Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Rasio Fraksi Debu-Liat Sebagai Indikator Perkembangan dan Kesuburan Tanah Muhammad Nuriman; Rini Hazriani; Tri Tiana Ahmadi Putri
Jurnal Solum Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.255 KB) | DOI: 10.25077/jsolum.19.1.24-33.2022

Abstract

Soil horizon development is a determinant of soil type and characteristics. The morphology reflects the stages of soil formation by observing the genetic horizon. The genetic horizon is a soil layer distinguished by symbols (O, A, E, B, C, and R). Soil formation can also be obtained from the silt-clay fraction as part of the soil texture observation. The silt-clay ratio can reflect the soil morphology and genesis. This study aimed to determine the silt-clay ratio as an indicator of soil development and fertility. This study was conducted in 2020 in Manismata Sub-District West Kalimantan Province with soil parent material derived from sedimentary rocks with the topography of 0-3%, 3-8%, and 8-15%. The observations were carried out on five soil profiles in terms of morphology, texture, organic matter, nitrogen, CEC, and Ca. Based on the results, entisol (regosol) had A-C genetic horizon and silt-clay ratio >2.73. Meanwhile, inceptisol (kambisol) had an A-B-C genetic horizon and a silt-clay ratio of 1.44 – 2.24. The silt-clay ratio in entisol had a significant influence on organic matter, CEC, and Ca of 75.79%, 86.98%, and 85.14%, respectively. Silt-clay ratio in inceptisol had a significant influence on organic matter, CEC, and Nitrogen. 3-8% inceptisol had a negative relationship of 67.25%, 52.33% and 84.59%, respectively. Meanwhile, 8-15% of Kambisol had a positive relationship with R2 of 69.08%, 54.49%, and 66.61%, respectively. The difference in the relationship (negative, positive) on inceptisol was due to 3-8% inceptisols having lithologic discontinuities. Thus, it can be concluded that the silt-clay ratio can be an indicator of soil development and fertility.Key words : Fertility, Morphogenesis, Silt/Clay, Soil Weathering
Metode Alternatif Memperkirakan Konsentrasi Karbon Organik Terlarut dalam Air Saluran Drainase dan Tanah Gambut Muhammad Nuriman; Gunawan Djajakirana; Darmawan Darmawan; Gusti Z. Anshari
Jurnal Tanah dan Iklim (Indonesian Soil and Climate Journal) Vol 39, No 1 (2015)
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jti.v39n1.2015.1-8

Abstract

Subsiden, Emisi Karbon Dan Fisik Tanah Gambut Terbakar Dan Tidak Terbakar Di Areal Konservasi Gambut Nuriman, Muhammad
Jurnal Solum Vol 21, No 1 (2024)
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jsolum.21.1.14-21.2024

Abstract

Today, peatland fires cause peat soil changes and release carbon emissions. The area protected as a peat conservation area in 2019 was not spared from fire incidents, where the land is an area with a maintained groundwater level and has monitoring data on groundwater level and peat thickness. This paper aimed to identify the subsidence, carbon emissions, and several physical properties of peat soil in burned and unburned peat conservation areas. The variables measured were hydraulic conductivity, subsidence, bulk density, water content, carbon content, and carbon emissions. The number of observation plots was 6 plots, with three (3) unburned plots and three (3) burned plots located in the Peat Conservation Area in Ketapang Regency, West Kalimantan. The six observation plots were in peatlands with the Typic Haplohemists subgroup, and shrub land cover. The results showed that the hydraulic conductivity and carbon content in unburned and burned land were not statistically and significantly different (P>0.05). The values of bulk density, water content, subsidence, and carbon emissions on burned land were significantly different (P<0.05) compared to unburned land. Subsidence in unburned locations was 1.83 ± 0.44 cm, while in burned areas it was 5.56 ± 0.84 cm. The amount of subsidence affects the amount of carbon emissions resulting from the loss of peat layers, namely on unburned land it was 9.24 ±3.13 tonnes/ha, and 35.53±3.73 tonnes/ha on burned land. The results of carbon emissions from subsidence caused by land fires can be determined as a basic emission factor for these two land conditions with similar peat characteristics. Keywords : Peat Fires, Peat Conservation Areas, Physical Properties of Peat, Subsidence, Carbon Emissions
Analisis Daya Dukung Lingkungan Berdasarkan Evaluasi Kemampuan Lahan sebagai Landasan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Nuriman, Muhammad; Adelina, Winna; Alkadrie, Rachmad Hafiz Zulfifar
Pedontropika: Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 10, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/pedontropika.v10i2.82863

Abstract

The utilization of land that is not aligned with its environmental carrying capacity is a significant issue in Indonesia. One affected sector is oil palm plantations, which covered an area of 16.38 million hectares in 2019. However, the government policy through Presidential Instruction Number 8 of 2018 halted this expansion. This policy also applies to independent farmers who must adhere to the principles and criteria of the RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil), including practices to maintain soil fertility, control erosion and soil degradation, and plan development locations based on soil surveys. This study aims to evaluate the land capability of independent oil palm plantations in Sintang Regency. The methods used include soil surveys and land evaluation with the collection of soil morphology data and soil type classification. The study results show significant differences between the soil type map data issued by BBSDLP in 2010 and field verification results. Land evaluation identified four different soil units, each requiring specific management based on limiting factors such as plant root penetration, water excess, soil texture, slope gradient, and waterlogging. Proper land management includes soil and water conservation techniques, cover cropping, liming, and good drainage. Water management on peatlands must also consider environmental aspects to prevent ecosystem damage. With proper evaluation and management, land productivity can be sustainably increased.
STATUS HARA N, P, DAN K ENTISOL PADA TANAMAN JAGUNG MANIS DI KELURAHAN SEDAU KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN Akbar, Ali; Suswati, Denah; Nuriman, Muhammad
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 14, No 1
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v14i1.85620

Abstract

Tanah berpasir merupakan satu diantara lahan sub optimal yang berpotensi untuk dikembangkan untuk sektor pertanian. Tanah berpasir memiliki kesuburan yang rendah karena mempunyai ketersediaan hara yang rendah. Tujuan dari penelitian ini mengetahui status hara N, P, dan K Entisol pada tanaman jagung manis di Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan. Status hara kemudian dikelompokkan berdasarkan status penilaian sifat-sifat tanah sehingga dapat diketahui jumlah status hara katagori sangat tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status hara N-total tanah pada ketiga lahan tergolong rendah hingga sedang, hara P-tersedia tanah tergolong status sangat tinggi, dan hara K-dd tanah tergolong kedalam status sangat rendah hingga rendah.
PENGARUH KOMBINASI KOMPOS JERAMI PADI DAN PUKAN AYAM TERHADAP SERAPAN HARA N,P,K SERTA HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (ZEA MAYS L) DI TANAH GAMBUT Apriyani, Sri; Hayati, Rita; Nuriman, Muhammad
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 13, No 4
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v13i4.80125

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kombinasi kompos jerami dan pupuk kandang ayam terhadap serapan hara N, P, K serta hasil tanaman jagung manis (zea maysL) di tanah gambut. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan, fakultas pertanian. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga jumlah perlakuansebanyak 25 tanaman. Perlakuan dimaksud adalah sebagai berikut :P1 : 40 ton/ha kompos jerami padi (900 g/ polybag), P2 : 40 ton/ha pupuk kandang ayam (900 g/ polybag), P3 : 20 ton/ha kompos jerami padi+20 ton/ha pupuk kandang ayam (450 g/ polybag + 450 g/polybag), P4 : 30 ton/ha kompos jerami padi +10 ton/ha pupuk kandaetng ayam(600 g/ polybag + 300 g/polyag), P5 : 10 ton/ha kompos jerami padi+ 30 ton/ha pupuk kandang ayam (300 g/ polybag + 600 g/polybag). Analisis statistik menggunakan Anova satu arah dan uji lanjut DMRT. Parameter sifat kimia tanah meliputi Serapan N bagian atas tanaman, serapan P bagian atas tanaman, dan serapan K bagian atas tanaman. Parameter hasil meliputi berat kering bagian atas tanaman, berat buah berkelobot, berat buah tanpa kelobot dan panjang buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penggunaan kompos jerami padi dan pupuk kandang ayam secara tunggal maupun dikombinasi sama-sama dapat mencukupi kebutuhan hara bagi pertumbuhan tanaman jagung manis di tanah gambut. Pemberian Kompos jerami padi dengan dosis 900 g/polybag (40 ton/ha) dapat meningkatkan Serapan N, P, dan K Tanaman jagung manis.Kata Kunci: Tanah Gambut, Jagung Manis, Kompos Jerami Padi
Uji Efektivitas Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dari Akar Bambu Terhadap Ketersediaan Hara N, P, K dan Pertumbuhan Tanaman Jagung di Tanah Aluvial Sari, Rizka Mawaddah; Suswati, Denah; Nuriman, Muhammad
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 14, No 2
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanah Aluvial merupakan suatu lahan yang sering atau baru mengalami banjir, sehingga dianggap tanah yang masih muda dan belum mengalami differensiasi horison. Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Bakteri PGPR berperan sebagai biofertilizer, biostimulan, dan juga melindungi tanaman dari serangan patogen. Pemberian PGPR dari akar bambu diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman jagung pada tanah Aluvial.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PGPR terhadap ketersediaan hara N, P, K dan pertumbuhan tanaman jagung di tanah Aluvial, serta mengetahui dosis PGPR terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal menggunakan perlakuan PGPR P0 (tanpa PGPR), P1 (10 ml/L), P2 (20 ml/L), P3 (30 ml/L), P4 (40 ml/L). Parameter penelitian yaitu reaksi N-total, P-tersedia, Kdd, C-Organik tanah, pH tanah, tinggi tanaman, dan diameter tanamanPemberian PGPR di tanah aluvial menunjukkan kecenderungan peningkatan terhadap ketersediaan hara K dapat ditukarkan, C "“ Organik, N-Total, P-Tersedia, pH. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) pada konsentrasi 40ml/L dapat meningkatkan tinggi tanaman jagung dan diameter batang tanaman jagung masing-masing sebesar 29,45% pada tinggi tanaman dan 19,75% pada diameter batang. Hasil terbaik dari penelitian ini terlihat pada pemberian PGPR pada konsentrasi 40 ml/L.
PENGARUH PEMBERIAN BIOCHAR TANKOS DAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP KETERSEDIAAN HARA N, P, K DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI TANAH ULTISOL Yuniasih, Indah Maulida; Yulies Vitri Indrawati, Urai Suci; Nuriman, Muhammad
Jurnal Sains Pertanian Equator Vol 14, No 2
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jspe.v14i2.90569

Abstract

Tanah Ultisol memiliki potensi besar untuk pertanian, namun karakteristiknya yang kurang subur membatasi produktivitas tanpa pengelolaan yang tepat. Biochar mampu meningkatkan kandungan karbon tanah, retensi air, dan efisiensi hara, sementara pupuk kandang ayam memperbaiki kesuburan tanah dengan menyediakan hara makro dan mikro, meningkatkan KTK, serta mengurangi toksisitas logam berat seperti aluminium, besi, dan mangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara biochar tankos dan pupuk kandang ayam terhadap ketersediaan hara N, P, K dan pertumbuhan tanaman jagung di tanah Ultisol. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga terdapat 27 polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biochar tankos meningkatkan diameter batang jagung sebesar 14,53%. Pupuk kandang ayam meningkatkan pH tanah (6,12%), K-dd (7,87%), dan P-tersedia (119,45%). Kombinasi 900 g biochar tankos dan 900 g pupuk kandang ayam (B3C3) secara signifikan meningkatkan N-total, tinggi tanaman (119,45%), dan diameter batang (23,53%). C-organik tidak menunjukkan pengaruh nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi biochar tankos dan pupuk kandang ayam efektif meningkatkan kesuburan Ultisol dan pertumbuhan jagung.
APLIKASI KOMBINASI LUMPUR MERAH DAN PUPUK KANDANG AYAM UNTUK PENINGKATAN UNSUR HARA MAKRO PADA TANAH ALUVIAL Suswati, Denah; Fadilla, Ulfia; Nuriman, Muhammad; Murni, Sri Dewi
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.3992

Abstract

Alluvial soil is a potential soil for agricultural cultivation, but has several constraints on low soil macronutrients. It is necessary to provide location specific ameliorant to alluvial soil can increase the macro nutrients in the soil, one of them is a combination of red mud and chicken manure. The purpose of the study was to determine the effect of applying red mud and chicken manure on the increase and availability of macro nutrients in alluvial soils. The method used is a Completely Randomized Factorial Design (Factorial RAL) consisting of the first treatment, namely the dosage of red mud consisting of 4 levels, namely R1 = 100 g/polybag, R2 = 200 g/polybag, R3 = 300 g/polybag R4 = 400 g /polybag and the second treatment, namely the dose of chicken manure, consisted of 4 treatment levels, A1= 1,000, A2= 2,000, A3= 3,000, A4= 4,000 and was repeated 3 times so there were 48 experiments unit. The result showed that application of red mud and chicken manure  R4A2 treatment (red mud 400 g/polybag + chicken manure 2000 g/polybag) can increase soil macro nutrients in alluvial soils such as nutrients C, N, K, Mg, Na and also in pH, CEC and base saturation. Keyword: aluvial; chicken manure; red mud INTISARITanah aluvial merupakan tanah yang potensial untuk budidaya pertanian, namun memiliki beberapa kendala unsur hara makro tanah rendah. Perlu pemberian amelioran spesifik lokasi agar tanah aluvial dapat meningkatkan unsur hara makro tanah, salah satunya pemberian kombinasi lumpur merah dan pupuk kandang ayam. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian lumpur merah dan pupuk kandang ayam terhadap peningkatan dan ketersediaan unsur hara makro pada tanah aluvial. Metode yang digunakan adalah Faktorial Rancangan Acak Lengkap (Faktorial RAL) terdiri dari perlakuan pertama yaitu takaran lumpur merah terdiri dari  4 taraf , yaitu R1=100 g/polybag, R2 = 200 g/polybag, R3 = 300 g/polybag R4 = 400 g/polybag dan perlakuan kedua yaitu takaran pupuk kandang ayam terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu A1= 1.000,  A2= 2.000, A3= 3.000, A4= 4.000 dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 48 unit percobaan. Hasil penelitian pemberian lumpur merah dan pupuk kandang ayam pada perlakuan R4A2 (lumpur merah 400 g/polibag + pupuk kandang ayam 2000 g/polibag) dapat meningkatkan unsur hara makro tanah pada tanah aluvial seperti hara C, N, K, Mg, Na dan juga dikuti peningkatan pH, KTK dan Kejenuhan Basa.  Kata kunci: lumpur merah; pupuk kandang ayam;  aluvial
Bio-Reclamation Evaluation of Former Gold Mine Land: Pre- and Post-Reclamation Soil Management Conditions Nuriman, Muhammad; Wibowo, Sigit Sapto; Rezekikasari, Rezekikasari; Agustine, Leony; Setiawati, Tia
Jurnal Biologi Tropis Vol. 25 No. 3 (2025): Juli-September
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v25i3.9519

Abstract

Former gold mining land, especially those abandoned without reclamation, experiences serious physical, chemical, and biological degradation, and is potentially contaminated with heavy metals such as mercury (Hg). This study aims to evaluate the effectiveness of organic farming-based bioreclamation and good soil management, using dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum) and chicken manure in improving the condition of former gold mining land. The parameters analyzed include physical, chemical, and biological properties of the soil, as well as mercury levels in the soil and plants. The results showed that the soil quality index increased from 0.32 (low) to 0.62 (good). The organic C content increased from 0.91% to 2.16%, soil pH increased from 3.53 to 5.03, and the availability of phosphorus and potassium also increased. The population of methyl mercury-reducing bacteria increased 22.4 - 58.2 times, indicating improved microbial adaptation to the environment. Mercury content in plant tissue decreased drastically from 11.60 mg/kg to 0.11 mg/kg or a decrease of 99.05%, although still slightly exceeding the threshold. The conclusion is that reclamation with an organic approach and effective soil management not only improves soil fertility and quality, but also reduces the risk of heavy metal poisoning.