Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Searching for Cu, Cd, Zn Bioindicator Species of Macrofauna Benthic in Kangean Archipelago and Surabaya, Indonesia Aunurohim, Aunurohim
IPTEK The Journal for Technology and Science Vol 20, No 2 (2009)
Publisher : IPTEK, LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j20882033.v20i2.126

Abstract

The comparative study of copper accumulation, cadmium and zinc by macro fauna benthic species has been achieved in the Kangean Archipelago and Sura-baya (Indonesia). The preliminary survey had been taken because of the scientific data did not exist on the metallic contamination in the Kangean Archipelago. In compari-son, Surabaya is an industrial city that presents a strong potential contamination of copper; cadmium and zinc refer to the previous studies. The main object of the re-search was comparing the contamination level of the two sites by the slant concentration measurement on the abun-dant of macro fauna benthic species. It would be possible to define the bio indicator species of the contamination in order to use it as the term on the whole inter tropical cen-tre. The results showed that there was a specific differren-tiation between copper and cadmium concentration for Gafrarium tumidum (Kangean) in a varied sizes; Anadara inadequate collected from Kangean had shown the same variation but not for the cadmium concentration. The va-riances analysis of two factors (size vs site) on Anadara inadequate from both of sites showed that there were spe-cific differentiation between copper and zinc concentra-tion, but not for cadmium. Generally, the contamination level of copper, cadmium and zinc in Surabaya is higher than Kangean. The species of Nassarius globosus, Saccos-trea cucullata, Hinia sp and Anadara inadequate can be used to bioindicator species. The Anadara inadequate spe-cies is an ideal bioindicator species for the surveillance of cadmium contamination because they mostly found in the both of sites and accumulated (in average) strongly with 10,98 - 11,31 μg/g dry weight.
Struktur Komunitas Fitoplankton pada Tambak dengan Pupuk dan Tambak Tanpa Pupuk di Kelurahan Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur Syaikhul Mahmud; Aunurohim Aunurohim; Indah Trisnawati Dwi Tjahyaningrum
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Sains dan Seni ITS (ISSN 2301-928X)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.291 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v1i1.1069

Abstract

Wonorejo merupakan kawasan pertambakan yang menjadi tumpuan dan salah satu pemasok hasil perikanan tambak di Surabaya dan sekitarnya, budidaya perikanan tambak tidak lepas dari pakan alami yang terdapat di dalam media budidaya tambak, dimana pakan alami yang paling utama di dalam budidaya tambak adalah fitoplankton, fitoplankton sangat bergantung pada keberadaan nutrien terlarut didalam air, dimana nutrien ini didapatkan dari media air awal dan juga dari nutrien tambahan seperti pupuk. Terkait penggunaan pupuk, tambak wonorejo dibagi menjadi dua, yaitu tambak dengan pemberian pupuk dan tambak tanpa pemberian pupuk, perbedaan ini dapat mempengaruhi struktur komunitas fitoplankton pada perairan budidaya tambak, sehingga dibutuhkan analisa mengenai struktur komunitas fitoplankton pada perairan tambak dengan pemberian pupuk dan tambak tanpa pemberian pupuk. Hasil dari analisa struktur komunitas fitoplankton pada tambak Wonorejo didapatkan 61 spesies dari 5 klas berbeda. Secara umum pada tambak dengan pemberian pupuk didapatkan 52 spesies, dengan kepadatan total komunitas fitoplankton pada saat mengalami kepadatan tertinggi sebesar 45.211 sel/l dari 33 spesies yang ditemukan, dan didominasi oleh spesies Chaetoceros sp., sedangkan pada tambak tanpa pemberian pupuk secara umum didapatkan 23 spesies, dengan kepadatan total komunitas fitoplankton pada saat mengalami kepadatan tertinggi sebesar 3.733 sel/l dari 16 spesies yang ditemukan, dan didominasi oleh spesies Cladophora sp
Perilaku Harian Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dalam konservasi ex-situ Kebun Binatang Surabaya Ari Ganesa; Aunurohim Aunurohim
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Sains dan Seni ITS (ISSN 2301-928X)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.093 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v1i1.1327

Abstract

Panthera tigris sumatrae merupakan subspesies Panthera tigris yang tersisa di Indonesia. Subspesies tersebut terdistribusi hanya di Pulau Sumatera. Status critically endangered menyebabkan Panthera tigris sumatrae dikonservasi secara ex-situ. Maka dari itu, dilakukan program penangkaran di kebun binatang atau suaka marga satwa, salah satunya adalah Kebun Binatang Surabaya. Studi ini bertujuan untuk mengamati perilaku harian dan faktor-faktor yang memengaruhi adaptasi Panthera tigris sumatrae di Kebun Binatang Surabaya, kemudian dibandingkan dengan literatur. Studi menggunakan metode focal animal sampling pada bulan Juni 2012. Metode penelitian ini adalah metode observasi yang dilakukan pada empat individu harimau Sumatera di KBS. Adapun pengamatan yang dilakukan adalah perilaku makan, istirahat, sosial dan lain-lain. Hasil yang didapatkan pada penelitian mengenai perilaku harian empat harimau Sumatera pada habitat ex-situ di KBS yaitu rata-rata perilaku istirahat 74,9%, perilaku sosial 2,86%, perilaku makan 1,5% dan perilaku lain-lain 20,74 %. Secara umum perilaku harian harimau Sumatera di habitat ex-situ KBS punya kesamaan dengan habitat insitu. Baik dalam hal lama waktu aktivitas, cara, serta perilaku harimau Sumatera pada tiap-tiap aktivitas
Keanekaragaman Burung di Beberapa Tipe Habitat di Bentang Alam Mbeliling Bagian Barat, Flores Nur Sita Hamzati; Aunurohim Aunurohim
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1154.695 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v2i2.3856

Abstract

Kondisi kepulauan di kawasan Wallacea yang terisolasi oleh laut menyebabkan banyaknya burung dikategorikan endemik dan sebaran terbatas. Flores merupakan salah satu pulau yang menyumbang burung endemik terbanyak, dimana empat jenis diantaranya ditemukan di bentang alam Mbeliling. Penelitian di bentang alam Mbeliling bagian barat bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman burung pada empat tipe habitat yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah transek, yaitu menjelajahi semua tipe habitat berdasarkan jalur yang terdapat di Desa Golomori. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman burung di habitat mangrove, savana dan kebun campuran termasuk tinggi dengan nilai indeks keanekaragaman 3,497; 3,324 dan 3,262. Sedangkan keanekaragaman burung di hutan hujan termasuk sedang dengan nilai indeks keanekaragaman 2,664, karena adanya Kakatua-kecil Jambul-kuning (Cacatua sulphurea) dengan  jumlah yang mendominasi dibandingkan jenis yang lain
Konsentrasi dan Lama Pemaparan Senyawa Organik dan Inorganik pada Jaringan Insang Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) pada Kondisi Sub Lethal Rennika Rennika; Aunurohim Aunurohim; Nurlita Abdulgani
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.703 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v2i2.3931

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan lama pemaparan senyawa organik dan inorganik pada jaringan insang ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) di kondisi sub lethal. Penelitian ini meliputi uji pendahuluan penentuan konsentrasi PbCl2 dan Diazinon 600 EC serta uji toksisitas sub lethal. Hasil dari uji pendahuluan penentuan konsentrasi PbCl2 dan Diazinon 600 EC adalah LC50 dari Diazinon sebesar 2,491  mg/L dan LC50 dari PbCl2 sebesar 313,232 mg/L. Variasi konsentrasi yang digunakan kedua zat adalah 0%; 2,5%; 5%; dan 10% dari LC50. Sehingga variasi konsentrasi Diazinon yang digunakan toksisitas sub lethal adalah 0 mg/L, 0,0625 mg/L, 0,125 mg/L, dan 0,25 mg/L. Dan variasi konsentrasi PbCl2 yang digunakan toksisitas sub lethal adalah 0 mg/L, 7,83 mg/L, 15,66 mg/L, dan 31,32 mg/L. Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) didedahkan pada akuarium selama 30 hari. Insang diambil pada hari ke 10, 20, dan 30. Insang dijadikan preparat histologi dan preparat insang diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 40x. Pengamatan preparat dilakukan secara semikuantitatif skoring. Hasil skoring dianalisa dengan menggunakan Anova Two-way untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi dan lama pemaparan terhadap kerusakan insang. Hasil Anova Two-way menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi dan lama pemaparan tidak berpengaruh terhadap semua jenis kerusakan insang. Konsentrasi Diazinon yang berpengaruh terhadap kerusakan edema, hiperplasia dan nekrosis berturut-turut adalah 0,125 mg/L, 0,25 mg/L, dan 0,25 mg/L. Sedangkan konsentrasi PbCl2 yang berpengaruh terhadap kerusakan hiperplasia, fusi, dan nekrosis adalah 31,32 mg/L. Sedangkan lama pemaparan kedua zat yang berpengaruh terhadap hyperplasia adalah hari ke 20
Kecepatan Filtrasi Kerang Hijau Perna viridis terhadap chaetoceros sp dalam Media Logam Tercemar Kadmium Putri Liliandari; Aunurohim Aunurohim
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.69 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v2i2.3957

Abstract

Kerang Hijau mendapatkan makanannya dengan cara menyaring partikel plankton dari perairan. Dengan cara mendapatkan makanan yang demikian memungkinkan logam berat yang terlarut didalamnya ikut masuk kedalam tubuh kerang hijau. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh logam berat Cd terhadap kecepatan filtrasi kerang hijau terhadap Chaetoceros sp. sebagai pakan kerang hijau. Perlakuan dosis konsentrasi logam berat kadmium yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0 ppm (kontrol), 1 ppm, dan 2 ppm.  Kecepatan filtrasi kerang hijau terlihat dari pengamatan kepadatan sel Chaetoceros sp. tiap 4 jam selama penelitian. Penelitian berskala laboratorium ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan masing masing konsentrasi dilakukan 3 kali ulangan. Untuk mengetahui adanya perbedaan kecepatan filtrasi terhadap konsentrasi kadmium yang berbeda maka diuji dengan Anova one way. Didapatkan hasil semakin tinggi konsentrasi kadmium maka semakin tinggi kecepatan filtrasi dengan nilai kecepatan filtrasi untuk tiap konsentrasi kontrol (0 ppm), 1 ppm, dan 2 ppm berturut-turut sebesar 64,90 L/jam; 105,23 L/jam; dan 299,05 L/jam. Namun, berdasarkan uji Anova menunjukkan p=0.694 yang berarti konsentrasi kadmium tidak berpengaruh terhadap peningkatan kecepatan filtrasi kerang hijau
Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih, Situbondo Iwenda Bella Subagio; Aunurohim Aunurohim
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.88 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v2i2.3962

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komunitas spons laut (Porifera) yang terdapat di perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo pada kedalaman 7 dan 14 meter. Data diambil bersama dengan parameter fisik perairan yang mendukung yaitu suhu, salinitas, kecerahan dan tipe substrat. Data spons laut diambil menggunakan metode transek kuadran dengan panjang transek 100 meter di setiap stasiun pengambilan sampel. Hasil dari data yang didapatkan dianalisis menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon - Wienner, Dominansi, Kemerataan Pielou, serta kesamaan komunitas Morisita – Horn. Distribusi spons laut dilihat menggunakan metode multivarian yang digambarkan dengan diagram ordinasi.  Hasil dari observasi yang dilakukan diketahui bahwa terdapat 11 spesies porifera dengan nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1,17 – 2, 33 dan dominansi berkisar antara 0,15 – 0,35, sedangkan untuk kemerataan spesies berkisar antara 0,24 – 0,67. Spesies yang mendominasi di kedalaman 7 meter adalah Aaptos suberitoides sedangkan pada kedalaman 14 meter adalah Xestospongia testudinaria dan spesies yang tersebar merata di semua transek adalah Petrosia (strongylophora) corticata
Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Hubungannya dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Sumah Yulaipi; Aunurohim Aunurohim
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.412 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v2i2.3965

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioakumulasi logam berat timbal (Pb) dan hubungannya dengan laju pertumbuhan ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Penelitian ini meliputi uji pendahuluan penentuan konsentrasi PbCl2, persiapan ikan uji, uji AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometry), pengamatan pertumbuhan ikan dengan parameter yang diamati adalah panjang dan berat ikan.Hasil uji  pendahuluan penentuan konsentrasi PbCl2 diperoleh nilai LC5096jam sebesar 313,232 mg/L. Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 0%; 2,5%; 5%; dan 10% dari LC5096jam. Konsentrasi timbal (Pb) dan hari paparan mempengaruhi konsentrasi timbal (Pb) pada daging ikan dengan nilai p pada uji ANOVA two – way adalah 0,000 dan konsentrasi yang paling berpengaruh adalah konsentrasi 10%LC5096jam pada hari paparan ke – 30. Terkait laju pertumbuhan ikan semakin besar konsentrasi yang digunakan dan semakin lama paparan timbal, maka laju pertumbuhan (laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan panjang harian ) menurun, sedangkan setelah dilakukan uji ANOVA one – way menurunnya laju  pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan panjang harian ternyata tidak dipengaruhi oleh kandungan logam berat timbal (Pb) yang ada di dalam daging ikan. Hal ini dapat diketahui dari nilai p uji ANOVA one – way pada laju pertumbuhan spesifik (SGR) adalah 0,453 dan nilai p pada laju pertambahan panjang harian sebesar 0,223
Tingkah Laku Makan Rusa Sambar (Cervus unicolor) dalam Konservasi Ex-situ di Kebun Binatang Surabaya Vina Sita; Aunurohim Aunurohim
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.476 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v2i2.3968

Abstract

Rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan rusa yang terbesar ukurannya di Indonesia dan salah satu rusa yang paling banyak dipilih pemburu sebagai satwa target buru. Satwa yang populasinya semakin berkurang ini  perlu dilestarikan dengan melakukan konservasi secara ex-situ. Kebun binatang Surabaya merupakan salah satu tempat penangkaran rusa sambar (Cervus unicolor) secara ex-situ. Penelitian mengenai tingkah laku makan rusa sambar (Cervus unicolor) di Kebun Binatang Surabaya dilaksanakan pada bulan Desember 2012-Januari 2013. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkah laku makan serta tingkat kesukaan pakan rusa sambar. Pengamatan dan pengambilan data menggunakan 2 ekor rusa sambar yang dilakukan pengamatan secara langsung, serta menggunakan metode cafetaria feeding untuk mengetahui uji palatabilitas pakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku makan rusa sambar selama 24 jam yaitu lama makan 310,16-316,79 menit, lama ruminasi 286,50-296,36, jumlah periode ruminasi 14,07-16,21 kali dan jumlah siklus ruminasi per periode sebanyak 26,39-28,26 kali. Uji palatabilitas pakan yang paling disukai berturut-turut adalah pisang, kacang panjang, ubi jalar, rumput gajah, dan wortel
Populasi Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi, Stresemann 1912) Hasil Pelepasliaran di Desa Ped dan Hutan Tembeling Pulau Nusa Penida, Bali Citra Fitrie Riany; Aunurohim Aunurohim
Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (719.06 KB) | DOI: 10.12962/j23373520.v2i2.4056

Abstract

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dalam Red Data Book IUCN tahun 2012 dikategorikan sebagai satwa yang paling terancam punah (Critically Endangered). Pengurangan daerah jelajah dan ditambah lagi penangkapan burung secara ilegal untuk perdagangan ataupun sebagai burung peliharaan telah menurunkan jumlah populasi liarnya di alam sampai batas kritis terendah. Salah satu usaha konservasi ex situ terhadap Jalak Bali telah dilakukan oleh Friends of the National Parks Foundation (FNPF) yaitu pelepasliaran Jalak Bali di Pulau Nusa Penida untuk mencegah kepunahan Jalak Bali di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi populasi dan penggunaan habitat Jalak Bali hasil pelepasliaran di Desa Ped dan Hutan Tembeling, Pulau Nusa Penida, Bali. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Januari - 12 Februari 2013 di Hutan Tembeling dan Desa Ped, Pulau Nusa Penida, Bali. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan observasi awal yaitu 6 stasiun di Hutan Tembeling dan sekitarnya serta 5 stasiun di Desa Ped. Sampling populasi Jalak Bali dilakukan dengan menggunakan metode terkonsentrasi (Purposive Random Sampling) dengan cara membuat plot imajiner berbentuk lingkaran dengan jari-jari ±150 m selama maksimal 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan Jalak Bali hanya ditemukan di Desa Ped sebanyak 25±2 ekor. Habitat Jalak Bali di Desa Ped mendiami wilayah sekitar Yayasan, Pura Dalem, Pura Puseh, Banjar Sental, dan Banjar Biaung. Jalak Bali memanfaatkan 29 spesies tumbuhan dari habitus semak hingga pohon. Jalak Bali di Desa Ped menggunakan sarang dari nest box dan sarang alami di Pohon Ancar dan Pohon Randu (Ceiba pentandra). Pohon Kelapa (Cocos nucifera) merupakan tumbuhan yang paling sering dimanfaatkan Jalak Bali di seluruh lokasi. Sedangkan Pohon Bunut (Ficus glabela) merupakan spesies yang paling bermanfaat bagi Jalak Bali sebagai tempat bertengger, mencari makan, dan bersarang
Co-Authors . Fathurrahman Abdul Wahab Abdul Wahab Adityo Pratomo Putro Ahmad Yanuar Ajiditya Putro Fadhlillah Alvida Mustika Rukmi Amelia Firdaus Ananda Krisna Aldianita Anies Wijayanti Anies Wijayanti Anis Suryani Anisa Rahma Maharani Ardi Lukman Hakim Ari Ganesa Boing Indraswari Cicilia Puspa Rini Citra Fitrie Riany Denis Fichet Dewi Hidayati Dheva Noveilya Dian Saptarini Dwi Novitasari Edwin Setiawan Edwin Setiawan Eka Krisna Risawati Eka Nur Rahmawati Endar Drianto Enny Zulaika Enny Zulaika Farid Kamal Muzaki Fathurrahman Fathurrahman Fione Yukita Yalindua Fiqey Indriati Eka Sari Gilles Radenac Herdayanto Sulistyo Putro Hermawan Hermawan Hermawan Imelda Priskila Simanjuntak Indah Trisnawati Dwi Tjahjaningrum Iska Desmawati Iswatul Diah Lutvianti Iwenda Bella Subagio Kuswandi Linda Novita Sari Lukman Atmaja M Daffa Aditya M. Isa Irawan Mardi Santoso Miftakhul Sefti Raufanda Muhammad Amin Kurniawan Muhammad Romadhoni Muhammad Tsabitul Fuad Mukhammad Muryono Mukhlas Basah Nabilah Dita Anaqah Nadila Wulan Cahyani Ni Kadek Githa Kartika Gunadyani Nita Citrasari Nor Farida Nova Maulidina Ashuri Nur Sita Hamzati Nurlita Abdulgani Nurul Jadid Prasetyo Putri Ayu Jannatul Firdaus Putri Liliandari Putri Saphira Ibrahim Refer Iqbal Tawakkal Rennika Rennika Romanus Edy Prabowo Rony Irawanto Ruzain Rafie Sukma Putra Saptarini, Dian Shinta Cahyaning Dewi Shovitri, Maya Sumah Yulaipi Susi Agustina Wilujeng Susy Budi Astuti Syaikhul Mahmud Taslim Ersam Triono Bagus Saputro, Triono Bagus Tutik Nurhidayati Tutik Nurhidayati Vanuella Tresnaning Budi Varian Fahmi Vina Sita Wenny Devinta Dwi Rahmadiani Yaqdhan Nufal Rafi Yatim Lailun Ni’mah Yeni Indah Lestari