Tri Supadmi
Unknown Affiliation

Published : 61 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

SYAIR DAN MAKNA SALI-WALE PADA UPACARA ADAT PERKAWINAN DI GAMPONG PULO LUENG TEUGA KECAMATAN GLUMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE Saharani Saharani; Tri Supadmi; Lindawati Lindawati
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 4 (2017): NOVEMBER
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.223 KB)

Abstract

ABSTRAK            Penelitian ini berjudul “Syair dan Makna Sali-Wale pada Upacara Adat Perkawinan di Gampong Pulo Lueng Teuga Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie” Rumusan masalah ini bagaimana syair dan makna Sali-Wale pada upacara adat perkawinan di gampong Pulo Lueng Teuga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana syair dan makna Sali-Wale pada upacara adat perkawinan di gampong Pulo Lueng Teuga kecamatan Glumpang Tiga kabupaten Pidie. Pendekataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan mereduksi data, penyajian data dan verivikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa syair Sali-Wale terdari dari 7 bait dimulai dengan salawat kepada nabi Muhammad SAW kemudian dilanjutkan dengan isi-isi syair dan penutup dengan makna secara garis besar adalah pesan-pesan kepada kedua calon mempelai agar dalam mengarungi rumah tangga harus saling menerima dalam keadaan apapun tetap kuat apabila ada badai menerpa dalam. Sali-Wale merupakan syair yang diciptakan oleh Teungku Syiek Di Lapang dengan tujuan memberikan semangat kepada pengantin baru yang hendak melangkah ke rumah calon Peurumoh (calon istri), syair Sali-Wale ini sekilas terlihat seperti Hikayat karena menggunakan bahasa Aceh Endatu. Syair tersebut berupa pujian kepada aulia Allah dan panglima prang dan berisikan pesan-pesan tersirat yang di dalamnya mengandung semangat jiwa ulama pada zaman dahulu pada saat perang sabi.  Kata kunci: syair, makna, Sali-Wale, adat perkawinan.
FUNGSI TARI DAN MAKNA GERAK TARI TRADISIONAL LANDOK SAMPOT DI DESA LAWE SAWAH KECAMATAN KLUET TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN Leni Marlina; Tri Supadmi; Lindawati Lindawati
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 3 (2017): AGUSTUS
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.535 KB)

Abstract

Penelitian ini berjudul “Fungsi Tari dan Makna Gerak Tari Tradisional Landok Sampot di Desa Lawe Sawah Kecamatan Kluet Timur Kabupaten Aceh Selatan”. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana fungsi tari tradisional Landok Sampot di Desa Lawe Sawah Kecamatan Kluet Timur, dan bagaimana makna gerak tari tradisional Landok Sampot di Desa Lawe Sawah Kecamatan Kluet Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi tari tradisional Landok Sampot di Desa Lawe Sawah Kecamatan Kluet Timur, dan mendeskripsikan makna gerak tari tradisional Landok Sampot di Desa Lawe Sawah Kecamatan Kluet Timur. Pendekatan  pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian ini bersumber dari para tokoh masyarakat yang mengetahui tentang tarian Landok Sampot di Desa Lawe Sawah Kecamatan Kluet Timur Kabupaten Aceh Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi tari Landok Sampot pada masa sekarang ini sebagai sarana komunikasi, sarana hiburan dan sarana publikasi dimana dahulunya tarian ini hanya berfungsi sebagai hiburan semata dikalangan para bangsawan dan raja-raja. Gerakan dalam tari Landok Sampot ada empat gerakan dimana masing-masing memiliki makna tersendiri. 1) Gerak Landok Kedidi (Sembar) bermakna dimana gerak penari  seperti  burung elang yang mengintai musuhnya dan menyambar lawannya dan juga  kegagahan dan keberanian. 2) Gerak Kedayung maknanya yaitu menggambarkan masyarakat Kluet yang dahulunya masih menggunakan sampan sebagai alat tranportasi dan juga sebagai mata pencaharian masyarakat Kluet. 3) Gerak Parang memiliki makna yaitu menikam habis lawannya dengan menggunakan pedang dan juga mengadukan kehebatan masing-masing dalam memainkan pedang dan juga pertahanan diri dalam peperangan. 4) Gerak Sampot maknanya yaitu memukul lawan atau menyerang lawan dengan menggunakan pedang dan diakhiri dengan gerakan berputar-putar yang bermakna kemenangan.Kata Kunci: tari, Landok Sampot, fungsi, makna
PEWARISAN TRADISI MEURAPA’I DESA GLA MEUNASAH BAROE KABUPATEN ACEH BESAR Syafriruddin Syafriruddin; Ismawan Ismawan; Tri Supadmi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 3, No 4 (2018): NOVEMBER
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul Pewarisan Tradisi Meurapai Desa Gla Meunasah Baroe Kabupaten Aceh Besar. Mengangkat tentang bagaimana sistem pewarisan Tradisi Meurapa’i yang dilakukan di Desa Gla Meunasah Baroe Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pewarisan tradisi Meurapa’i yang dilakukan oleh para pelatih dari generasi ke generasi serta untuk mengetahui mengapa Meurapa’i masih diterima di tengah-tengah masyarakat Desa Gla Meunasah Baroe Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah para pelatih, ketua sanggar, anggota sanggar dan masyarakat Desa Gla Meunasah Baroe Aceh Besar. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Pewarisan Tradisi Meurapa’i di Desa Gla Meunasah Baroe Aceh Besar. Teknik pengolahan dan analisis data dengan mereduksi, penyajian data dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pewarisan yang di lakukan di Sanggar Rapai Tuha Desa Gla Meunasah Baroe Aceh Besar secara turun temurun dari kakek ke ayah dan dari ayah diturunkan ke anak. Mengapa tradisi Meurapai masih diterima sampai hari ini di Desa Gla Meunasah Baroe Aceh Besar adalah karena keinginan meneruskan tradisi Meurapa’i.Kata Kunci: pewarisan, tradisi, Meurapa’i.
BENTUK PENYAJIAN TARI PELEBAT DI SANGGAR LAC SUKU ALAS KABUPATEN ACEH TENGGARA Mellya Safitri; Tri Supadmi; Aida Fitri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 2 (2017): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.419 KB)

Abstract

ABSTRAK  Penelitian yang berjudul “Bentuk Penyajian Tari Pelebat di sanggar LAC Suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara” ini mengangkat masalah bagaimanakah bentuk penyajian tari Pelebat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk penyajian tari Pelebat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah ketua sanggar, anggota penari dan majelis adat yang mengetahui sejarah tari Pelebat ini. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah bentuk penyajiantari Pelebat suku Alas di sanggar LAC Kabupaten Aceh Tenggara. Pengumpulan data yang digunakan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk penyajian tari Pelebat di sanggar LAC Suku Alas Kabupaten Aceh Tenggara memiliki 5 ragam gerak tari yaitu: gerak penghormatan, gerak pengukuran pedang, gerak langkah 3 (mengiringi), gerak ningcingi (lompat-lompat), gerak pukulan. Pola lantai yang digunakan pola lantai melingkar dengan menggunakan gerak langkah tiga. Pengiring tari menggunakan alat musik yaitu canang yang terbuat dari kaleng ikan dencis dan kayu sebagai pemukul alat musik. Tarian ini tidak menggunakan tata rias tampil apa adanya karena penari dari kalangan lelaki dewasa. Tata busana menggunakan pakaian adat alas baju hitam dan celana hitam yang sudah dihiasi motif sikhat dalam bahasa alas, benang emas dalam bahasa sehari-hari songket dan penutup kepala bulang bulu. Tari ini menggunakan properti bambu dengan panjangnya 1 meter dan tarian ini menggunakan pentas arena yang dapat dilihat dari berbagai sisi.Kata kunci: bentuk penyajian, tari tradisional Pelebat
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA SENTRA SENI TARI KREASI MEUKONDROE DI TK ANGKASA KECAMATAN BLANG BINTANG KABUPATEN ACEH BESAR Armaya Pristia; Tri Supadmi; Nurlaili Nurlaili
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 4, No 3 (2019): AGUSTUS
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran pada Sentra Tari Kreasi Meukondroe di TK Angkasa Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar” mengangkat masalah bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran sentra seni tari kreasi Meukondroe TK Angkasa Blang Bintang Aceh Besar, dan kendala apa saja yang dialami guru pada proses pelaksanaan pembelajaran sentra seni tari kreasi Meukondroe di TK Angkasa Blang Bintang Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran tari di Taman Kanak-kanak Angkasa dan mendeskripsikan kendala-kendala apa saja yang dialami guru dalam pelaksanaan pembelajaran tari di Taman Kanak-kanak Angkasa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa pada TK Angkasa, objek penelitian ini adalah sentra seni tari kreasi Meukondroe di TK Angkasa Blang Bintang Aceh Besar. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran seni tari kreasi Meukondroe pada TK Angkasa dilalukan dalam empat pertemuan. Metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran seni tari kreasi Meukondroe adalah metode demonstrasi yaitu guru lebih mengarahkan siswa pada kegiatan praktek dibandingkan dengan teori. Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran seni tari kreasi Meukondroe pada TK Angkasa yaitu siswa tidak fokus pada saat latihan, guru tidak bisa mengajar secara maksimal dikarenakan guru yang mengajarkan tari bukan guru lulusan di bidang seni tari, selanjutnya kehadiran peserta didik yang tidak tepat waktu dan terdapat anak yang mudah bosan dalam latihan. Namun demikian, dengan adanya pembelajaran seni tari siswa dapat menyalurkan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya.Kata Kunci: pembelajaran, sentra seni, taman Kanak-kanak
STUDI KOMPARATIF TARI RATEEB MEUSEUKAT DI SANGGAR EUNCIEN MEULIGOE ACEH UTARA DENGAN TARI RATEEB MEUSEUKAT DI SANGGAR ANEUK CERIA BANDA ACEH Cut Reisya Apriliani; Tri Supadmi; Ramdiana Ramdiana
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 1, No 3 (2016): AGUSTUS
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.408 KB)

Abstract

ABSTRAK          Penelitian ini berjudul “Studi Komparatif Tari Rateeb Meuseukat di Sanggar Euncien Meuligoe Aceh Utara dengan Tari Rateeb Meuseukat di Sanggar Aneuk Ceria Banda Aceh” mengangkat masalah bagaimana komparasi gerak tari Rateeb Meuseukat yang ada di sanggar Euncien Meuligoe dan di sanggar Aneuk Ceria. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan dan persamaan gerak tari Rateeb Meuseukat di sanggar Euncien Meuligoe dan di sanggar Aneuk Ceria. Pendekata yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah pelatih dan penari di sanggar Euncien Meuligoe dan Aneuk Ceria. Teknik pengumpulan data digunakan dengan teknik observasi, wawancara serta dokumentasi, dan teknik analisis data dengan mereduksi, display, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gerak tari Rateeb Meuseukat yang ada di sanggar Euncien Meuligoe dengan di sanggar Aneuk Ceria, memiliki perbedaan dan persamaan. Secara keseluruhan gerak tari Rateeb Meuseukat menggambarkan keuletan, kecepatan kekompakan dan keselarasan.Kata Kunci: studi komparatif, tari Rateeb Meuseukat sanggar Euncien Meuligoe, tari Rateeb Meuseukat sanggar Aneuk Ceria 
ANALISIS STRUKTUR GERAK SEUDATI DI ACEH Iqbal Fahreza; Tri Supadmi; Ari Palawi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 4, No 2 (2019): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul “Analisis Struktur Gerak Seudati Aceh”. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana struktur gerak tari Seudati di Aceh. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripiskan bagaimana struktur gerak tari Seudati Aceh. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dan jenis penelitian deskriptif dengan Teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah syeh dan penari Seudati di Aceh, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah tari Seudati. Teknik analisis data yaitu mereduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur gerak tari Seudati dapat ditinjau dari dua aspek yaitu tari Seudati berdasarkan unsur sikap dan unsur meliputi gerak kepala, gerak badan, gerak tangan dan gerak kaki dan tari Seudati berdasarkan unsur gerak meliputi motif gerak, frase gerak, kalimat gerak dan gugus gerak. Tari Seudati terdiri dari delapan babak yaitu babak saleum syahi, babak saleum rakan, babak bak saman, babak likok, babak saman, babak kisah, cahi panyang, dan babak lani atau ekstra. Sedangkan tata hubungan yang terdapat di dalamnya yaitu tata hubungan Hierarkis Gramatikal dimana di dalamnya terdapat tata hubungan Sintagmatis dan Tata Hubungan Paradigmatis.Kata Kunci: tata hubungan, tari Seudati, analisis struktur.
KAJIAN PERTUNJUKAN REPERTOAR GAJAH PUTIH KARYA NURUL HAYATI PADA ACARA WARISAN BUDAYA TAK BENDA KOTA BANDA ACEH Mutmainnah Mutmainnah; Tri Supadmi; Lindawati Lindawati
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 2, No 4 (2017): NOVEMBER
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.271 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berjudul “Kajian Pertunjukan Repertoar Gajah Putih Karya Nurul Hayati pada Acara Warisan Budaya Takbenda Kota Banda Aceh”. Rumusan penelitian ini bagaimanakah kajian pertunjukan repertoar Gajah Putih karya Nurul Hayati pada acara warisan budaya Kota Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertunjukan repertoar Gajah Putih karya Nurul Hayati pada acara warisan budaya takbenda Kota Banda Aceh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan reduksi, display dan verifikasi. Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukkan bahwa repertoar Gajah Putih merupakan drama yang diadaptasi dari legenda Gajah Putih asal Gayo. Dalam karya reportoar Gajah Putih tidak sepenuhnya menampilkan cerita aslinya, namun di cerita Gajah Putih diangkat sebagai cerita dasar dalam karya reportoar Gajah Putih karena cerita ini berhubungan dengan warisan budaya Aceh. Warisan budaya tersebut yaitu Seni tari, seperti tari Meuneuteukeun Inei, Guel, Likok Pulo. Tidak hanya Seni tari, warisan budaya lainnya juga ada yaitu seni rupa seperti Kasap, seni musik yaitu Canang Kayu, serta seni sastra yaitu Nandong, selain dari itu ada pula permainan rakyat yang sudah menjadi tradisi masyarakat setempat sehingga menjadi suatu budaya yaitu Pacu Kude serta Mak Meugang yaitu tradisi masyarakat Aceh pada saat menjelang bulan ramadahan. Panggung yang digunakan yaitu panggung prosenium, kemudian busana yang digunakan disesuaikan dengan peran pemain dan riasan tampan bagi pria dan riasan cantik bagi wanita. Alat musik yang digunakan dalam iringan musik yaitu alat musik Floor, Flute, Gitar Bass, Gitar Melodi, Tamborin, Rapa’i, Cymbal dan Serune Kalee, yang dimainkan secara live.Kata Kunci: pertunjukan, repertoar Gajah Putih
ANALISIS STRUKTUR TARI ZAPIN TAMIANG DI SANGGAR LENGGANG MUDE COMMUNITY KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG Rosy Dea Fatanah; Tri Supadmi; Nurlaili Nurlaili
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 4, No 2 (2019): MEI
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian Tentang “Analisis Struktur Gerak Tari Zapin Tamiang di Sanggar Lenggang Mude Community Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang”. Penellitian ini Mengangkat masalah tentang bagaimana tata hubungan gerak tari Zapin dan apa saja elemen-elemen dasar gerak tari Zapin. Tujuan penelitan ini adalah untuk mendeskripsikan tata hubungan gerak tari Zapin dan mendeskripsikan elemen-elemen dasar gerak tari Zapin. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, dengan subjek penelitian adalah analisis Struktur tari Zapin Tamiang dan objek penelitian Tari Zapin Tamiang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan data dengan Reduksi data, Penyajian data, dan Verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Zapin ditarikan secara berkelompok yang menggambarkan kelincahan dan keramahan muda-mudi Aceh Tamiang yang memiliki sifat saling bekerja sama dan kompak dalam melakukan hal apapun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis struktur gerak tari Zapin dapat ditinjau dari 2 aspek yaitu unsur sikap dan unsur gerak yang berdasarkan  gerak kepala, gerak tangan, gerak Badan, dan gerak kaki dan meliputi berdasarkan unsur gerak meluputi gugus gerak, kalimat gerak, frase gerak dan motif gerak. Tari Zapin Tamiang terdiri dari 7 ragam gerak yaitu salam pembuka, songket melenggang, lenggang putar, gerak ukel, Tepuk serong kanan, lenggang angkat kaki, tepuk atas bawah. Tata hubungan yang terdapat di dalam tarian ini yaitu tata hubungan sintagmatis, dan memiliki elemen-elemen seperti sikap kepala, sikap badan, sikap tangan dan sikap kaki.Kata Kunci: tari, Zapin Tamiang, analisis, struktur
PERGESERAN PERAN PELAKU PONGOT DALAM ADAT PERNIKAHAN DI KABUPATEN GAYO LUES Fitri Handayani; Tri Supadmi; Aida Fitri
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik Vol 3, No 3 (2018): AGUSTUS
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Seni, Drama, Tari & Musik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berjudul Pergeseran Peran Pongot dalam Adat Pernikahan di Kabupaten Gayo Lues, mengangkat masalah bagaimana pergeseran peran Pongot dalam adat pernikahan dan faktor yang mempengaruhi pergeseran peran Pongot dalam adat pernikahan di Kabupaten Gayo Lues. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis peneltian deskriftif. Penelitian dilaksanakan di kampung Panglime Linting Kecamatan Dabun Gelang Kabupaten Gayo Lues. Subjek penelitian ini yaitu tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemeran pengganti (Ceh Pongot), dan subjek penelitian ini adalah pergeseran peran pongot dalam adat pernikahan di Kabupaten Gayo Lues. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu mereduksi data, display, dan verifikasi. Hasil penelitian mengungkapkan pergeseran peran ini terjadi pada tahun 90-an. Penyebab awal terjadinya pergeseran peran pongot ini  karena pada awalnya ada seorang anak dari sebuah keluarga yang hendak menikah dan hal ini memberi kesan yang sangat sedih dalam hati orang tuanya, namun orang tua tidak mampu menyalurkan rasa sedihnya dalam pongot tersebut, sehingga orang tua membayar pemeran pengganti untuk menggantikan posisinya dalam menyalurkan kesedihannya. Bayaran atau upah yang diberikan kepada peran pengganti pada saat ini sudah di tentukan oleh pemeran pengganti, yaitu berupa uang senilai 200 sampai 300 ribu sebagai bentuk terimakasih dari pihak keluarga. Faktor penyebab bergesernya peran pongot ini dipengaruhi banyak hal diantaranya perkembangan zaman, kurangnya dukungan bakat dan minat dari masyarakat setempat, lingkungan atau masyarakat, media, gaya hidup, timbulnya rasa malu dari diri seseorang. pongot yang dilakukan oleh pihak keluarga atau pemeran asli tempat nya tidak menentu namun pongot yang dilakukan oleh peran pengganti ditentukan oleh pihak keluarga dan sudah menjadi sebuah hiburan dalam acara pesta pernikahan Di Kabupaten Gayo Lues. Bergesernya peran pongot di lingkungan masyarakat memberi dampak terhadap sistem sosialnya seperti tidak stabilnya sebuah penjiwaan dan pencapaian hal yang diinginkan tentang pencapaian pongot tersebut karena ia sudah tidak berprilaku sesuai apa yang diharapkan.Kata kunci: pergeseran, peran, Pongot, adat pernikahan