Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Karakteristik Massa Air Lapisan Tercampur dan Lapisan Termoklin di Selat Lombok Pada Bulan November 2015: Water Mass Characteristics of The Mixed Layer and Thermocline Layer in The Lombok Strait in November 2015 Firdaus, Randi; Purwanto, Budi; Harsono, Gentio; Setiyono, Heryoso
Jurnal Hidrografi Indonesia Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Hidrografi Indonesia
Publisher : Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62703/jhi.v4i1.30

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik massa air pada lapisan campuran dan lapisan termoklin. Karakteristik massa air pada penelitian ini adalah suhu, salinitas, kepadatan, stabilitas statis dan jenis air. Penelitian ini menggunakan data suhu, salinitas, kepadatan dan kedalaman yang berasal dari CTD. Data suhu dan Salinitas digunakan untuk menentukan jenis air menggunakan diagram T-S (Temperature-Salinity) menurut klasifikasi Wyrtki sedangkan data kepadatan dan kedalaman digunakan untuk menentukan stabilitas statis. Stratifikasi massa air diklasifikasikan berdasarkan nilai ambang batas >0,125 kg/m3 dari nilai kepadatan permukaan untuk lapisan piknoklin dan >0,5°C dari nilai suhu permukaan untuk lapisan termoklin. Hasil penelitian menunjukkan lapisan massa air terstratifikasi vertikal dan kedalaman lapisan campuran bervariasi antara 0-43 m untuk klasifikasi suhu dan 0-45 m untuk klasifikasi kepadatan, lapisan termoklin terdapat pada kedalaman 3-412 m. Stabilitas statis massa air bervariasi antara -15 sampai 30 siklus/jam dan nilai yang tinggi terdapat pada lapisan termoklin. Diagram T-S menunjukkan empat jenis air yang teridentifikasi: North Pacific Intermediate Water (NPIW) yang bercirikan salinitas minimum, North Pacific Subtropical Water (NPSW), North Indian Subrtopical Water (NISW) yang bercirikan salinitas maksimum, dan Australasian Mediterranean Water (AAMW) yang bercirikan salinitas maksimum. ditandai dengan salinitas maksimum.
Penghitungan Gelombang Signifikan Berdasarkan Data Angin di Waingapu Sumba Timur: Calculating Significant Waves Based on Wind Data in Waingapu, East Sumba Nugroho, Giant; Harsono, Gentio; Trismadi, Trismadi; Sutisna, Sobar; Gultom, Rudy A.G.
Jurnal Hidrografi Indonesia Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Hidrografi Indonesia
Publisher : Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62703/jhi.v4i1.31

Abstract

Pelabuhan Waingapu, mempunyai posisi strategis sebagai pintu gerbang keluar masuk barang kebutuhan pokok dan perdagangan lainnya, menghubungkan pulau-pulau di sekitarnya seperti Pulau Flores, Pulau Timor, dan Pulau Sumbawa. Kelancaran distribusi logistik nasional akan berdampak jika aktivitas transportasi laut di perairan tersebut terganggu saat terjadi gelombang besar. Kapal-kapal pengangkut barang kebutuhan pokok umumnya menunda pelayarannya menunggu gelombang laut mereda. Salah satu kekhawatirannya adalah perkiraan tinggi gelombang yang dapat terjadi di perairan yang dilalui kapal-kapal yang keluar masuk Pelabuhan Waingapu. Salah satu perhitungan perkiraan tinggi gelombang signifikan adalah model Shore Protection Manual (SPM) yang digunakan Korps Insinyur Angkatan Darat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung tinggi gelombang signifikan selama satu dekade. Data arah dan kecepatan angin periode tahun 2004 hingga 2013 diperoleh dari Stasiun Meteorologi BMKG di Mau Hau Waingapu. Untuk keperluan analisis, data tersebut diubah menjadi data angin permukaan laut. Hasil penelitian menunjukkan tinggi gelombang signifikan adalah 2,5 meter dengan periode gelombang 7 detik dan durasi gelombang minimal 8 jam.
Pengaruh IOD (Indian Ocean Dipole) Terhadap Variabilitas Distribusi Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A Pada Tahun 2019 di Perairan Meulaboh, Kepulauan Sinabang, Provinsi Aceh: The Effect of IOD (Indian Ocean Dipole) On The Variability of The Distribution of Sea Surface Temperature and Chlorophyl-A in 2019 in The Waters of Meulaboh, Sinabang Islands, Aceh Province Susilo, Ahmad Fa’iq Indra; Harsono, Gentio; Wirasatya, Anindya
Jurnal Hidrografi Indonesia Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Hidrografi Indonesia
Publisher : Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62703/jhi.v4i2.32

Abstract

Perairan Meulaboh merupakan perairan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatera dengan karakteristik perairan yang cukup signifikan dipengaruhi oleh massa air Samudera Hindia. Perairan Meulaboh mempunyai sumber daya perikanan yang cukup tinggi karena adanya fenomena upwelling yang mempengaruhi suhu permukaan dan klorofil-a sehingga meningkatkan produktivitas perairan. Fenomena IOD (Indian Ocean Dipole) merupakan fenomena interaksi antara atmosfer dan lautan yang terjadi di wilayah ekuator Samudera Hindia, yang dapat berdampak pada peningkatan atau peningkatan intensitas curah hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh IOD terhadap nilai variabilitas dan sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a di perairan Meulaboh. Penelitian ini menggunakan data citra MODIS level 3 berupa data SPL dan klorofil-a bulanan, data arus laut, dan data DMI (Dipole Mode Index) tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan deskriptif yang bersifat eksploratif. Pengolahan data menggunakan software SeaDAS, Ocean Data View (ODV), Ms.Excel, dan ArcGIS 10.0. Berdasarkan hasil analisis variabilitas nilai SPL dan klorofil-a mempunyai hubungan yang berbanding terbalik. Nilai rata-rata SPL tertinggi terjadi pada bulan April dengan nilai 31,141°C dan terendah pada bulan Oktober dengan nilai 28,793oC. Nilai rata-rata klorofil-a terendah terjadi pada bulan April dengan nilai 0,136 mg/m3 dan terendah pada bulan Oktober dengan nilai 0,361 mg/m3. Variabilitas ini erat kaitannya dengan fenomena IOD yang terjadi. Faktor lainnya adalah transpor massa air yang dapat meningkatkan upwelling yang mengakibatkan peningkatan klorofil-a. Arus laut mempengaruhi SST dan klorofil-a, arah arus dipengaruhi oleh musim, pada musim barat arus yang dominan adalah barat laut dan musim timur dominan arah tenggara.
Studi Eddy di Laut Arafuru Menggunakan Data Altimetri Tahun 2018: Eddy Study in The Arafuru Sea Using 2018 Altimetry Data Mahardhika, Theodorus Karel Elang; Harsono, Gentio
Jurnal Hidrografi Indonesia Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Hidrografi Indonesia
Publisher : Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62703/jhi.v4i2.34

Abstract

Laut Arafura , laut dangkal di Samudera Pasifik bagian barat, menempati area seluas 250.000 mil persegi (650.000 km persegi) antara pantai utara Australia (Teluk Carpentaria) dan pantai selatan New Guinea. Menyatu dengan Laut Timor di sebelah barat serta laut Banda dan Seram di sebelah barat laut. Selat Torres menghubungkannya dengan Laut Koral di sebelah timur. Sebagian besar Laut Arafura dilatarbelakangi oleh Paparan Arafura, bagian dari Paparan Sahul yang lebih luas. Umumnya dangkal, dengan kedalaman 165 hingga 260 kaki (50 hingga 80 meter), semakin dalam di tepi baratnya, tempat terumbu karang tumbuh pada kedalaman hampir 2.000 kaki (610 meter). Landasan Arafura tampaknya merupakan permukaan tanah dengan relief rendah yang memiliki iklim kering sebelum dibanjiri oleh kenaikan air laut pasca-glasial. Kepulauan Aru di utara, dibentuk oleh pengangkatan lokal, berbatasan dengan Palung Aru, sebuah parit melengkung yang mencapai kedalaman maksimum 12.000 kaki (3.660 meter). Palung tersebut merupakan bagian dari rangkaian cekungan yang mendasari laut Seram, Arafura, dan Timor, memanjang ke barat hingga Palung Jawa di Samudera Hindia. Arus eddy pada perairan arafuru ditemukan sebanyak 9 buah, dengan 7 buah arus eddy siklon, dan 2 buah arus eddy antisiklonik. Sebaran klorofil-a pada penelitian ini ditemukan paling tinggi pada daerah yang dekat dengan daratan dimana kandungan tersebut dipengaruhi oleh daerah limpasan itu sendiri dan keadaan perairan yang tertutup sehingga terjadi pertemuan arus dengan arah berlawanan yang kemudian menghasilkan percampuran sehingga mengakibatkan peningkatan kandungan klorofil-a pada daerah tersebut.
Hubungan Kondisi South Equatorial Current (SEC) Dengan Indeks Nino 3.4 di Samudra Pasifik Tahun 2010 – 2014: The Relationship of South Equatorial Current (SEC) Conditions with The Nino Index 3.4 In The Pacific Ocean, 2010 – 2014 Puspitasari, Dyah C.; Amron, Amron; Harsono, Gentio
Jurnal Hidrografi Indonesia Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Hidrografi Indonesia
Publisher : Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62703/jhi.v4i1.38

Abstract

Samudera Pasifik merupakan tempat berkumpulnya massa air yang datang dari belahan bumi selatan melalui South Equatorial Current (SEC), sebelah utara Samudera Pasifik melalui North Equatorial Current (NEC), dan North Equatorial Counter Current (NECC). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi SEC saat ini di Samudera Pasifik dan menganalisis hubungan antara kondisi SEC saat ini dengan Nino3.4. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode laboratorium. Data yang diambil adalah data TRITON bouy 4 di garis khatulistiwa 156°BT. Hasil analisis harmonik dan analisis korelasi silang dalam suatu gambar grafik data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa arus SEC Samudera Pasifik pada bouy TRITON 4 menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2010 – Februari 2011 mempunyai kecepatan tertinggi sebesar 2,1 cm/s dengan arah arus dominan ke arah timur laut dan timur. Pada bulan Maret 2011 – Februari 2012 kecepatan arus tertinggi sebesar 1,5 cm/s dengan arah arus dominan ke arah timur dan berubah arah ke tenggara. Pada bulan Maret 2012 – Oktober 2013 kecepatan arus mulai menurun yaitu 1,5 cm/s dan arah arus menuju ke selatan kemudian membelok ke barat. Pada bulan November 2013 – Desember 2014 kecepatan tertinggi 3,8 cm/s dan arah arus berubah dari barat ke utara. Hasil korelasi silang SEC dengan NINO 3.4 menunjukkan level positif 0,62 dengan jeda waktu 2 bulan. Hal ini dapat diartikan bahwa NINO 3.4 mempengaruhi aliran SEC.
Pemetaan Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A untuk Menentukan Fishing Ground Potensial di Laut Maluku: Mapping The Distribution of Sea Surface Temperature And Chlorophyll-A to Determine Potential Fishing Grounds in The Maluku Sea Namira F.N., Riva; Harsono, Gentio; Wirasatya, Anindya; Sugianto, Deni N.; Kamija2, Kamija
Jurnal Hidrografi Indonesia Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Hidrografi Indonesia
Publisher : Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62703/jhi.v4i1.39

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia. Indonesia mempunyai wilayah perairan yang luas, dimana tiga perempat wilayahnya merupakan perairan sehingga keanekaragaman lautan sangat bervariasi. Suhu permukaan laut dan klorofil-a berperan besar di perairan. Suhu permukaan laut penting untuk diketahui karena merupakan indikator penting dalam memantau kondisi dan fenomena oseanografi serta pemanasan global. Pengetahuan mengenai variabilitas suhu permukaan laut dapat digunakan untuk mengetahui letak front, upwelling, potensi sebaran ikan, dan perubahan suhu yang terjadi di lautan. Tujuan kerja praktek ini adalah memetakan dan menganalisis sebaran klorofil-a dan suhu permukaan laut dengan menggunakan data Laut Maluku tahun 2002. Metode yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Data gambar SPL dan Klorofil-a dalam format Level 3 dan *.nc, kemudian dianalisis menggunakan software Ferret v6.85 dan kemudian diterjemahkan ke dalam fenomena yang terjadi. Data yang digunakan adalah data klorofil-a dan data suhu permukaan laut bulan Juli 2002. Diunduh dari laman http://oceanwatch.pfeg.noaa.gov/15022011 yaitu data Aqua Modis pada Level 3. Sebaran klorofil-a pada bulan Juli Tahun 2002 di Laut Maluku tertinggi sekitar 0,15-0,3 mg/m3 akibat adanya pasokan unsur hara dari daratan melalui limpasan sungai. Sedangkan untuk sebaran suhu permukaan laut bulan Juli 2002 di Laut Maluku nilai tertingginya berkisar 27°C, hal ini disebabkan oleh pengaruh angin muson timur dan kontak langsung antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. , sehingga terjadi upwelling. Potensi wilayah penangkapan ikan di Laut Maluku terbagi menjadi dua, yaitu sangat potensial yang letaknya dekat daratan dan potensi sedang yang letaknya di laut lepas.
Studi Pola Sebaran Sedimen Dasar Perairan Menggunakan Model Hidrodinamika 2 Dimensi Di Pantai Biru, Desa Kersik, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara: Studi of The Distribution Pattern of Bottom Sediments in Waters Using A 2-Dimensional Hydrodynamic Model in Blue Beach, Kersik Village, Marangkayu District, Kutai Kartanegara Saputra, Chairil Amin; Yuniarti, Yuniarti; Harsono, Gentio; Subiyanto, Subiyanto; Rafii, Akhmad
Jurnal Hidrografi Indonesia Vol 6 No 1 (2024): Jurnal Hidrografi Indonesia
Publisher : Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62703/jhi.v6i1.63

Abstract

Fenomena Sedimentasi dan Abrasi pantai di Desa Wisata Tanjung Kersik Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara telah menjadi permasalahan yang serius seperti merusak taman bermain, gazebo, dan faslitas wisata lainnya. Hal tersebut mengganggu estetika pemandangan dan mengurangi rasa nyaman pengunjung yang datang ke lokasi wisata. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran sedimen dasar laut dalam mengatasi abrasi dan sedimentasi terutama dalam membangun gorin dan bangunan penahan gelombang seperti Geobag. Data yang digunakan adalah data batimetri, tinggi pasang surut, dan angin. Pengolahan data menggunakan model hidrodinamika 2 dimensi untuk mendapatkan deskripsi perubahan ketebalan sedimen dasar laut yang diakibatkan oleh proses transport sepanjang pantai yang diakibatkan dari arus susur pantai baik dari arus pasang surut maupun dari gelombang yang diakibatkan oleh angin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya abrasi dan sedimentasi ditandai dengan perubahan bed level thickness change pada area dekat pantai dimana telah terbangun 2 groin di sisi kanannya.  Proses transpor sedimen ini lebih mudah terjadi karena didukung faktor faktor seperti geometri pantainya yang membentuk sudut 30° dengan arah utara dan arah angin yang menjadi arah datangnya gelombang utama (166°), sehingga gelombang datang menciptakan arus susur pantai lebih kuat.
PENGUKURAN DAN ANALISIS HAMBUR BALIK AKUSTIK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MULTIBEAM ECHOSOUNDERUNTUK KLASIFIKASI SEDIMEN DASAR LAUT TELUK PALU Farihah, Rizqi Ayu; Manik, Henry Munandar; Harsono, Gentio
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 12 No. 2 (2020): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v12i2.28465

Abstract

Nilai Hambur balik dapat menggambarkan kondisi sedimen di dasar perairan, termasuk ukuran butir dari sedimen dasar perairan. Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi, mengklasifikasi dan memprediksi tipe dasar perairan berdasarkan nilai hambur balik menggunakan Angular Response Analysis (ARA) dan Support Vector Machine (SVM) sehingga didapatkan peta spasial sebaran sedimen di Teluk Palu. Data batimetri dan intensitas hambur balik diambil pada 5-9 Oktober 2018 menggunakan multibeam echosounder Kongsberg EM 302 dengan frekuensi 30 kHz dan 10 sampel sedimen tahun 2012 milik PUSHIDROSAL. Hasil penelitian menunjukkan sebaran sedimen dasar Teluk Palu dengan metode ARA didominasi oleh pasir (sand) dan lanau (silt) sedangkan dengan metode SVM didominasi oleh pasir berlanau (silty sand), lanau (silt) dan pasir (sand). Hasil uji akurasi untuk metode ARA sebesar 50% sedangkan hasil uji akurasi untuk metode SVM menghasilkan overall accuracy dengan nilai 60%. Prediksi tipe dasar perairan di Teluk Palu yang paling mendekati keadaan sebenarnya adalah hasil prediksi dengan metode SVM yaitu pasir berlanau, lanau dan pasir.
STRATEGI GELAR OPERASI TNI DI ALKI II BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2022 TENTANG IBU KOTA NEGARA DALAM RANGKA PERTAHANAN MARITIM GUNA MENEGAKKAN KEDAULATAN NKRI Sry Mutia, Andike; Sudiarso, Aries; Harsono, Gentio
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 11, No 3 (2024): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v11i3.2024.1250-1265

Abstract

Undang-Undang Nomor 3 tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara mengesahkan rencana pemindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Salah satu implikasinya adalah diperlukan strategi pertahanan dalam rangka melindungi Ibu Kota Nusantara tersebut. Mengingat adanya pemindahan Centre of Gravity, potensi ancaman di IKN, serta kondisi kemampuan kekuatan TNI itu sendiri. Rumusan masalah yang dirumuskan dalam peneitian ini adalah bagaimana strategi gelar operasi TNI di ALKI II berdasarkan UU IKN No.3 tahun 2022 dalam rangka pertahanan maritim guna menegakkan kedaulatan NKRI. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian terkait kondisi gelar TNI AL di wilayah ALKI II adalah Doktrin yang digunakan adalah landasan Doktrin Pertahanan Negara; UU Nomor 3 Tahun 2022 memperkenalkan gerbang maritim virtual yang akan diletakkan di Selat Makassar; perlu melaksanakan latihan Rutin bersama unsur terkait; perlu upgrade alutsista yang ada, dukungan infrastruktur ground data terminal, serta peralatan sensor kemaritiman; belum adanya personel yang kompeten untuk mengawaki organisasi dan konsep Latihan berbasis Network Centric Warfare; dan dibutuhkan ketersediaan sarana-prasarana untuk mendukung gelar operasi TNI AL di ALKI II. Kesimpulan penelitian adalah Konsep pembangunan gelar operasi TNI di ALKI II guna mendukung pertahanan maritim Ibu Kota Nusantara yang salah satunya pembangunan gerbang virtual maritim di ALKI II. Strategi yang dirumuskan adalah Mewujudkan keamanan data yang terintegrasi dengan dukungan satelit pertahanan dan gelar fiber optic; Mewujudkan pembangunan infrastruktur TNI di wilayah ALKI II; Mewujudkan Personel yang kompeten untuk mengawaki organisasi latihan berbasis Network Centric Warfare; Mewujudkan Integrasi Sistem Pertahanan terhadap sistem gerbang virtual maritim di ALKI II
Strategi Penguatan Kerja Sama Trimatra Terpadu Tni Untuk Mencegah Kejahatan Non Tradisional Lintas Negara Safrudin, Muhammad Nur; Harsono, Gentio; Subiantoro , Yudi
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i11.62523

Abstract

The increasingly dynamic global strategic environment has generated various forms of non-traditional transnational threats, such as narcotics trafficking, human trafficking, cybercrime, and maritime terrorism. This situation requires the Indonesian National Armed Forces (TNI) to strengthen synergy and enhance the effectiveness of Tri-Service cooperation in responding to threats that are multidimensional and cross-domain in nature. However, the implementation of Integrated Tri-Service Cooperation still encounters a number of challenges, particularly in the aspects of command structure, system interoperability, organizational culture, and resource support. This study aims to formulate effective, integrated, and sustainable strategies to strengthen TNI Tri-Service cooperation in preventing non-traditional transnational crimes. The research employs a quasi-quantitative approach by combining Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) analysis to formulate strategies, followed by the Analytical Hierarchy Process (AHP) to determine strategic priorities. The findings of this study highlight four key points. First, five major inhibiting factors were identified: limited interoperability, the absence of a permanent joint command structure, sectoral ego and differing organizational cultures, weak regulatory and legal authority, and limitations in budget and logistics. Second, six priority strategies were formulated: strengthening cross-service C4ISR systems, fostering a collaborative work culture and joint discipline, developing a Joint Command Information System (JCIS), establishing a permanent Joint Training Center (JTC), forming a permanent Tri-Service joint command structure, and developing a digital-based joint logistics system. Third, the priority ranking of these strategies is: strengthening cross-service C4ISR systems (0.261), forming a permanent Tri-Service joint command structure (0.174), developing JCIS (0.174), developing a digital joint logistics system (0.147), establishing a permanent JTC (0.134), and fostering collaborative work culture and joint discipline (0.109). Fourth, this study establishes a comprehensive and adaptive strategic model in which the integration of C4ISR–JCIS systems serves as the core of interoperability, strengthened by a permanent command structure, digital joint logistics, and a cross-service collaborative culture as the foundation for sustainable TNI synergy.