Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK SUKU CADANG PABRIK PADA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA DENGAN PENDEKATAN HOUSE OF RISK Wildan Zaki; Muhammad Zakaria; Cut Ita Erliana; Meutia Fadilla
Industrial Engineering Journal Vol 11, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53912/iej.v11i2.949

Abstract

Dalam menjaga kinerja pabrik pupuk salah satunya dibutuhkan ketersediaan suku cadang. Sehingga proses pengadaan suku cadang yang dijalankan perusahaan haruslah efektif dan efesien. Kompleksitas aktifitas supply chain proses pengadaan suku cadang yang melibatkan banyak pihak dan ketidak-pastian yang terjadi dalam perubahan secara berkala yang sangat cepat tidak menutup kemungkinan timbulnya kejadian risiko yang berdampak negatif dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan kejadian risiko, agen risiko dan aksi mitigasi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah House of Risk (HOR) untuk mendapatkan kejadian risiko, agen risiko dan merancang aksi mitigasi untuk agen risiko prioritas berdasarkan nilai Aggregate Risk Potential (ARP) yang dapat menekan munculnya agen risiko. Dari hasil penelitian diperoleh 25 kejadian risiko dan 25 agen risiko. Agen risiko prioritas berdasarkan nilai ARP tertinggi sebanyak 8 agen risiko yang memberikan dampak 81,88% munculnya kejadian risiko. Terdapat 10 aksi mitigasi risko yang dapat menekan munculnya agen risiko dalam rantai pasok proses pengadaan suku cadang.
Design of Safe and Quality Potato Chips Product Packaging Using Quality Function Deployment Method Azwar Harahap; Muhammad Zakaria; Syukriah Syukriah; Meutia Fadilla
International Journal of Engineering, Science and Information Technology Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Department of Information Technology, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52088/ijesty.v3i2.430

Abstract

Packaging serves as a food storage system that protects food and goods from natural processes and facilitates ease of transportation. This study aimed to address the problems related to cassava chip packaging, such as inappropriate sizes and packages that are prone to breaking, by applying Quality Function Deployment (QFD) in designing packaging that meets food safety and quality. Through interviews with customers, the study confirmed the existence of packaging problems and the dissatisfaction expressed by customers regarding the product packaging. QFD was employed to determine consumer needs and desires for a product design that conforms to quality characteristics and technical requirements. The study also used a consumer assessment questionnaire to identify the most important product attributes and design requirements that meet consumer expectations. The study found that rectangular packaging shapes, bright colored primary packaging colors, polypropylene plastic packaging materials, the location of the logo on the packaging in the middle of the package square, four, light color, and an image of sweet potato chips on the logo are factors that influence product packaging design that meets food safety and quality. This study's findings can be useful for practitioners and researchers in designing packaging that meets consumer expectations, as well as for promoting food safety and quality.
Khitanan Massal Bagi Anak-Anak Kurang Mampu Di Mesjid Babul Huda Lhokseumawe Diana Khairani Sofyan; Muhammad Zakaria; Amri Amri; Fatimah Fatimah; Trisna Trisna; Taufiq Taufiq
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 2 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v4i2.939

Abstract

Khitan merupakan prosedur bedah tertua, dimana Agama, budaya, medis, dan kesehatan masyarakat sudah menyatakan bahwa khitan menjadi alasan penting bagi kesehatan. Khitan dilakukan untuk alasan agama dan mengurangi risiko infeksi penyakit kelamin. Khitan merupakan salah suatu kewajiban bagi umat yang beragama islam yaitu umat muslim,  Dinyatakan sebagai kewajiban karena telah dicontohkan dalam sunnah Rasul. Rasulullah SAW melakukan khitan pada saat berusia 7 hari, hal ini terdapat dalam Siroh Nabawiyah. Namun, di masyarakat sosialisasi khitan di Indonesia lebih banyak dilaksanakan ketika anak berusia 5 tahun atau lebih. Beberapa masyarakat tidak mampu untuk memperoleh penanganan dokter dalam hal pelaksanaan khitan. Sebagian masyarakat tidak mampu untuk melengkapi prosedur pelaksaan khitan, mulai dari biaya jasa dokter hingga biaya perawatan masa penyembuhan pasca khitan. atas dasar hal tersebut maka dilakukan pengabdian masyarakat yaitu Khitanan Massal bagi anak-anak kurang mampu. Metode kegiatan ini adalah dilakukan mulai dari pendataan anak-anak kurang mampu, pengarahan pelaksanaan khitan dan pelaksanaan khitan dan terakhir pembagian sembako bagi seluruh peserta. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa kegiatan berjalan lancar, peserta tepat sasaran yaitu anak dari keluarga kurang mampu dan tinggi nya antusias masyarakat untuk mendukung dan membantu  berjalannya program kegiatan ini
ANALISIS RISIKO ERGONOMI DI UD.MAWAR SARI M. Abdi Nur Syahputra; Muhammad Zakaria; Cut Ita Erliana
Industrial Engineering Journal Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53912/iej.v12i1.1102

Abstract

UD. Mawar Sari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan tempe. Berdasarkan hasil pra-penelitian berupa wawancara kuesioner NBM terhadap 4 pekerja penggilingan dan 8 pekerja pembungkusan didapatkan informasi berupa keluhan sakit pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko ergonomi dari segi postur kerja para pekerja. Hasil penelitian dengan menggunakan metode JSI menunjukkan nilai tingkat risiko ergonomi pada pekerja penggilingan atas nama Latep 5,06 dengan kategori tingkat risiko ergonomi dapat menimbulkan risiko(medium), atas nama Mukti dan Mun 10,13 dengan kategori tingkat risiko ergonomi berbahaya (high), atas nama Reza 3,38 dengan kategori tingkat risiko ergonomi cukup aman (low). Pada pekerja pembungkusan atas nama Ragil dan Hidayat 10,13 dengan kategori tingkat risiko ergonomi berbahaya (hard), atas nama Atul dan Fajri 6,75 dengan kategori tingkat risiko ergonomi dapat menimbulkan bahaya (medium), atas nama Riski, Rizki, Akbar dan Mulyadi 2,25 dengan tingkat risiko ergonomi cukup aman (low). Sedangkan dengan metode WERA menunjukkan nilai tingkat risiko ergonomi pada pekerja penggilingan atas nama Latep dan Reza 36 dengan kategori tingkat risiko ergonomi medium, atas naam Mukti dan Mun 41 dengan kategori tingkat risiko ergonomi medium. Pada pekerja pembungkusan atas nama Atul dan Fajri 32 dengan kategori tingkat risiko ergonomi medium, atas nama Akbar 33 dengan kategori tingkat risiko ergonomi medium, atas nama Ragil, Riski, Mulyadi 34 dengan kategori tingkat risiko ergonomi medium, atas nama Hidayat dan Rizki 35 dengan kategori tingkat risiko ergonomi medium.
ANALISIS PENGARUH WORKPLACE FLEXIBILITY, CONTINUOUS DEVELOPMENT PROGRAM DAN JOB AUTONOMY TERHADAP KINERJA KARYAWAN PERUSAHAAN RINTISAN Firstianty Wahyuhening Fibriany; Muhammad Zakaria; Flora Grace Putrianti; Riesna Apramilda; Basuki Wisnu; Susatyo Adhi Pramono
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 14 No. 1 (2025): JURNAL LENTERA BISNIS, JANUARI 2025
Publisher : POLITEKNIK LP3I JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34127/jrlab.v14i1.1426

Abstract

This study aims to analyze the effect of workplace flexibility, continuous development programs, and job autonomy on employee performance in startups. Improving employee productivity is a key component of the digital sector and growing startups. Therefore, workplace flexibility, continuous development programs, and job autonomy are essential. A quantitative approach was used in this study by surveying 200 startup employees. Multiple linear regression analysis was conducted on the collected data to determine the nature of the relationship between the independent and dependent variables. The results show that workplace flexibility contributes to improving employee performance by creating a better work-life balance. Continuous development programs play a role in improving employee skills and competencies, which contribute to more optimal performance. In addition, job autonomy allows employees to have more control over their work, which has a positive impact on work productivity and efficiency. These findings indicate that to improve employee performance, start-ups need to implement more flexible policies in work scheduling, provide continuous training programs, and provide greater autonomy to employees in carrying out their duties.
ANALISIS PENGARUH SELF-LEADERSHIP, WORKPLACE WELL BEING DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA INDUSTRI JASA Muhammad Zakaria; Andy Ismail; Tyahya Whisnu Hendratni; Flora Grace Putrianti; Adi Soeprapto; Fatimah Malini Lubis
JURNAL LENTERA BISNIS Vol. 14 No. 2 (2025): JURNAL LENTERA BISNIS, MEI 2025
Publisher : POLITEKNIK LP3I JAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34127/jrlab.v14i2.1550

Abstract

This study aims to analyze the influence of self-leadership, workplace well-being, and career development on employee engagement in the service industry. The service sector faces significant challenges in maintaining employee engagement due to the nature of the work, which demands excellent service and intensive human interaction. In this context, self-leadership is considered crucial in encouraging individual initiative and responsibility, workplace well-being plays a role in maintaining working conditions that support mental and physical health, while career development provides motivational support for employees to achieve their long-term goals. This research uses a quantitative approach with a survey method involving 100 respondents working in the service sector. The data were analyzed using multiple linear regression to examine both the simultaneous and partial effects of the three independent variables on employee engagement. The results show that all three independent variables significantly influence employee engagement, both partially and simultaneously. Self-leadership demonstrated the strongest influence, followed by workplace well-being and career development. These findings imply that improving employee engagement in the service industry can be achieved by enhancing personal leadership capabilities, creating a work environment that supports well-being, and providing clear and sustainable career development paths. This study contributes to the development of employee engagement theory in the service sector and serves as a reference for human resource managers in designing effective engagement strategies.