Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Rasio Fraksi Debu-Liat Sebagai Indikator Perkembangan dan Kesuburan Tanah Muhammad Nuriman; Rini Hazriani; Tri Tiana Ahmadi Putri
Jurnal Solum Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.255 KB) | DOI: 10.25077/jsolum.19.1.24-33.2022

Abstract

Soil horizon development is a determinant of soil type and characteristics. The morphology reflects the stages of soil formation by observing the genetic horizon. The genetic horizon is a soil layer distinguished by symbols (O, A, E, B, C, and R). Soil formation can also be obtained from the silt-clay fraction as part of the soil texture observation. The silt-clay ratio can reflect the soil morphology and genesis. This study aimed to determine the silt-clay ratio as an indicator of soil development and fertility. This study was conducted in 2020 in Manismata Sub-District West Kalimantan Province with soil parent material derived from sedimentary rocks with the topography of 0-3%, 3-8%, and 8-15%. The observations were carried out on five soil profiles in terms of morphology, texture, organic matter, nitrogen, CEC, and Ca. Based on the results, entisol (regosol) had A-C genetic horizon and silt-clay ratio >2.73. Meanwhile, inceptisol (kambisol) had an A-B-C genetic horizon and a silt-clay ratio of 1.44 – 2.24. The silt-clay ratio in entisol had a significant influence on organic matter, CEC, and Ca of 75.79%, 86.98%, and 85.14%, respectively. Silt-clay ratio in inceptisol had a significant influence on organic matter, CEC, and Nitrogen. 3-8% inceptisol had a negative relationship of 67.25%, 52.33% and 84.59%, respectively. Meanwhile, 8-15% of Kambisol had a positive relationship with R2 of 69.08%, 54.49%, and 66.61%, respectively. The difference in the relationship (negative, positive) on inceptisol was due to 3-8% inceptisols having lithologic discontinuities. Thus, it can be concluded that the silt-clay ratio can be an indicator of soil development and fertility.Key words : Fertility, Morphogenesis, Silt/Clay, Soil Weathering
Metode Alternatif Memperkirakan Konsentrasi Karbon Organik Terlarut dalam Air Saluran Drainase dan Tanah Gambut Muhammad Nuriman; Gunawan Djajakirana; Darmawan Darmawan; Gusti Z. Anshari
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 39, No 1 (2015)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v39n1.2015.1-8

Abstract

Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan Melalui Pendidikan Diagnosa Visual Hara Tanaman Riduansyah Riduansyah; Denah Suswati; Muhammad Nuriman; Romiyanto Romiyanto
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 4 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v4i4.2223

Abstract

Increasing farmers' human resources in evaluating plant nutrients is an important part of increasing plant productivity, family food security and farmer income. Therefore, we researchers, carry out training activities for farming communities. The training was held in the Pal Sembilan village office hall, Sungai Kakap District. Attended by village officials, heads of farmer groups and members of farmer groups, Pal Sembilan village with a total of 30 people. The training was carried out by discussing procedures for visually observing deficiencies and excesses of plant nutrients. Farmers gain knowledge through short lectures, brochures with visual images of plant nutrients, and land management recommendations. Recommendations for improvement on land that has a pH of 4.5 and land conditions that are characterized by oxidized Fe, Al, and Mn are to wash the land first, or rinse the land first from Fe, Al, and Mn poisoning, and the recommended application of dolomite is 2 tons. /ha for land that does not have water management, during the process of increasing soil pH, it is not recommended to use N fertilizer, and spraying fungicides to reduce fungi that previously lived in acidic soil conditions. The extension location has symptoms of potassium deficiency, so it is recommended to provide rice straw to reduce the need for inorganic potassium fertilizer by 70-90%.
POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN BAKTERI PELARUT FOSFAT PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SEBAWI KABUPATEN SAMBAS Redi Cahyadi; Rossie Wiedya Nusantara; Muhammad Nuriman
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 13, No 2
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v13i2.75185

Abstract

Identifikasi bakteri pelarut fosfat (BPF) diperlukan untuk mengetahui jumlah, keanekaragaman dan kemampuannya melarutkan fosfat pada suatu lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan populasi dan keanekaragaman bakteri pelarut fosfat pada tiga tipe penggunaan lahan yang berbeda dan mengkaji kemampuan bakteri dalam melarutkan fosfat menggunakan media pikovskaya. Penelitian dilakukan di Desa Rantau Panjang Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas. Lokasi penelitian merupakan lahan jeruk siam, lahan padi dan lahan jeruk siam tumpangsari padi.Jumlah titik sampel sebanyak 5 titik dari hasil komposit sub-titik untuk setiap lokasi penelitian dengan pengambilan sampel dilakukan dengan sistem diagonal, sehingga dari 3 lokasi penelitian terdapat 15 sampel tanah. Hasil hasil penelitian parameter kimia yaitu nilai pH tanah diketiga lahan tidak jauh berbeda nilainya dengan berkriteria masam ketiganya, untuk P-tersedia tertinggi berada pada lahan jeruk siam dan terendah berada pada lahan jeruk siam tumpangsari padi, sedangan hasil P-total tertinggi berada pada lahan padi dan terendah berada pada lahan jeruk siam tumpangsari padi. Hasil penelitian untuk parameter populasi bakteri pelarut fosfat tertinggi berada pada lahan jeruk siam dan populasi terendah berada pada lahan jeruk siam tumpangsari padi dengan jenis bakteri yang didapatkan yakni Spl, Sp2, Sp3, Sp4, Sp5, Sp6, Sp8, pada lahan padi, Spl, Sp2, Sp3, Sp4, Sp7, Sp8 pada lahan jeruk siam dan Spl, Sp2, Sp3, Sp4, Sp7, Sp8 pada lahan jeruk siam tumpangsari padi. Kemampuan bakteri dalam melarutkan fosfat pada ketiga lahan semua isolat memiliki nilai yang berbeda-beda yang berdasarkan nilai kriteria IKF ( Indeks Kelarutan Fosfat) tergolong dalam kriteria sedang dan tinggi. Jenis BPF yang memiliki kemampuan membentuk zona bening paling tinggi yaitu Sp8 yang dijumpai pada lahan jeruk siam tumpangsari padi. 
SEBARAN STATUS UNSUR HARA N, P, K PADA LAHAN SAWIT DI DESA ENGKERSIK KECAMATAN SEKADAU HILIR KABUPATEN SEKADAU Maria Nduwung Saparung, Ari Krisnohadi, Muhammad Nuriman
Jurnal Penelitian Agrosamudra Vol 11 No 1 (2024): Jurnal Penelitian Agrosamudra
Publisher : Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33059/jupas.v11i1.9233

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran status unsur hara N, P, K pada lahan kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di kebun kelapa sawit milik rakyat di Desa Engkersik, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara mengkompositkan 5 sub sampel tanah pada setiap titik lokasi penelitian. Jumlah keseluruhan sampel adalah 12 sampel tanah komposit dan 1 sampel tanah utuh. Analisis data menggunakan analisis deskripsi berdasarkan tabel kriteria Pusat Peneltian Tanah, 1983. Parameter sifat fisika tanah meliputi warna tanah, drainase tanah, tekstur tanah, struktur tanah dan bobot isi tanah. Parameter sifat kimia tanah meliputi pH tanah, N total tanah, P tersedia tanah, kalium dapat dipertukarkan (K-dd), C-organik Al-dd, Fe,dan KTK tanah. Hasil penelitian menunjukan bahwa hara N Total tanah pada lokasi penelitian memiliki status rendah hingga sedang, hal ini disebabkan oleh pH pemberian pupuk urea dan phonska pada lokasi penelitian. Ketersediaan P pada lokasi penelitian memiliki status sangat rendah hingga sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh perlakuan petani dengan memberikan pupuk phonska dengan dosis yang tinggi pada lokasi penelitian. K tersedia di lokasi penelitian memiliki status hara rendah hingga tinggi, hal ini disebabkan oleh perlakuan petani dengan penambahan pupuk pada lahan di lokasi tersebut. Selanjutnya dosis saran pemupukan pada setiap penggunaan lahan yaitu sebagai berikut : Urea sebanyak 2.60 kg/pohon, SP-36 1.26 kg/pohon dan KCl 9 kg/pohon dan pemberian kapur dolomit 21 kg/pohon. Kata kunci : Tanaman Kelapa Sawit, Ultisols, Status Unsur Hara N,P dan K, Rekomendasi Pemupukan, Pemetaan Status Hara Tanaman
Subsiden, Emisi Karbon Dan Fisik Tanah Gambut Terbakar Dan Tidak Terbakar Di Areal Konservasi Gambut Nuriman, Muhammad
Jurnal Solum Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jsolum.21.1.14-21.2024

Abstract

Today, peatland fires cause peat soil changes and release carbon emissions. The area protected as a peat conservation area in 2019 was not spared from fire incidents, where the land is an area with a maintained groundwater level and has monitoring data on groundwater level and peat thickness. This paper aimed to identify the subsidence, carbon emissions, and several physical properties of peat soil in burned and unburned peat conservation areas. The variables measured were hydraulic conductivity, subsidence, bulk density, water content, carbon content, and carbon emissions. The number of observation plots was 6 plots, with three (3) unburned plots and three (3) burned plots located in the Peat Conservation Area in Ketapang Regency, West Kalimantan. The six observation plots were in peatlands with the Typic Haplohemists subgroup, and shrub land cover. The results showed that the hydraulic conductivity and carbon content in unburned and burned land were not statistically and significantly different (P>0.05). The values of bulk density, water content, subsidence, and carbon emissions on burned land were significantly different (P<0.05) compared to unburned land. Subsidence in unburned locations was 1.83 ± 0.44 cm, while in burned areas it was 5.56 ± 0.84 cm. The amount of subsidence affects the amount of carbon emissions resulting from the loss of peat layers, namely on unburned land it was 9.24 ±3.13 tonnes/ha, and 35.53±3.73 tonnes/ha on burned land. The results of carbon emissions from subsidence caused by land fires can be determined as a basic emission factor for these two land conditions with similar peat characteristics. Keywords : Peat Fires, Peat Conservation Areas, Physical Properties of Peat, Subsidence, Carbon Emissions
Analisis Daya Dukung Lingkungan Berdasarkan Evaluasi Kemampuan Lahan sebagai Landasan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Nuriman, Muhammad; Adelina, Winna; Alkadrie, Rachmad Hafiz Zulfifar
Jurnal Pedontropika : Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 10, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/pedontropika.v10i2.82863

Abstract

The utilization of land that is not aligned with its environmental carrying capacity is a significant issue in Indonesia. One affected sector is oil palm plantations, which covered an area of 16.38 million hectares in 2019. However, the government policy through Presidential Instruction Number 8 of 2018 halted this expansion. This policy also applies to independent farmers who must adhere to the principles and criteria of the RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), including practices to maintain soil fertility, control erosion and soil degradation, and plan development locations based on soil surveys. This study aims to evaluate the land capability of independent oil palm plantations in Sintang Regency. The methods used include soil surveys and land evaluation with the collection of soil morphology data and soil type classification. The study results show significant differences between the soil type map data issued by BBSDLP in 2010 and field verification results. Land evaluation identified four different soil units, each requiring specific management based on limiting factors such as plant root penetration, water excess, soil texture, slope gradient, and waterlogging. Proper land management includes soil and water conservation techniques, cover cropping, liming, and good drainage. Water management on peatlands must also consider environmental aspects to prevent ecosystem damage. With proper evaluation and management, land productivity can be sustainably increased.
STATUS HARA N, P, DAN K ENTISOL PADA TANAMAN JAGUNG MANIS DI KELURAHAN SEDAU KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN Akbar, Ali; Suswati, Denah; Nuriman, Muhammad
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 14, No 1
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v14i1.85620

Abstract

Tanah berpasir merupakan satu diantara lahan sub optimal yang berpotensi untuk dikembangkan untuk sektor pertanian. Tanah berpasir memiliki kesuburan yang rendah karena mempunyai ketersediaan hara yang rendah. Tujuan dari penelitian ini mengetahui status hara N, P, dan K Entisol pada tanaman jagung manis di Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan. Status hara kemudian dikelompokkan berdasarkan status penilaian sifat-sifat tanah sehingga dapat diketahui jumlah status hara katagori sangat tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status hara N-total tanah pada ketiga lahan tergolong rendah hingga sedang, hara P-tersedia tanah tergolong status sangat tinggi, dan hara K-dd tanah tergolong kedalam status sangat rendah hingga rendah.
PENGARUH KOMBINASI KOMPOS JERAMI PADI DAN PUKAN AYAM TERHADAP SERAPAN HARA N,P,K SERTA HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (ZEA MAYS L) DI TANAH GAMBUT Apriyani, Sri; Hayati, Rita; Nuriman, Muhammad
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 13, No 4
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v13i4.80125

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kombinasi kompos jerami dan pupuk kandang ayam terhadap serapan hara N, P, K serta hasil tanaman jagung manis (zea maysL) di tanah gambut. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan, fakultas pertanian. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga jumlah perlakuansebanyak 25 tanaman. Perlakuan dimaksud adalah sebagai berikut :P1 : 40 ton/ha kompos jerami padi (900 g/ polybag), P2 : 40 ton/ha pupuk kandang ayam (900 g/ polybag), P3 : 20 ton/ha kompos jerami padi+20 ton/ha pupuk kandang ayam (450 g/ polybag + 450 g/polybag), P4 : 30 ton/ha kompos jerami padi +10 ton/ha pupuk kandaetng ayam(600 g/ polybag + 300 g/polyag), P5 : 10 ton/ha kompos jerami padi+ 30 ton/ha pupuk kandang ayam (300 g/ polybag + 600 g/polybag). Analisis statistik menggunakan Anova satu arah dan uji lanjut DMRT. Parameter sifat kimia tanah meliputi Serapan N bagian atas tanaman, serapan P bagian atas tanaman, dan serapan K bagian atas tanaman. Parameter hasil meliputi berat kering bagian atas tanaman, berat buah berkelobot, berat buah tanpa kelobot dan panjang buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan kompos jerami padi dan pupuk kandang ayam secara tunggal maupun dikombinasi sama-sama dapat mencukupi kebutuhan hara bagi pertumbuhan tanaman jagung manis di tanah gambut. Pemberian Kompos jerami padi dengan dosis 900 g/polybag (40 ton/ha) dapat meningkatkan Serapan N, P, dan K Tanaman jagung manis.Kata Kunci: Tanah Gambut, Jagung Manis, Kompos Jerami Padi
Uji Efektivitas Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dari Akar Bambu Terhadap Ketersediaan Hara N, P, K dan Pertumbuhan Tanaman Jagung di Tanah Aluvial Sari, Rizka Mawaddah; Suswati, Denah; Nuriman, Muhammad
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 14, No 2
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanah Aluvial merupakan suatu lahan yang sering atau baru mengalami banjir, sehingga dianggap tanah yang masih muda dan belum mengalami differensiasi horison. Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Bakteri PGPR berperan sebagai biofertilizer, biostimulan, dan juga melindungi tanaman dari serangan patogen. Pemberian PGPR dari akar bambu diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman jagung pada tanah Aluvial.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PGPR terhadap ketersediaan hara N, P, K dan pertumbuhan tanaman jagung di tanah Aluvial, serta mengetahui dosis PGPR terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal menggunakan perlakuan PGPR P0 (tanpa PGPR), P1 (10 ml/L), P2 (20 ml/L), P3 (30 ml/L), P4 (40 ml/L). Parameter penelitian yaitu reaksi N-total, P-tersedia, Kdd, C-Organik tanah, pH tanah, tinggi tanaman, dan diameter tanamanPemberian PGPR di tanah aluvial menunjukkan kecenderungan peningkatan terhadap ketersediaan hara K dapat ditukarkan, C – Organik, N-Total, P-Tersedia, pH. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) pada konsentrasi 40ml/L dapat meningkatkan tinggi tanaman jagung dan diameter batang tanaman jagung masing-masing sebesar 29,45% pada tinggi tanaman dan 19,75% pada diameter batang. Hasil terbaik dari penelitian ini terlihat pada pemberian PGPR pada konsentrasi 40 ml/L.