Claim Missing Document
Check
Articles

PENENTUAN TIPE FLUIDA SUMBER MATA AIR PANASDI KECAMATAN GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK Hidayat, Rahmatul; Putra, Ardian
Jurnal Ilmu Fisika Vol 6, No 2 (2014): JURNAL ILMU FISIKA
Publisher : Jurnal Ilmu Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.411 KB) | DOI: 10.25077/jif.6.2.74-80.2014

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang penentuan tipe fluida mata air panas di Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Berdasarkan analisis kandungan ion HCO3 - , SO4 2- , dan Cl- dengan menggunakan diagram trilinier atau diagram Piper. Pengujian kandungan ion HCO3 - menggunakan metode titrasi, pengujian kandungan ion SO4 2- menggunakan metode spektrofotometri dan untuk pengujian kandungan ion Cl- digunakan hubungan nilai konduktivitas listrik dan kandungan ion klorida. Sampel mata air panas diambil dari lima lokasi yang berbeda. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah kandungan ion tertinggi dari kelima sumber mata air panas adalah ion sulfat, kemudian bikarbonat dan kandungan terendahnya adalah ion klorida. Dari diagram trilinier dapat disimpulkan bahwa kelima sumber mata air panas di Kecamatan Gunung Talang bertipe air sulfat.
PENGARUH PENAMBAHAN RESIN TERHADAP RESISTIVITAS DAN POROSITAS CAMPURAN PASIRSEMEN Putra, Ardian
Jurnal Ilmu Fisika Vol 2, No 2 (2010): JURNAL ILMU FISIKA
Publisher : Jurnal Ilmu Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.762 KB) | DOI: 10.25077/jif.2.2.81-84.2010

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan resin terhadap resistivitas dan porositas campuran pasir-semen. Bahan yang digunakan adalah pasir (butiran pasir), semen Padang Portland tipe 1 dan resin damar. Sampel dibuat dengan komposisi massa pasir 20 gr, 40 gr, 60 gr, 80 gr, massa resin 0 gr, 10 gr, 20 gr, 30 gr, 40 gr, dan massa semen 60 gr. Resistivitas terbesar didapatkan sebesar 0,040 Ωm pada campuran dengan massa pasir 60 gr dan massa resin 0 gr, resistivitas terkecil 0,020 Ωm pada campuran dengan massa pasir 80 gr dan massa resin 40 gr. Hasil yang diperoleh memperlihatkan resistivitas turun dengan penambahan massa resin dan tidak memperlihatkan pola yang baik dengan penambahan massa pasir. Porositas terbesar adalah 69 % pada campuran dengan massa pasir 20 gr dan massa resin 20 gr, porositas terkecil adalah 27 % pada campuran dengan massa pasir 60 gr dan massa resin 0 gr. Porositas turun dengan penambahan massa pasir, namun porositas naik dengan penambahan massa resin 0-20 gr, dan turun atau konstan dengan massa resin 20-40 gr. Nilai resistivitas menurun dengan penambahan nilai porositas, namun diperlukan data yang lebih banyak untuk menguatkan hubungan ini.
POLA PENAMPANG LINTANG MAKROSKOPIK TOTAL DALAM SEL BAHAN BAKAR NUKLIR Aini, Nurul; Shafii, Mohamad Ali; Putra, Ardian
Jurnal Ilmu Fisika Vol 6, No 1 (2014): JURNAL ILMU FISIKA
Publisher : Jurnal Ilmu Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.758 KB) | DOI: 10.25077/jif.6.1.25-30.2014

Abstract

Penampang lintang makroskopik memiliki peranan penting dalam menghitung transport neutron yang terjadi pada reaktor nuklir. Hasil penampang lintang digunakan untuk menghitung nilai distribusi fluks neutron yang terjadi di teras reaktor. Penelitian ini menampilkan nilai penampang lintang makroskopik total dari sebuah sel bahan bakar nuklir. Tahap awal dilakukan dengan menentukan bahan bakar yang digunakan yaitu uranium-plutonium nitride, kemudian fraksi massa dan fraksi volume, cladding, dan pendingin. Perhitungan penampang lintang makroskopik ini dilakukan dengan metode simulasi komputer menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0. Program yang digunakan adalah program homogenisasi sel dengan data library JFS-3-J33 dari JAEA (Japan Atomic Energy Agency) yang menghasilkan nilai penampang lintang makroskopik total untuk 70 grup energi. Hasil analisis menunjukan bahwa pola penampang lintang makroskopik total untuk nuklida uranium dan plutonium pada energi tinggi (unresolved resonance) mengalami tumpang tindih (overlap) dalam sel bahan bakar nuklir.
PENENTUAN RESISTIVITAS LISTRIK MORTAR MENGGUNAKAN METODE PROBE DUA ELEKTRODA Putra, Ardian
Jurnal Ilmu Fisika Vol 4, No 2 (2012): JURNAL ILMU FISIKA
Publisher : Jurnal Ilmu Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.19 KB) | DOI: 10.25077/jif.4.2.62-66.2012

Abstract

Penentuan resistivitas listrik campuran semen dan pasir dengan perbandingan antara air dan semen (rasio w/c) 0,45, 0,5 dan 0,55 diukur menggunakan metode probe dua elektroda. Campuran merupakan komposisi material dengan massa semen 200 g dan variasi massa pasir 100 g, 150 g, 200 g, 250 g dan 300 g. Campuran dibentuk dalam sebuah pipa berdiameter 5,66 cm dan tinggi 9,80 cm, dan diuji menggunakan elektroda tembaga. Kenaikan massa pasir dan peningkatan rasio w/c mengakibatkan kenaikan resistivitas listrik.
Karakterisasi Sinter Silika Mata Air Panas Garara Kab. Solok dan Mata Air Panas Sapan Maluluang Kab. Solok Selatan Menggunakan Metode Analisis Termal Putra, Ardian; Ramadhan, Rizky; Ilham, Rahmat
Jurnal Ilmu Fisika Vol 11, No 1 (2019): Published in March 2019
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.936 KB) | DOI: 10.25077/jif.11.1.47-53.2019

Abstract

Telah dilakukan karakterisasi sinter silika dari mata air panas Garara, Kabupaten Solok, dan mata air panas Sapan Maluluang, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Sinter silika dimurnikan untuk meningkatkan kadar SiO2 menggunakan metode ekstraksi padat-cair. Peningkatan kadar SiO2 dapat dilihat berdasarkan hasil uji XRF (X-Ray Fluorescence). Kadar SiO2 Sampel sinter silika Garara meningkat,  dari 54,28 % menjadi 79,034 % setelah pemurnian. Pada sampel sinter silka Sapan Maluluang kadar SiO2 meningkat dari  83,39 %, menjadi 95,216 %. Metode Analisis Termal  atau Differential Thermal Analysis (DTA) digunakan untuk melihat perubahan fasa kristalin dari sintel silika. Berdasarkan pengujian DTA diperoleh hasil transisi gelas sampel sinter silika Garara dan Sapan Maluluang berturut-turut pada suhu 530,83 °C dan 551,52 °C . Silika Garara mengalami perubahan α→β-quartz pada suhu 643,66 °C dan perubahan β-quartz→ β-trydimite terjadi pada suhu 811,48 °C. Untuk hasil DTA sinter silika Sapan Maluluang terjadi perubahan α→β-quartz pada suhu 657,48 °C dan transisi β-quartz→β-trydimite terjadi pada suhu 700,45 °C . Hal ini memperlihatkan sinter silika dengan kandungan silika yang lebih tinggi dan berstruktur amorf memiliki transisi gelas dan suhu transisi α→β-quartz yang le bih tinggi dan transisi β-quartz→β-trydimite yang lebih rendah dibandingkan sinter silika yang masih mengandung karbonat.Kata Kunci : sinter silika, ekstraksi, pemurnian, analisis termal , mata air panas Garara, mata air panas Sapan Maluluang 
Interpretation of Subsurface Structure Based on the Magnetic Data at Semurup Geothermal Area Kerinci Maulidan, Ikhwan Fikri; Tri Suci, Ratika; Mahendra, Andre; Putra, Ardian
Jurnal Ilmu Fisika Vol 13, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jif.13.2.101-108.2021

Abstract

The interpretation of subsurface structures in Semurup geothermal area has been carried out using the geomagnetic method. Data were collected in an area of 1500 m × 1400 m consisting of 160 points. The magnetic anomaly value obtained was derived from the total magnetic induction value that has been corrected by IGRF and diurnal variation, then transformed by reduction to equator and upward continuation to remove noise and separate local and regional anomalies. The results of data processing showed the total magnetic field values in the study area ranged from -1730.4 nT to 1909.0 nT. Magnetic anomalies in this study area are dominated by negative values that may be caused by demagnetised rocks (a result of hydrothermal alteration). The results of 2D modeling, it has 5 rock layers that can be classified into 3 main parts of the geothermal system The first and second layers are caprock with a depth of up to 850 meters consisting of sedimentary rock, clay, and sandstone. The third layer is indicated as a reservoir with a depth from 850 to 1450 m and is dominated by sandstone and clay alteration Hot rock in the fourth and fifth layers is dominated by basalt igneous rock and the presence of dacitic lava intrusion from the northeast of the study area at depths below 1450 m, and the Siulak fault as a outflow zone for geothermal fluid. The presence of the caprock, reservoir, hot rock, and fault zones indicates that the Semurup area has geothermal potential and is suitable for further exploration.
Sintesis Aluminium Matrix Composites (AMC) Berpenguat Sinter Silika dengan Metode Powder Metallurgy Zeflianto Rhomar; Ardian Putra; Astuti Astuti
Jurnal Fisika Unand Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.945 KB) | DOI: 10.25077/jfu.6.2.101-106.2017

Abstract

Aluminium Matrix Composites (AMC) telah disintesis dari aluminium serbuk sebagai matriks dan sinter silika (berbentuk serbuk) sebagai pengisi yang berasal dari mata air panas Sentral, Solok Selatan, Sumatera Barat dengan menggunakan metode powder metallurgy. Sintesis dilakukan dengan cara mencampur aluminium dengan sinter silika, dilakukan  4 variasi massa, yaitu 80 g : 5 g ; 80 g 10 g ; 80 g : 15 g dan 80 g : 20 g dengan menggunakan media pelarut, yaitu metil alkohol. Campuran diaduk selama 210 menit dengan menggunakan hot plate magnetic stirrer, kemudian endapan yang tersisa dikeringkan dengan oven selama 60 menit  dengan temperatur 100oC. Endapan yang telah dikeringkan kemudian digerus sebanyak 0,5 g untuk masing-masing sampel dikompaksi sehingga berbentuk pelet. Pelet disintering dengan furnace selama 180 menit dengan temperatur 600oC. Pelet yang telah disintering diukur massa kering, diameter, tinggi dan massa basahnya setelah dicelupkan ke dalam air selama 12 menit kemudian dapat dihitung nilai densitas dan porositas setelah sintering dan porositasnya. Dari hasil perhitungan, densitas komposit setelah sintering cenderung memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan densitas komposit sebelum sintering. Berdasarkan perhitungan dan pengujian didapatkan persentase porositas dan kuat tekan, yaitu 40,72% dan 0,078 MPa untuk sampel 1, 39,12% dan 0,098 MPa untuk sampel 2, 39,51% dan 0,088 MPa untuk sampel 3 dan 44,45% dan 0,069 MPa untuk sampel 4. Berdasarkan hubungan kuat tekan dan porositas didapatkan hubungan σ = 0,8721e-5,757P  dimana 0,8721 MPa menyatakan kuat tekan komposit tanpa pori.        Kata kunci: AMC, densitas, pelet, porositas, powder metallurgy, sintering
PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo; Ardian Putra
Jurnal Fisika Unand Vol 2 No 3: Juli 2013
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.9 KB) | DOI: 10.25077/jfu.2.3.%p.2013

Abstract

Telah dilakukan pengujian konduktivitas dan kandungan logam air limbah dengan  media serap batu apung. Ukuran partikel batu apung divariasikan yaitu 2 mesh, 4 mesh, 10 mesh dan 20 mesh. Penyaringan sampel air limbah dilakukan dengan 2 metode penyaringan yaitu penyaringan berdasarkan tinggi media serap batu apung 15 cm dan penyaringan berdasarkan massa media serap air limbah yaitu 250 g. Berdasarkan pengujian konduktivitas menggunakan konduktivitimeter dihasilkan konduktivitas terendah dari media serap batu apung dengan tinggi 15 cm sebesar 86,23 µS pada variasi ukuran partikel batu apung 2 mesh, sedangkan konduktivitas terendah dari media serap batu apung dengan massa 250 g sebesar 78,86 µS pada variasi ukuran partikel batu apung 2 mesh dan konduktivitas sampel air limbah murni 41,8 µS. Hasil pengujian kandungan logam menggunakan Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) dengan larutan standar Fe, Pb, Cu, Cr, dan Al  menunjukkan logam Fe merupakan logam dengan konsentrasi tertinggi yaitu 14,455 mg/L pada sampel air limbah murni dan logam Fe mengalami penurunan terbesar menjadi 3,727 mg/L dengan variasi ukuran partikel batu apung 20 mesh.
Estimasi Karakteristik Reservoir Panas Bumi dari Sumber Mata Air Panas di Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan Randa Permanda; Ardian Putra
Jurnal Fisika Unand Vol 6 No 1 (2017)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.227 KB) | DOI: 10.25077/jfu.6.1.39-46.2017

Abstract

Dalam kegiatan eksplorasi pendahuluan dan proses pengembangan lapangan panas bumi, kandungan fluida panas bumi sangat berguna untuk memberikan perkiraan mengenai karakteristik reservoir panas bumi. Kandungan fluida panas bumi dapat memberikan gambaran mengenai temperatur dan jenis reservoir serta tipe fluida panas bumi. Konsentrasi dari unsur-unsur fluida panas bumi dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan temperatur resevoir panas bumi dengan menggunakan persamaan geotermometer. Penelitian ini akan mengestimasi karakteristik reservoir panas bumi berdasarkan lima sumber mata air panas di Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan. Tipe fluida dan karakteristik reservoir panas buminya dipelajari melalui pengukuran pH, temperatur permukaan, dan uji kandungan mata air panas dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) dan spektrofotometer visible. Konsentrasi unsur yang diteliti yaitu Na, K, Ca, dan SiO2 dan didapatkan konsentrasi unsur dari urutan yang terbesar adalah Ca, Na, K, dan SiO2. Kandungan unsur ini dimasukkan ke dalam beberapa persamaan geotermometer, seperti persamaan geotermometer silika dan Na-K-Ca. Persamaan geotermometer yang cocok pada daerah penelitian adalah persamaan geotermometer Na-K-Ca dan silika amorf dengan nilai estimasi temperatur reservoir 224 oC–332 oC. Nilai estimasi temperatur reservoir mengindikasikan bahwa kelima sumber mata air panas berasal dari sistem reservoir yang sama. Nilai estimasi ini berada dalam kisaran nilai estimasi temperatur reservoir yang diperoleh oleh PT. Supreme Energy yaitu 210 oC – 320 oC. Mata air panas di daerah penelitian memiliki pH netral (6,8-7,4). Berdasarkan nilai ini, tipe fluida mata air panas di Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan adalahalkali klorida dan sistem panas buminya didominasi oleh air.
Analisis Kecepatan Gelombang Primer dan Sekunder Pada Batuan Gunung Api di Sekitar Daerah Kabupaten Solok Selatan Nofriza Hastuti; Ardian Putra
Jurnal Fisika Unand Vol 11 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (970.728 KB) | DOI: 10.25077/jfu.11.1.119-125.2022

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang pengukuran kecepatan gelombang primer dan sekunder pada sampel batuan gunung api di sekitar daerah Kabupaten Solok Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kecepatan gelombang primer dan sekunder dari sampel batuan. Sampel batuan diambil pada 12 titik daerah di Kabupaten Solok Selatan dengan masing-masing titik diambil sebanyak 3 buah sampel batuan. Sebelum dilakukan pengukuran kecepatan gelombang primer dan sekunder, batuan diprepasi terlebih dahulu dengan memotong batuan menggunakan alat gerinda batu. Pengukuran kecepatan gelombang primer dan sekunder dilakukan dengan menggunakan alat sonic wave analyzer (SOWAN). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa batuan yang diambil di daerah Kabupaten solok selatan merupakan  batuan beku andesit dan basalt. Daerah penelitian dibagi menjadi dua zona yakni daerah yang dekat dengan manifestasi panas bumi dan daerah yang cukup jauh dari manifestasi panas bumi. Pada penelitian perbedaan karakteristik batuan pada dua zona daerah ini terdapat pada nilai kecepatan gelombang primer dan sekunder yang merambat pada batuan. Batuan yang memiliki kecepatan gelombang primer dan sekunder yang paling besar merupakan batuan yang berada cukup jauh dari daerah manifestasi panas bumi sementara itu batuan di daerah yang dekat manifestasi panas bumi memiliki kecepatan gelombang primer dan sekunder yang lebih kecil.