya untuk mendalami agama Islam, gurunya (Syekh Abdul Hamid) menganjurkan untuk belajar ke Makkah.Hal ini sesuai dengan harapan orang tuanya (Haji Husein).Muhammad Yatim berangkat ke Makkah pada bulan Rajab 1319 H (1900 M). Pada tahun 1912 kembali dari Makkah ke Purbabaru mendirikan madrasah yang diberi nama Madrasah Musthafawiyah. 
Development of Android-Based Handout Learning Media for Fiqh Subjects at Madrasah Aliyah Juwi Chahnia; Muhammad Kosim; Rehani Rehani
Murabby: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7, No 1 (2024): Murabby Vol. 7 No. 1 April 2024
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mrb.v7i1.3474

Abstract

This article aims to design the development of teaching materials in the form of Android-based handouts on Fiqh material about Usury, Banks and Insurance for class This research uses the Research and Development (R&D) method. through the 4-D development model (define, design, develop, dissemination), namely a research method that produces learning products starting with needs analysis, product development, product evaluation, product revision and distribution. However, in this research the author limited the use of the method to only the development stage. The results of this research show that in analyzing material on Riba, Banking and Insurance need to be added, such as a discussion of online loans because of the demands of learning outcomes, and also added to the material such as deepening the discussion of the arguments for usury. After the material has been analyzed, it is necessary to design the material that will be included, then systematically handout, and design the research instruments. The instruments used are validation sheets and FDG. The results of the validation show that the suitability aspect of the content presented can be said to be valid with a score of 3.10. Then the language suitability aspect can also be said to be valid with a score of 3.06. And the graphic suitability aspect can also be said to be valid with a total score of 3.02..