Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Pengaruh Penyuluhan Pola Asuh Terhadap Peningkatan Status Gizi Anak Balita Fadhialh, Tri Marta; Suparyatmo, JB.; Prayitno, Adi
Jurnal Gizi dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Penyuluhan pola asuh merupakan suatu pendekatan edukatif yang dilakukan dengan cara memberikan perhatian, menyampaikan pesan, mengajak beraktifitas dan memberikan pemikiran/solusi. Kekurangan gizi pada anak usia dibawah lima tahun (balita) antara lain disebabkan oleh pola asuh yang jelek, sehingga terjadi penurunan status gizi anak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan pola asuh (pemberian makanan sehat, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan serta perawatan saat sakit) terhadap peningkatan status gizi balita.Metode: Jenis penelitian ini adalah Pre-experimental dengan rancangan One group pre-test and post-test desain. Sampel terdiri dari balita dengan usia hingga 60 bulan (5 tahun) dengan status gizi kurang yang tinggal di Desa Bangsri dan Karang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar 1 April hingga Agustus 2013. Teknik pengumpulan data menggunakan kuestioner tentang pola asuh (pemberian makanan sehat, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, perawatan saat sakit) dan pengukuran BB/TB. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji Paired T-test dan uji Bivariate Correlation.Hasil: Ada 80 balita dikumpulkan. Sebelum konseling tercatat bahwa pemberian makanan sehat dengan 52,40 poin dan sesudah konseling dengan 89,8 poin. Praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan dengan 62,73 poin (sebelum) dan 85.42 poin (sesudah). Perawatan saat sakit dengan 55.27 poin (sebelum) dan 82,84 poin (sesudah). Dan nilai BB / TB dengan 1,30 poin (sebelum) dan 0,43 poin (sesudah). Ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pemberian makanan sehat, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, serta perawatan saat sakit (p = 0,001). Ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan pola asuh (pemberian makanan sehat, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, serta perawatan saat sakit) dengan peningkatan status gizi balita (p = 0.008).Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini adalah semakin sering dilakukan penyuluhan pola asuh (pola pemberian makanan sehat, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, dan perawatan saat sakit) semakin meningkat status gizi balita. Kata Kunci : Penyuluhan, Pola Asuh, Status Gizi, Balita
PEMBUATAN ROTI TAWAR SUBTITUSI TEPUNG UBI UNGU Fadhilah, Tri Marta
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1, No 1 (2017): JMK
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Roti Tawar merupakan roti yang terbuat dari adonan tepung terigu tanpa menggunakan telur dengan gula sedikit. Pemanfaatan bahan lokal ubi ungu pada pembuatan roti tawar bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas, tingkat kesukaan dan mengetahui kandungan antosianin. Desain eksperimen yang digunakan desain acak sempurna dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode penilaian subjektif dan objektif. Analisisi deskriptif prosentasi digunukan untuk menganalisis kesukaan dari roti tawar subtitusi tepung ubi ungu. Roti tawar yang dihasilkan terdapat adanya perbedaan kualitas yang ditinjau dari aspek warna (dalam dan luar), aroma, rasa dan tekstur. Hasil yang banyak disukai yaitu roti tawar subtitusi tepung ubi ungu 10%. Kandungan zat anthosianin dan serat paling tinggi terdapat pada roti tawar subtitusi tepung ubi ungu 30% yaitu 235,89 mg zat anthosianin dan 2,34% serat. Kesimpulan bahwa semakin banyak pemberian tepung ubi ungu pada pembuatan roti tawar maka akan mempengaruhi kualitas hasil roti tawar dan semakin tinggi kandungan zat antosianin dan serat pada roti tawar.
PERBEDAAN POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK BALITA SEBELUM DAN SETELAH PENYULUHAN POLA ASUH Fadhilah, Tri Marta
Jurnal Mitra Kesehatan Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : STIKes Mitra Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pola asuh anak berupa pengetahuan sikap dan perilaku ibu dalam kedekatannya dengan anak, seperti: pola pemberikan makanan sehat, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, serta perawatan balita sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan sebelum dan setelah penyuluhan pola asuh (pola pemberian makanan sehat, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, perawatan balita sakit) dan status gizi balita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre dan post tes dengan uji paired t-test dan uji bivariate correlatian. Hasil dari penelitian ini didapat sebelum penyuluhan pola asuh, pola pemberian makanan sehat memiliki poin sebesar 52.4, praktek kebersihan dan sanitai lingkungan memiliki poin sebesar 62.73, serta perawatan balita sakit memiliki poin sebesar 55.27. Nilai Z-skor BB/TB adalah 1.30. Setelah diberikan penyuluhan pola asuh selama 3 bulan terjadi peningkatan dalam pola pemberian makanan sehat menjadi 89.8 poin, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan menjadi 85.42 poin, serta perawatan balita sakit menjadi 82.84 poin. Nilai Z-skor BB/TB adalah 0.43 poin. Sehingga, dapat disimpulkan penyuluhan pola asuh dalam pola pemberian makanan sehat, praktek kebersihan dan sanitasi lingkungan, serta perawatan balita sakit memiliki hubungan positif dengan status gizi  balita. Kata Kunci : balita, penyuluhan pola asuh, status gizi
PENAMBAHAN BUBUK DAN BUBUR KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DALAM PEMBUATAN PUDDING Fadhilah, Tri Marta
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi Vol 20, No 2 (2021)
Publisher : Widya Mandala Surabaya Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/jtpg.v20i2.3389

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Puding merupakan salah satu jenis hidangan penutup yang banyak disukai oleh masyarakat. Pada umumnya pudding dibuat dari buah segar akan tetapi ternyata beberapa kulit buah dapat digunakan juga, salah satunya yaitu kulit buah naga. Tujuan: untuk menganalisis karakteristik, daya terima, aktifitas antioksidan dan umur simpan puding kulit buah naga. Metode: desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian experimental design yang membandingkan dua kelompok dengan penambahan bubur kulit buah naga (225 ml, 300 ml) dan bubuk (1gr, 2gr). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK). Hasil uji statistik menggunakan analisis ANOVA dan dilanjutkan dengan uji BNT didapatkan hasil adanya beda nyata pada indikator rasa, warna, aroma dan tekstur. Hasil: uji hedonik didapatkan daya terima masyarakat tertinggi pada sampel F3 (225ml bubur kulit buah naga) dengan skor warna 2,63 (suka), rasa 2,77 (suka), aroma 2,46 (suka) dan tesktur 2,46 (suka). Hasil uji aktivitas antioksidan didapatkan paling tinggi aktivitas antioksidannya yaitu sampel F2 (2gr bubuk buah naga) dengan aktivitas antioksidan 159,45 ppm. Kesimpulan: Puding kulit buah naga dapat diterima oleh masyarakat dan terdapat aktivitas antioksidan, oleh karena itu faktor pengolahan dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan. Kata Kunci : Bubuk dan bubur kulit buah naga, Puding Kulit Buah Naga ABSTRACT Background: Pudding is one of the most popular type of dessert generally made from fresh fruit, but there is pudding that can be made from some fruit skins i.e. dragon fruit skin. The purpose: to analyze the characteristics, acceptability, antioxidant activity and life span of dragon fruit skin pudding. Methods: It was an experimental design study that compared pudding with the addition of dragon fruit skin pulp (225 ml and 300 ml) and the powders (1gr and 2gr). This study used randomized block design and the results of statistical tests using ANOVA analysis and BNT test that showed a significant difference in taste, colour, aroma and texture. Result: the results of the hedonic test also showed that the highest public acceptance on F3 sample (225 ml of dragon fruit skin pulp) with score of color is 2.63, score of taste is 2.77, score of smell is 2.46 and score of texture is 2.46. The result of antioxidant activity test showed that the highest antioxidant activity was F2 sample (2gr dragon fruit powder) with 159.45 ppm. Conclusion: the conclusion of this study, the dragon fruit skin pudding it is acceptable to society and has a presence of antioxidant activity which can be affected by the producing of dragon fruit skin pudding. Kata Kunci : Powder and porridge dragon fruit peel, dragon fruit feel pudding
Penentuan Kadar Protein Albumin dalam Sampel Brownies yang Diberikan Kepada Penderita Tuberkulosis Elfira Maya Sari; Tri Marta Fadhilah
Chimica et Natura Acta Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/cna.v9.n2.34096

Abstract

Pembuatan makanan yang mengandung rasa manis sangat banyak diminati oleh beberapa orang mulai dari anak – anak, remaja, dewasa bahkan pun lansia. Salah satunya adalah brownies yang mengandung coklat dan beberapa tambahan bahan pangan lainnya dan sedikit gula sebagai penambah cita rasa. Brownies yang diolah pada penelitian ini adalah brownies yang ditambahkan bahan ikan gabus yang memiliki tinggi protein. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar protein albumin pada sampel brownies dengan alat spektrofotometer UV-VIS. Metode penelitian adalah metode bradford dimana ditambahkan reagen CBB agar terbentuk perubahan warna menjadi biru. Sampel yang diuji ada 6 sampel dimana 3 sampel ditambahkan daging ikan gabus mentah dan 3 sampel ditambahkan 3 sampel daging ikan gabus dikukus. Kode sampel diberikan mulai dari F1 – F6. Hasil menunjukkan bahwa sampel dengan kode F1 lebih tinggi kadar albuminnya dibandingkan F6 dikarenakan pada sampel tersebut ditambahkan ikan gabus mentah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kadar albumin terhadap sampel brownies yang dibuat melalui proses pengukusan ikan gabus dan pemanggangan pada sampel brownies diperoleh kadar tertingginya yaitu kode F1 (Brownies dengan ikan gabus) 459,29% dengan dan kadar terendah albumin yaitu kode F6 (brownies tanpa ikan gabus) 43,61%.Dengan kadar yang diperoleh, dapat menambah informasi peneliti untuk memberikan olahan makanan kepada penderita TBC.
Pemanfaatan tepung kulit pisang,tepung ikan lele, dan tepung umbi merah dalam pembuatan biskuit makanan tambahan anak sekolah dasar Afrinia Eka Sari; Tri Marta Fadhilah; Dinda Marizka Alvioni
Darussalam Nutrition Journal Vol 4, No 1 (2020): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v4i1.3606

Abstract

Latar Belakang: Pemanfaatan tepung kulit pisang dengan penambahan tepung ikan lele dan tepung umbi merah diharapkan dapat menjadi pilihan makanan tambahan bagi anak sekolah dasar. Tujuan: Pemilihan tepung kulit pisang bertujuan untuk meningkatkan manfaat limbah kulit pisang menjadi suatu produk pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Disamping itu pemanfaatan tepung ,lele dan umbi bertujuan untuk meningkatkan kandungan gizi dari produk biscuit tersebut. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian descriptive eksperimental dimana pada pembuatan biscuit ini ada tiga formula yang digunakan  yang merupakan perbandingan antara tepung terigu yang digunakan dengan tepung kulit pisang,dimana: Formula F1 (30% TP: 70% TT), formula 2 (20%TP:80%TT),formula 3 (10%TP: 90%TT). Hasil: bedasar uji proksimat ketiga produk tersebut tidak berbeda nyata. Kesimpulan: Berdasar uji penerimaan formula 3 lebih disukai diantara ketiga produk Background Utilization of banana peel flour with the addition of catfish flour and red sweet potato flour is expected to be an additional food choice for elementary school children. The aims of experiment to increase the benefits of banana peel waste into a food product that has high nutritional value. The use of flour, catfish and tubers aims to increase the nutritional content of the biscuit product. Method This research is an experimental descriptive study where in the making of biscuits there are three formulas used which are the ratio between wheat flour used with banana peel flour, where: Formula F1 (30% TP: 70% TT), formula 2 (20% TP: 80% TT), formula 3 (10% TP: 90% TT). Result The proximate test results of the three products are not significantly different. Conclusion: Based on the acceptance test of formula 3
Pengaruh Media Video Edukasi terhadap Peningkatan Pengetahuan Anemia pada Remaja Putri Tri Marta Fadhilah; Ferar Zidni Qinthara; Faiz Pramudiya; Firdha Safinah Nurrohmah; Haliza Putri Nurlaelani; Nita Maylina; Nuke Alfiraizy
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 5 NOMOR 1 MARET 2021 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.299 KB) | DOI: 10.30595/jppm.v5i1.9823

Abstract

Remaja yaitu penduduk yang masih tergolong dalam rentan usia 10-19 tahun. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Keadaan social ekonomi rendah seperti Pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendahserta Kesehatan lingkungan yang buruk merupakan factor yang mempengaruhi tingginya prevalensi anemia gizi besi di Inodesia. Pemberian edukasi pendidikan gizi ini dilakukan secara online pada bulan Desember 2020. Sasaran kegiatan edukasi pendidikan gizi ini adalah Remaja Putri dengan membagikan media berupa video edukasi yang berisi beberapa cuplikan dengan instrumen powtoon. Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini yaitu menggunakan metode video terkait anemia dengan instrumen powtoon dan kuesioner. Kegiatan pemberian edukasi gizi ini diawali dengan penyebaran flyer yang mencantumkan link kuesioner pre-test (Sebelum menonton video) dan link kuesioner post-test (Setelah menonton video). Pendidikan edukasi gizi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri terkait Anemia dan pentingnya mencegah Anemia. Hasil data umur responden paling banyak pada kelompok Remaja Akhir (Usia 18 - 21 tahun) yaitu 47 orang (61%). Sedangkan data asal provinsi lebih banyak pada Jawa barat yaitu 48 orang (62%). Hasil dari perhitungan statistika, data pengetahuan Anemia terhadap remaja putri menunjukan peningkatan yang signifikan dengan nilai p-value <0,05. Kesimpulan kegiatan ini adalah terdapat pengaruh peningkatan antara sebelum dan setelah diberikan pendidikan gizi melalui video pengetahuan anemia pada remaja putri.
The addition of snakehead fish (Channa Striata) and bitter ginger (Zingiber zerumbet L) to fish floss Windawati Dewi; Tri Marta Fadhilah
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 9 ISSUE 1, 2021
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/ijnd.2021.9(1).27-39

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Abon ikan merupakan jenis makanan olahan yang terbuat dari ikan yang diberi beberapa bumbu, cara pengolahannya dengan pengukusan dan penggorengan. Ikan gabus mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Lempuyang gajah dapat digunakan untuk obat gatal, perut nyeri, disentri, sesak nafas, wasir, cacing dan penambah nafsu makan. Tujuan: Untuk menganalisis skor dan uji perbedaan pada uji inderawi, uji hedonik, kadar albumin, kadar air, dan kadar abu pada abon ikan gabus dengan lempuyang gajah. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan 2 faktor 3 taraf perlakuan terdiri dari daging ikan gabus 90%, 80%, 70% dan lempuyang gajah 10%, 20%, 30%. Hasil: Hasil skor uji inderawi dari indikator aroma, tekstur, dan rasa tertinggi pada formula 1 (90% ikan gabus : 10% lempuyang gajah) dan dari indikator warna tertinggi pada formula 2 (80% ikan gabus : 20% lempuyang gajah). Sedangkan uji beda inderawi menggunakan analisis Kruskall Wallis untuk uji beda inderawi didapatkan hasil yang memiliki perbedaan signifikan yaitu aroma,tekstur dan rasa (P-Value < 0,05). Uji hedonik tertinggi di masyarakat umum termasuk dalam kategori suka (77%) dengan perbandingan  ikan gabus 70% dan lempuyang gajah 30%, sedangkan pada mahasiswa gizi termasuk dalam kategori suka (69,57%) dengan perbandingan ikan gabus 80% dan lempuyang gajah 20%. Dari hasil penelitian ini untuk kandungan albumin tertinggi pada formula 1 sebesar 2,57%, kadar air ketiga formula belum sesuai dengan SNI 01-37707-1995 dan kadar abu ketiga formula sudah sesuai dengan SNI  01-37707-1995 pada produk abon. Kesimpulan: abon ikan gabus dengan lempuyang gajah dapat diterima oleh masyarakat.KATA KUNCI: abon ikan; albumin; ikan gabus; lempuyang gajahABSTRACTBackground: Fish Floss is a type of processed food made from seasoned fish, which is processed by steaming and frying. Snakehead fish contain higher protein than other fish. Bitter ginger can be used for itching medicine, stomach pain, dysentery, asphyxiate, hemorrhoids, worm disease and appetite enhancer. Objectives: For analyzing scores and test differences in sensory test, hedonic test (preference), albumin content, water content, and ash content in Snakehead fish with the addition of Bitter Ginger.Methods: The research design that was used was experimental with 2 factors 3 treatment levels consisting of 90%, 80%, 70%  snakehead fish’ meat and 10%,20%,30% bitter ginger. Results: the result of sensory test scores from indicators of the aroma, texture, and highest test in formula 1 (90% snakehead fish: 10% bitter ginger) and from the highest color in formula 2 (80% snakehead fish: 20 % bitter ginger). Meanwhile, the sensory difference test using Kruskal Wallis analysis for sensory difference test showed that the result had significant differences such as aroma, texture and taste (P-Value <0,05). While the highest hedonic test in general public was included in like category (77%) with the ratio of  70% snakehead fish and 30% bitter ginger, in nutritional science department students were included in like category (69.57%) with the ratio of 80% snakehead fish and 20% bitter ginger. From the result of this research for highest albumin content in formula 1 was 2.57%, water content for all formulas are not appropriate with SNI 01-37707-1995 in fish floss products because it has more than 7% and ash content for all formulas are already appropriate with SNI 01-37707-1995 was less than 7%. Conclusions: Fish floss with the addition of bitter ginger can be accepted by society. KEYWORDS:  albumin; Bitter ginger; fish floss; Snakehead fish
Utilization of noni fruit (Morinda citrifolia L) and green tea (Camellia sinensis) on herbal tea drinks for diabetes mellitus Usman Muhammad Budianto; Tri Marta Fadhilah
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 9 ISSUE 2, 2021
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/ijnd.2021.9(2).57-67

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Teh herbal merupakan salah satu produk minuman campuran teh dan tanaman herbal yang memiliki khasiat dalam membantu pengobatan suatu penyakit. Teh herbal umumnya campuran dari beberapa bahan yang biasa disebut infusi/tisane. Infusi/tisane terbuat dari kombinasi daun kering, biji, kayu, buah, bunga dan tanaman lain yang memiliki manfaat.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik inderawi, mutu dan kandungan aktivitas antioksidan, serta penerimaan masyarakat terhadap produk teh herbal.Metode: Desain penelitian ini adalah true eksperimental design yang diambil secara acak di Kota/kabupaten Bekasi. Jumlah sampel yang digunakan adalah 35 panelis dengan menggunakan kuesioner hedonik (kesukaan) dan organoleptik. Teh herbal diformulasikan dalam bentuk konsentrasi yaitu F1 (buah mengkudu kering 0,4 gr, teh hijau 1,6 gr, stevia 1 gr), F2 (buah mengkudu kering 0,7 gr, teh hijau 1,3 gr, stevia 1 gr), dan F3 (buah mengkudu kering 1 gr, teh hijau 1 gr, stevia 1 gr). Perbedaan antara formula dianalisis menggunakan Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan menggunakan Mann Whitney dan daya terima diuji oleh pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan DPPH.Hasil: Hasil menunjukkan bahwa analisis perbedaan kualitas teh herbal indikator rasa menunjukkan ada perbedaan F1 dengan F2 dan F1 dengan F3 dari hasil uji statistik didapatkan nilai p< 0,05. Uji aktivitas antioksidan pada teh herbal paling tinggi yaitu F2 sebesar 33,6%. Kualitas teh herbal tidak sesuai dengan SNI dengan kadar air >8%, sedangkan kadar abu sesuai dengan SNI sebesar <8%. Daya terima pada teh herbal paling banyak memilih F2.Kesimpulan: Teh herbal yang terdiri dari buah mengkudu, teh hijau dan daun stevia dapat di terima oleh masyarakat.KATA KUNCI: aktivitas antioksidan; buah mengkudu; teh herbal; teh hijauABSTRACTBackground: Herbal tea is one of the products of mixed tea and herbal plants that have the efficacy in helping the treatment of a disease. Herbal tea is generally a mixture of some ingredients commonly called infusion/Tisane. Infusion/Tisane is made from a combination of dried leaves, seeds, wood, fruit, flowers and other plants that have benefits. Objectives: The research aims to determine the difference in the characteristics of the sensing, quality and content of antioxidant activity, as well as the public acceptance of herbal tea productsMethods: The design of this research is True experimental design taken randomly in the city/Regency of Bekasi. The number of samples used are 35 panelists with a hedonic (favorite) and organoleptic questionnaire. Herbal tea is formulated in the form of concentration F1 (dried noni fruit 0.4 gr, Green tea 1.6 gr, stevia 1 gr), F2 (dried noni fruit 0.7 gr, Green tea 1.3 gr, stevia 1 gr), and F3 (dried noni fruit 1 gr, green tea 1 gr, stevia 1 gr. Differences between formulas are analyzed using Kruskal-Wallis and in continued with Mann-Whitney, while the receiving power is tested by calculating the score. Measurement of antioxidant activity using DPPH test.Results: Results showed that the quality difference analysis of herbal tea indicator flavor indicates there is a difference of F1 with F2 and F1 with the F3 of the statistical test results obtained the value P < 0.05. Test the antioxidant activity in the highest herbal tea is F2 by 33.6%. The quality of herbal tea is not in accordance with SNI with water content > 8%, while ash content corresponds to SNI of < 8%. Power Accept on herbal tea most select F2.Conclusions: The herbal tea consisting of noni fruit, green tea and stevia leaves can be received by the communityKEYWORDS: antioxidant activity; green tea; herbal tea; Noni fruit
OPTIMALISASI PEMBUATAN BROWNIES IKAN GABUS Tri Marta Fadhilah
Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman Vol 4 No 1 (2020): JURNAL GIZI DAN PANGAN SOEDIRMAN
Publisher : Program Studi Ilmu Gizi, Jurusan Kesmas Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.289 KB) | DOI: 10.20884/1.jgps.2020.4.1.2575

Abstract

Cork fish contains a lot of albumin compared to other freshwater fish, male cork fish albumin content of 6,7%, lower than female cork fish that have albumin 8,2%, are general brownies are made from flour, however, some have added fish to making brownies such as catfish and tilapia, but no one has added cork fish to make brownies, this study aims to determine to difference in sensory characteristics, the quality and content of albumin as well as the community's acceptance of brownie products. The design of this research is descriptive experimental design consisting of 2 factors: the proportion of the addition of cork fish consisting of 3 levels (60 grams, 80 grams, 100 grams), with the cork steaming process and the process without steaming cork fish. The results of this study are the average characteristics of brown, not fish-scented, not fishy and soft-textured. Brownie products that have significant differences both in terms of color, aroma, taste and texture are brownie samples with the addition of 100 grams of raw and 100 grams of steamed. The albumin content test for the addition of cork fish brownies which had the highest albumin content was found in the 100 gram raw cork fish addition brownie sample that was equal to 459.29% w / w. The results of the quality of brownie products are in accordance with SNI with the quality of water content <40% and ash content <3%. The acceptance of brownie products is that most people choose brownies with the addition of steamed cork 60 grams. The conclusion is cork fish brownies are acceptable to the public and contain high albumin.