Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Humanika : Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum

AL-QUR'AN SEBAGAI TEKS TERBUKA (MENEGUHKAN NILAI KEMANUSIAAN DALAM AL-QUR'AN) Setiawan, Benni
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol. 13 No. 1 (2013): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v13i1.3321

Abstract

Abstrak : Al-Qur'an, merupakan mukjizat terbesar dalam sejarah peradabanmanusia. Sebagai mukjizat al-Qur'an mempunyai tanggungjawab moral untuksenantiasa mampu memecahkan persoalan sosial. Oleh karena itu, sebagai sebuahteks, al-Qur'an perlu ditafsirkan agar maknanya tidak usang. Sebagaimanapernyataan Imam Ali Ibn Abi Thalib "Al-Qur'an hanyalah tulisan yang terteradalam mushaf, tidak bisa berbicara dengan lisan, melainkan ada yangmemahaminya. Al-Qur'an dibicarakan oleh manusia" Pembacaan terhadap narasibesar teks al-Qur'an membutuhkan piranti. Salah satunya adalah kajianhermeneutika. Melalui kajian ini, al-Qur'an tidak hanya dibaca dalam makna teks,namun juga melihat konteks sosial historis-sosiologis yang melatarbelakanginya.Artikel ini mencoba membahas kajian hermeneutika dalam membacar al-Qur'an.Melalui pembacaan ini, diharapkan al-Qur'an dapat senantiasa hidup (living) ditengah masyarakat dengan berbagai permasalah yang mengitarinya.Kata Kunci : Al-Qur'an, Hermeneutika, Kemanusiaan
Pluralisme hukum Islam, sebuah pembacaan awal Setiawan, Benni
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol. 12 No. 1 (2012): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v12i1.3650

Abstract

Pluralisme meniscayakan adanya kesediaan antarpemeluk agama dan keagamaan untuk berdialog, saling berbicara, dan saling mendengar. Dialog yang dikembangkan bukan semata dialog teologi, tetapi juga dialog kehidupan, dialog kegiatan sosial, berbagi pengalaman keagamaan, dan do'a bersama. Hukum Islam berdiri di atas prinsip-prinsip yang harus dipertahankan secara absolut dan universal. Prinsip-prinsip tersebut adalah ajaran yang qath'i dan menjadi tolok ukur pemahaman dan penerimaan hukum Islam secara keseluruhan. Pluralisme hukum Islam (Islamic legal pluralism) penting dibahas untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai makna dan interpretasi sesuai konteks zaman. Aturan-aturan dalam hukum Islam yang kelihatannya tidak sesuai dengan prinsip egaliter dan dan prinsip-prinsip lainnya, maka aturan tersebut harus dipahami sesuai dengan konteks realitas sosial yang melingkupinya dan memperhatikan fungsinya sebagai legal counter terhadap aturan-aturan hukum non-egaliter yang berlaku pada masa Jahiliyyah. Kata kunci: pluralisme, hukum Islam
Ilmuwan sosial berkarakter untuk Indonesia berkemajuan Setiawan, Benni
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol. 18 No. 2 (2018): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v18i2.29236

Abstract

Social science is often considered the second caste in the current system, whereas social science provides a humanist face for humanity and nationality. Therefore social scientists need to convey their thoughts to proclaim the truth. Social scientists should have a distinctive character that makes it no less competitive with science and technology scientists. Social scientists have an important role in building Indonesia. This paper presents the exposure of the character of social humanities scientists to be able to contribute to humanitarian and national development. At least, there is one main character for a humanities social scientist plus three other characters. The main character for a social scientist is intelligent and morally puritanical. The second character for a social scientist is being wasathiyyah. The third character that social scientists need to have is being able to work with anyone. The fourth character is social scientists could build a center of excellence.Ilmu sosial seringkali dianggap kasta kedua dalam sistem saat ini, padahal ilmu sosial memberikan wajah humanis bagi kemanusiaan dan kebangsaan. Oleh karena itu ilmuwan sosial perlu menunjukkan pemikirannya untuk mewartakan kebenaran. Ilmuwan sosial selayaknya memiliki karakter khas yang menjadikannya tidak kalah saing dengan ilmuwan sains dan teknologi. Ilmuwan sosial mempunyai peran penting dalam membangun Indonesia. Tulisan ini mengemukakan paparan karakter ilmuwan sosial humaniora untuk dapat berkontribusi bagi pembangunan kemanusiaan dan kebangsaan. Setidaknya, ada satu karakter utama bagi seorang ilmuwan sosial humaniora ditambah tiga karakter lanjutan. Karakter utama bagi seorang ilmuwan sosial ialah cerdas berilmu dan puritan secara moral. Karakter kedua bagi seorang ilmuwan sosial adalah bersikap wasathiyyah. Karakter ketiga yang perlu dimilki oleh ilmuwan sosial adalah mampu bekerjasama dengan siapa pun. Karakter keempat adalah ilmuwun sosial dapat membangun pusat keunggulan.
Menulis buku ajar di tengah perkembangan artificial intelligence (ai) Andriyanti, Erna; Sudartinah, Titik; Setiawan, Benni
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol. 23 No. 2 (2023): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v23i2.66386

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui proses kreatif menulis buku menggunakan artificial intelligent (AI). Kemunculan AI yang sangat cepat tidak perlu dikhawatirkan. AI dapat menjadi alat bagi guru untuk menulis, membantu mengembangkan ide, dan menemukan beberapa persoalan yang bisa diangkat. Oleh karena itu, dalam menulis buku, guru perlu memanfaatkan AI sebagai sarana. AI dapat membantu guru dalam mempercepat penulisan buku. AI pun dapat membantu guru menemukan ide-ide baru, sehingga kualitas pembelajaran semakin baik. Buku dari hasil kolaborasi ide AI dan kreatifitas guru pun dapat meningkatkan jumlah publikasi. Guru pun dapat terbantu untuk jenjang karir kenaikan pangkat. Selain itu, kualitas Pendidikan Indonesia akan semakin baik, karena tersedia bahan ajar yang memadai dan selalu diperbarui dalam rentang waktu yang relatif pendek.The purpose of this article is to reveal the creative process of writing a book using artificial intelligence (AI). The very rapid development of AI can be used as a tool for teachers to write, help develop ideas, and find several problems that can be researched. It helps teachers speed up book writing and can also help them find new ideas, so that the quality of learning becomes better. Books resulting from the collaboration of AI ideas and teachers' creativity can also increase the number of publications, which is useful for career advancement. Apart from that, the quality of Indonesian education will improve, because adequate open materials are available and are always updated in a relatively short time span. 
Transformasi makna budaya tradisi nguras enceh pada generasi milenial Qurrota A'yun, Bintan Auliya; Aini, Syarifah Nur; Assyihabi, Rahmatullah; Setiawan, Benni
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol. 24 No. 1 (2024): Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/hum.v24i1.68789

Abstract

Arus globalisasi dan modernisasi yang masif disertai dengan lemahnya rasa cinta tanah air membuat kebudayaan dan jati diri bangsa terkikis. Kebudayaan yang sudah berkurang peminatnya terutama mdari generasi muda ialah  tradisi Nguras Enceh yang berada di Makam Raja Raja Imogiri. Permasalahan tersebut berkaitan dengan minimnya komunikasi budaya berupa komunikasi yang sempat terhenti atau berjalan tidak maksimal dikarenakan perbedaan generasi dan perbedaan penyampaian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan subjek penelitian yang terlibat ini adalah para abdi dalem yang bekerja di Makam Imogiri, Bantul dan generasi milenial yang bertempat tinggal di wilayah sekitar Makam Imogiri Bantul. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain itu, model analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif Milles dan Hubberman berupa reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi. Penelitian ini akan mengeksplorasi mengenai pemaknaan generasi muda terhadap Tradisi Ngurah Enceh, peran generasi muda yang berada di daerah sekitar Makam Raja-Raja Imogiri pada Tradisi Nguras Enceh, dan communication gap yang terjadi antara abdi dalem dengan pemuda di sekitar Makam Raja-Raja Imogiri. The massive waves of globalization and modernization, coupled with a weakened sense of patriotism, have eroded the culture and national identity of the nation. One of the diminishing cultural traditions, especially among the younger generation, is the Nguras Enceh tradition held at the Imogiri Royal Cemetery. This issue is related to the lack of cultural communication, where communication has been halted or not maximized due to generational differences and differences in communication styles.The research conducted adopts a qualitative approach involving subjects such as the palace servants (abdi dalem) working at the Imogiri Cemetery in Bantul and the millennial generation residing in the surrounding area of Imogiri Cemetery in Bantul. Data collection techniques in this study include observation, interviews, and documentation. Additionally, the data analysis model used is the interactive analysis model by Milles and Hubberman, involving data reduction, data presentation, and conclusion/verification stages. This research aims to explore the meaning of the Ngurah Enceh tradition for the younger generation, the role of the younger generation in the vicinity of the Imogiri Royal Cemetery in the Nguras Enceh tradition, and the communication gap that exists between the palace servants and the youth around the Imogiri Royal Cemetery.