Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

RESPONSIVITAS KEBIJAKAN LOKAL DALAM MENGHADAPI DINAMIKA SOSIAL DI DESA TRADISIONAL BALI AGA: KASUS DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN, KARANGASEM BALI. Sucitawathi P, Dewi; Dewi, Ni Luh Yulyana; Joniarta, I Wayan
Dinamika Governance : Jurnal Ilmu Administrasi Negara Vol 9, No 2 (2019): Dinamika Governance: Jurnal Ilmu Administrasi Negara
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/jdg.v9i2.1632

Abstract

Desa Tenganan Pegringsingan merupakan salah satu desa Bali Aga yang ada di Bali. Di Bali dikenal ada beberapa desa tradisional Bali Aga seperti Desa Terunyan (Kabupaten Bangli), Desa Pedawa (Kabupaten Singaraja), Desa Sembiran (Kabupaten Singaraja), Desa Sidetapa (Kabupaten Singaraja). Untuk di kabupaten Karangasem desa tradisional Bali Aga yang dikenal oleh dunia adalah Desa Tenganan Pegringsingan. Kebijakan lokal Desa Tenganan Pegringsingan mempunyai keunikan dibandingkan dengan desa-desa lain di Bali. Menurut sejarah, di Bali terdapat desa Bali Aga dan keturunan Majapahit, dan Desa Tenganan Pegringsingan adalah termasuk Desa Bali Aga. Di zaman orde baru desa adat di Bali diseragamkan oleh pemerintah, sehingga pada saat itu mulai ada lomba desa. Seiring dengan perkembangan zaman, maka desa Bali Aga juga diharapkan mengikuti perubahan tersebut. Tetapi kenyataannya Desa Tenganan Pegringsingan cenderung tidak mengikuti perubahan yang diatur oleh pemerintah seperti dalam sistem perkawinan, kematian, warisan, dan upacara agama lainnya. Penelitian ini dilakukan melalui observasi, wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan, hasil pengataman tokoh atau pengamat budaya desa Tenganan Pegringsingan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Desa Tenganan Pegringsingan mengalami dilema, disatu sisi ingin mempertahankan amanat nenek moyang, dan disisi lain tidak bisa menghindari dinamika sosial akibat globalisasi, kebijakan nasional, dan kebijakan pemerintah daerah Bali. DOI : https://doi.org/10.33005/jdg.v9i2.1632
DINAMIKA COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM STUDI KEBIJAKAN PUBLIK Ni Luh Yulyana Dewi
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Vol 3 No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.892 KB) | DOI: 10.38043/jids.v3i2.2188

Abstract

Dalam beberapa tahun terakhir, collaborative governance (tata kelola pemerintahan) menjadi salah satu konsep kepublikan yang mulai banyak diminati oleh para akademisi. Collaborative Governance muncul untuk merespon terjadinya kegagalan implementasi, biaya mahal dan politisasi regulasi sektor publik. Fokusnya mengarah pada setiap tahapan kebijakan publik. Collaborative governance merupakan sebuah paradigma baru dalam memahami eksistensi multi stakeholders dalam urusan-urusan publik. Tulisan ini mendeskripsikan secara aktual tentang dinamika collaborative governance dalam studi kebijakan publik yang berkaitan dengan nilai dasar dari perspektif “new public governance” dalam menghadapi proses tahapan kebijakan. Kompleksnya hubungan antara aktor dalam kebijakan publik melahirkan konsep baru yang dinamakan collaborative governance. Ringkasnya, collaborative governance adalah proses dan struktur yang melibatkan berbagai pihak melintasi batas-batas organisasinya. Kolaborasi digunakan untuk menggambarkan kerjasama yang formal, aktif, eksplisit dan berorientasi kolektif dalam manajemen dan kebijakan publik. Adapun nilai dasarnya yakni orientasi konsensus dalam pengambilan keputusan (tujuan), kepemimpinan kolektif dalam kelembagaan (struktur), komunikasi multiarah dalam hubungan kemanusiaan (interaksi) dan berbagi sumber daya dalam aksi (proses). Nilai dasar tersebut menjadi satu kesatuan yang terintegrasi pada setiap tahapan kebijakan publik.  
The Existence of Female Politicians in Denpasar Disaster Management I.G.A.AG Dewi Sucitawathi P; Ni Luh Yulyana Dewi
Wacana Journal of Social and Humanity Studies Vol. 21 No. 4 (2018)
Publisher : Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to explain the role of female politicians in disaster management in Denpasar City. The disaster category taken in this study consists of some major disasters which severely damage public facilities and harm the community such as fire, flood, tornado and earthquake. The role of female politicians is not expected to always focus on political issues, but also requires active involvement in addressing social problems, especially disasters because disaster response in disaster management does not only require community contributions but also government contributions.The specific target to be achieved is to find out how far the level of active participation of female politicians in disaster management in Denpasar City. The involvement of female politicians is considered on pre-disaster, disaster, and post-disaster response. The female politicians referred to in this study are the regional house of representatives,  the cadres, and the administrators of political parties in Denpasar City. In addition, this study aims to determine the policy model formulated by female politicians in handling disasters in Denpasar City, along with their role in helping the female victims.The method used in this study consists of primary data and secondary. The primary data is obtained from the observations, interviews, and documentation whereas the secondary data is obtained from the internet, literature and scientific journals. The research stage starts from 1) Collecting data and information from the government through Regional Disaster Management Agency, the regional house of representatives, cadres and the administrators of political parties in Denpasar City. 2) Collecting data and information from people who have been the victims of disasters and those who live in the vicinity of the disaster site by distributing some questionnaires.
Accountability of Bali Regional Officers in Applying Good Governance Principles I.G.A.AG Dewi Sucitawathi Pinatih; I Wayan Joniarta; Ni Luh Yulyana Dewi
Iapa Proceedings Conference 2019: Proceedings IAPA Annual Conference: Theme 4
Publisher : Indonesian Association for Public Administration (IAPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30589/proceedings.2019.246

Abstract

Development in Bali is generally largely initiated, proposed, executed by the legislature, in this case the members of the Regional Representative Council, both the Provincial DPRD, Regency DPRD, Denpasar City DPRD. Conceptually, the legislature has the task of making policies, regulations and regional regulations (PERDA) in collaboration with executives. The fact is in Bali, it is precisely the people's representatives who sit in the DPRD dominating the planning process, and implementing policies such as submitting grants for both physical and non-physical development in the community. Submission of proposals for regional development is often bridged by legislative members, causing the existence and authority that the executive should have taken over by members of the legislature. Not infrequently this triggered the emergence of corrupt practices in the bureaucratic body. The purpose of this research is to find out how the accountability of Balinese officials in applying the principles of good governance. The research methods used were interview techniques, observation techniques, and documentation techniques. The results of this study were to obtain information about the accuracy of the implementation of the principles of good governance carried out by the legislature and executive in the Bali region.
STRATEGI BRANDING BUDAYA PARIWISATA 4.0 MELALUI DIGITAL TOURISM DI KABUPATEN GIANYAR I Gusti Ayu Agung Nadya Leonita; A.A. Sagung Intan Pramesti; A. A. Istri Citra VIbrayanti; Eduard Axel Framanay Laure; Ni Luh Yulyana Dewi
Habitus : Jurnal Pendidikan, Sosiologi, dan Antropologi Vol 6, No 1 (2022): Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi, dan Antropologi
Publisher : Program Studi Pendidikan Soiologi Antropologi, FKIP-UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/habitus.v6i1.61079

Abstract

Tourism Culture is an activity that utilizes the culture in the area to become a tourist attraction visited by tourists. The Tourism Sector has a considerable ability to increase state and regional income. Problems that often occur to advance tourist destinations require strategies to attract tourists to visit, one of which is by competing these tourism destinations so that local and foreign tourists can know the existing tourist destinations. In the development of tourism, promotion is very important. In the 4.0 era, tourism culture was facilitated because of the existence of information and communication technology (ICT). In terms of membraning a brand, name, logo or slogan can be done through the use of information and communication technology (ICT) in the form of applications, social media, the web and several other platforms. Therefore, it takes promotion (branding) that follows the current 4.0 era.  Tourism culture branding can be used with digitaltourism which is very helpful for foreign and local tourists to know the tourism culture in the area. One of its manifestations is through the Indonesian Charm Generation (GenPI) community. This research aims to promote tourism culture in Gianyar Regency to be better known abroad through digitaltourism. The type of data used in this Research Method is a type of qualitative data by focusing on understanding social phenomena that occur in society in the development of tourism culture in the 4.0 era through digitaltourism.  ABSTRAKBudaya Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang memanfaatkan kebudayaan di daerah tersebut menjadi objek wisata yang dikunjungi oleh para turis. Sektor Pariwisata mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam menaikkan penghasilan negara dan daerah. masalah yang sering kali terjadi untuk memajukan destinasi wisata yakni diperlukannya strategi untuk menarik wisatawan untuk berkunjung, salah satunya dengan cara membrandingkan destinasi pariwisata tersebut agar wisatawan lokal maupun mancanegara dapat mengetahui destinasi-destinasi wisata yang ada. Dalam pengembangan pariwisata, promosi sangatlah penting. Pada era 4.0 budaya pariwisata dimudahkan karena adanya teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam hal membrandingkan suatu brand, nama, logo atau slogan bisa dilakukan dengan melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berupa aplikasi, media sosial, web dan beberapa platform lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan promosi (branding) yang mengikuti era 4.0 saat ini. Branding budaya pariwisata dapat digunakan dengan digitaltourism yang sangat membantu wisatawan asing maupun lokal untuk mengetahui budaya pariwisata di daerah tersebut. Salah satu wujudnya yakni, melalui komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mempromosikan budaya pariwisata di Kabupaten Gianyar agar lebih dikenal di mancanegara melalui digital tourism. Jenis data yang digunakan pada Metode Penelitian ini adalah jenis data kualitatif dengan berfokus terhadap pemahaman fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dalam pengembangan budaya pariwisata di era 4.0 melalui digital tourism.  
Pengelolaan Retribusi Parkir Oleh Desa Di Kelurahan Kuta Badung Ni Luh Yulyana Dewi; Putu Suparna; Ni Ketut Arniti; Ni Nyoman Sunariani
Jurnal Pengabdian Dharma Laksana Vol 5, No 1 (2022): JPDL (Jurnal Pengabdian Dharma Laksana)
Publisher : LPPM Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/j.pdl.v5i1.23452

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pengelolaan sistem retribusi parkir di Kelurahan Kuta Badung serta upaya dan strategi pemerintah daerah dalam meminimalkan tindakan pungutan liar retribusi parkir yang dilakukan oleh juru parkir di Kelurahan Kuta Badung. Tulisan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan hanya menggunakan satu jenis data. Data yang digunakan merupakan data sekunder yakni berupa dokumen pengelolaan parkir, peraturan tentang pengelolaan retribusi parkir serta isu masalah pengelolaan parkir. Selanjutnya data dikumpulkan dan melakukan analisis data dengan menyajikan data, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Adapun hasil akhir dari laporan ini menjelaskan bahwa mekanisme retribusi dana parkir dan pengelolaan parkir sudah sesuai dengan SOP dan peraturan daerah, namun dalam pelaksanaannya masih belum optimal. Faktor yang menyebabkan pelaksanaannya menjadi belum optimal yaitu sumber daya manusia, tindakan pungutan liar yang dilakukan oleh juru parkir dipengaruhi oleh tekanan, peluang, dan rasionalisasi. Sedangkan pemerintah daerah dalam melakukan pengawasan masih belum memadai, sehingga pelaksanannya kurang optimal. Oleh karena itu, guna menjaga fungsi pengendaliannya pemerintah daerah perlu meningkatkan kinerja SDM seksi pengawasan dan pengamanan parkir, memberlakukan pajak parkir tahunan, serta meningkatkan tugas dari Dinas Perhubungan setempat. Adapun saran kepada pemerintah daerah agar memberikan pembinaan mengenai aturan parkir yang berlaku sehingga dapat meminimalisir tindakan pungutan liar.
Menguatkan Kembali Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat: Belajar dari Kearifan Lokal di Indonesia Muhammad Hanif; Ni Luh Yulyana Dewi; Arif Hidajad; Alwanul Fikri; Fitra Saleh
ijd-demos Volume 4 Issue 4 (2022)
Publisher : HK-Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37950/ijd.v4i4.347

Abstract

Abstract As one of the active volcanoes, Mount Kelud erupted in 2014 and caused quite a big impact, both for nature and the surrounding environment, as well as for the lives of the people around Mount Kelud. However, even though the impact of this volcanic eruption was quite large, the number of victims was small, the process of easy evacuation and rapid rehabilitation made this disaster a model for post-eruption disaster management. This study aims to see how local wisdom can be used as a natural disaster mitigation measure in Indonesia. This research uses a qualitative approach. The data used in this research comes from the results of previous research or studies that have similarities with this research. The results of this study found that the value of local wisdom and togetherness can be the key in disaster mitigation. Local wisdom is the obedience that comes from the community to build harmony in protecting the natural environment. Another local wisdom is to build an emotional bond together through ceremonies and rituals. In the future, this local wisdom can be integrated into education and training, so that disaster mitigation can be done even better. Keywords: Local Wisdom, Disaster Management, Volcanic Eruption, Mount Kelud. Abstrak Sebagai salah satu gunung berapi yang cukup aktif, gunung Kelud Meletus pada tahun 2014 dan menimbulkan dampak yang cukup besar, baik bagi alam dan lingkungan sekitarnya, maupun terhadap kehidupan masyarakat du sekitar gunung Kelud. Namun walaupun dampak dari meletusnya gunung ini cukup besar, namun jumlah korban jiwa yang sedikit, proses evakuasi yang mudah dan rehabilitasi yang cepat menyebabkan bencana ini menjadi model dalam melakukan penagnggulangan bencana pasca erupsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat mengenai bagaimana kearifan lokal dapat digunakan sebagai salah satu langkah mitigasi bencana alam di negara Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil penelitian atau studi terdahulu yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa nilai kearifan lokal dan kebersamaan dapat menjadi kunci dalam melakukan mitigasi bencana. Kearifan lokal adalah adanya kepatuhan yang berasal dari masyarakat untuk membangun keharmonisan dalam menjaga lingkunga alam. Kearifan lokal lainnya adalah dengan membangun adanya ikatan emosional bersama melalui upacara dan ritual. Kedepannya, kearifan lokal ini dapat diintegrasikan kepada pendidikan dan pelatihan, agar mitigasi bencana dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Penanggulangan Bencana, Erupsi Volkanik, Gunung Kelud.
Social Development and Gender Gap in Information Technology Perspective Luluk Fauziah; Ni Luh Yulyana Dewi; Hefri Yodiansyah; Nani; Yohanes Bastian Vestralen Lameng
International Journal of Science and Society Vol 5 No 1 (2023): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/ijsoc.v5i1.661

Abstract

ICT's rapid growth should benefit society. ICT can empower the poor, grow the economy, and develop society. However, ICT infrastructure growth is still not able to reach all levels of society, and its use might produce gender disparities in accessing social networks and social capital, especially for women. Women are still underrepresented in IT development. Skills, education, language barriers, time restrictions, sexy stereotypes that make women easy targets for harassment, and changing cultural and social standards all contribute to the digital divide of women. Information and communication technology is used to study social progress and gender gap (ICT). This study uses qualitative descriptive methodologies. This study revealed that social development based on ICT could be the key to economic growth and empowering the marginalized. Still, social development with ICT can create a gap that we know as the digital divide. The development of this digital divide is not only caused by the absence of tools but more than that due to a gender gap.
Smart Government: Village Development Strategy 4.0 Based on the Millennial Generation Ni Luh Yulyana Dewi; I Wayan Joniarta; Ni Putu Yunita Anggreswari
INFLUENCE: INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENCE REVIEW Vol. 4 No. 2 (2022): INFLUENCE: International Journal of Science Review
Publisher : Global Writing Academica Researching and Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

To improve the quality of the millennial generation to become superior human resources and also as the main actor of development, including in the development of tourist villages, the smart village model is an innovative solution that puts forward innovation and technology utilization to transform villages into independent ones with a better quality of life for the community, so that it is expected to reduce the pace of urbanization and reduce the digital divide in Indonesia. This study's objective is to outline a tourism village development strategy 4.0 focused on the millennial generation. The research method employed was qualitatively descriptive research. Observation, interviews, and documentation were employed to obtain information for this study. This research utilizes both primary and secondary data sources. In this study, qualitative data analysis approaches were employed to analyze the data. The findings revealed that the contribution of the millennial generation in the development of the Carangsari Tourism Village occurred in three phases: the procedure phase, the process phase, and the digitization phase. By actively promoting and engaging in events that can make Carangsari a nationally competitive tourist village, the millennial generation plays a significant role in the development of tourist villages.
Local Wisdom-Based Sustainable Tourism Village Development Collaboration in Badung Regency Ni Luh Yulyana Dewi; Bambang Supriyono; Andy Fefta Wijaya; Siti Rochmah
International Journal of Science and Society Vol 5 No 3 (2023): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54783/ijsoc.v5i3.724

Abstract

Tourism development aims to preserve nature, the environment and resources which are realized through the implementation of tourism development plans by taking into account the diversity, uniqueness and uniqueness of culture and nature, as well as human needs for tourism. This study used a qualitative design with a descriptive research type. In field research, researchers collect data using observation techniques, interviews, and document studies. The results of this study indicate that there are still gaps in the dynamics of collaborative governance in the development of sustainable tourism villages based on local wisdom in Badung Regency. This gap is due to data findings in the field that the government's role is still dominant and there are delays in transforming existing policies in regional action plans. This gap can be seen from the indicators of the success of the collaboration, namely based on institutional agreements which are characterized by limited joint commitments without being elaborated in depth in favor of each stakeholder and their performance achievements. In the process of developing a sustainable tourism village based on local wisdom to support tourism in Badung Regency, this can be done by issuing a policy by the government, by applying the Tri Hita Karana concept to ensure that all development is in accordance with its designation.