Niken Pujirahayu
Department Of Forestry, Faculty Of Forestry And Environmental Sciences, Universitas Halu Oleo

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

SIFAT ANATOMI ROTAN TOHITI (Calamus inops Beccari) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG PAPALIA DESA MATA WOLASI KECAMATAN WOLASI KABUPATEN KONAWE Anatomy Nature Tohiti Rattan (Calamus inops Beccari) in Protected Forest Area Of Papalia Mountain Mata Wolasi Village, Wolasi District, Sout Wolasi Nurhayati Hadjar; Niken Pujirahayu; Istia Sitia Warni
Jurnal Ecogreen Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.731 KB)

Abstract

ABSTRACTThe purpose of this study was to determine the nature of anatomy Tohiti Rattan (Calamus inops Beccari) that is in Protected Forest Area Mountain Springs Village Papalia Wolasi District of Wolasi Konsel.  This research method using descriptive and anatomical measurements using standard IAWA (International Association Of Wood Anatomically, 2008).  Vascular bundles at Rattan Tohiti network file consists of a collection vessel (metaxylem, protoxylem and phloem) and the fiber bundle. The average diameter metaxylem 233,74μm and the average diameter protoxylem 37,87μm. The proportion of cells rattan Tohiti, obtained the proportion of parenchymal cells, fiber bundle 48,93%, 39,02% metaxylem, phloem protoxylem 4,98% and 2,63%. Based on measurements of fiber dimensions Tohiti rattan, known fiber length very long 1956,52μm, classified as moderate 13,55μm fiber diameter, the average diameter of the lumen 5,62μm and an average wall thickness 4,27μm.  Keywords: Rattan Tohiti, Structural Anatomy, Fiber Dimensions.                     
PEMANFAATAN TANNIN KULIT KAYU AKASIA UNTUK PENGAWETAN JATI PUTIH (Gmelina arborea) TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus holmgren) Niken Pujirahayu; zakiah Uslinawati; Nurhayati Hadjar
Jurnal Ecogreen Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.639 KB)

Abstract

The aim of the reserach was to determine the antitermite properties of bark extract of mangium (Acacia mangium) on Gmelina wood (Gmelina arborea) and determine the optimum concentration levels and immersion duration. The research scheme applied completely randomized design, treatment is done factorially with 2 factor treatments. The first factor is concentration levels of bark extract (7 % , 5 % and 3 %). The second factor is immersion duration in preservative material are 24 hours, 48 hours, and 72 hours. The test done with feeding test. The parameter which was observed namely: retention of mangium bark extract and weigh loss of gmelina wood.  Result showed that the higest retention  found on 7 % concentration levels and  48 hours immersion (3,75 kg/m 3).  The lowest wood sample weight loss found at concentration  7 % and 24 hours immersion (19,31 %). Keywords : bark extract, Acacia mangium, Gmelina arborea, retentions
PEMANFAATAN KULIT BAKAU (Rhizophora mucronata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) TERHADAP SERANGAN KUMBANG BUBUK (Dinoderus minutus) Nurhayati Hadjar; Niken Pujirahayu; Muhammad Khaeruddin
Jurnal Ecogreen Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.042 KB)

Abstract

Bambu merupakan salah satu sumber daya alam Non kayu yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Permasalahan yang sering ditemukan adalah bambu mudah terserang kumbang bubuk, dan untuk mengatasi kendala tersebut perlu perlakuan pengawetan agar umur pakai bambu bisa lebih lama.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi kulit bakau terhadap peningkatan retensi bahan pengawet bambu Betung dan daya tahan bambu dari serangan kumbang  bubuk.   Pengaplikasian bahan pengawet menggunakan metode perendaman panas dengan konsentrasi bahan pengawet 5%, 10% dan 15%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan pengawet ekstrak kulit Bakau memberikan pengaruh sangat nyata terhadap retensi dan penurunan berat.   Perlakuan pemberian konsentrasi 15% memberikan hasil yang terbaik pada peubah retensi, dan derajat kerusakan keawetan bambu Betung. Bagian pangkal bambu lebih rentan terhadap serangan kumbang bubuk dibandingkan dengan bagian tengah dan ujung bambu sehingga diperlukan konsentrasi bahan pengawet yang lebih tinggi. Kata kunci : Bambu Betung, pengawetan, ekstrak kulit Bakau, serangga bubuk.
SIFAT FISIKA ROTAN TOHITI (Calamus inops Becc.) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG PAPALIA DESA MATA WOLASI KECAMATAN WOLASI KABUPATEN KONAWE SELATAN Nurhayati Hadjar; Niken Pujirahayu; Marniati Marniati
Jurnal Ecogreen Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.457 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat fisika Rotan Tohiti (Calamus inops Becc.).  Rotan Tohiti yang diamati berasal dari Mata Wolasi Kecamatan Wolasi.  Sifat fisika rotan yang diamati terdiri dari kadar air dan berat jenis. Penelitian ini menggunakan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dan di uji lanjut dengan BNJ.  Jumlah contoh uji yang digunakan untuk pengujian sifat fisika rotan dengan contoh uji yang telah ditetapkan yaitu 3 pohon x 3 bagian (P, T, U) x 3 (Ulangan) = 27 contoh uji. Pengujian sifat fisika rotan dilaksanakan mengikuti Japan Industrial Standart JIS Z 2101 dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm.  Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Rotan Tohiti (Calamus inops Becc.) mengandung kadar air basah rata-rata 38 %, kadar air kering udara rata-rata  11 %, berat jenis basah rata-rata 0.5, berat jenis kering udara rata-rata 0.6, dan berat kering tanur rata-rata 0.7. Kata Kunci : Rotan Tohiti, Sifat Fisika, kadar air, berat jenis.  ABSTRACTThe purpose of this study was to determine the physical properties Tohiti Rattan (Calamus inops Becc.).  Rattan Tohiti observed coming from the District Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi.  Rattan observed physical properties consist of water content and density. This research was conducted using analytical models using RAL followed by a further test HSD if significant., each treatment was repeated 3 times. Amount of test sample used for testing the physical properties of rattan with a predetermined test sample tree is 3 x 3 (P, T, U)  x 3 (Dt) = 27 sample. Tests carried out according to the physical properties of rattan Japan Industrial Standard JIS Z 2101 with a size of 2 cm x 2 cm x 2 cm.  The results showed that Rattan Tohiti (Calamus inops Becc.) contain a moisture content of wet average of 38 %, the water content of air dry average of 11 %, by weight wet type average 0.5, dry density of water on average 0.6 and weight the average dry kiln 0.7. Key Word : Rattan Tohiti, hysical properties, moisture content, specific gravity.
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN AREN (Arenga pinnata Merr) GENJAH PADA SISTEM AGROFORESTRI DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA KENDARI Satya Agustina Laksananny; Niken Pujirahayu
Jurnal Ecogreen Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.211 KB)

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui nilai atau tingkat kelayakan pada jenis usahatani tanaman aren (Arenga Pinnata Merr) dengan pola agroforestri, dimana dalam penelitian ini digunakan alat analisis yaitu NPV, BCR dan IRR.  Hasil penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai NPV positif pada tahun ke 6 proyek yitu sebesar Rp. 128.351.855,- dengan keutungan bersih (Netto) sebesar Rp. 92.775.491,-; dan jika proyek tersebut dilaksanakan selama 10 tahun proyek masih juga akan menghasilkan NPV positif hingga tahun proyek ke 10 dengan Netto Rp. 88.551.855,-. Selanjutnya nilai BCR 3,4 dan nilai IRR 33%, sehingga secara umum bahwa usahatani tanaman aren  (Arenga Pinnata Merr) layak dilaksanakan, dengan mengelola dan mengolah produknya yang berupa nira, buahnya (kolang-kaling) dan pengolahan gula aren. Kata kunci :Kelayakan usaha, aren genjah, agroforestri.
PENGARUH EKSTRAK DAUN CENGKEH (SYZYGIUM AROMATICUM) DALAM PENGAWETAN BAMBU BETUNG (DENDROCALAMUS ASPER BACKER) TERHADAP SERANGAN KUMBANG BUBUK Nurnaningsih Hamzah; Niken Pujirahayu; Nurhayati Hadjar; Wa Ode Rosdia
Jurnal Ecogreen Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.974 KB)

Abstract

ABSTRAKBambu di Indonesia diperkirakan 157 jenis, dan 50% diantaranya merupakan bambu endemik Indonesia. Umur panen yang relatif cepat yaitu 3 - 4 tahun serta mudahnya bambu tumbuh dan berkembang menjadikan bambu semakin banyak diminati oleh pengrajin untuk menafaatkan bambu dalam berbagai macam bentuk. Permasalahan yang kemudian timbul adalah umur pakai bahan yang terbuat dari bambu tidak bertahan lama karena rentan terhadap organisme perusak seperti kumbang bubuk dan rayap, permasalahan ini juga dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara yang banyak memanfaatkan bambu dalam kehidupan sehari-harinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun cengkeh (Syzygium aromaticum) sebagai bahan pengawet alami bambu betung (Dendrocalamus asper backer) terhadap serangan kumbang bubuk, serta memanfaatkan daun cengkeh sebagai pengawet alami. Perbandingan ekstrak daun cengkeh yang digunakan yaitu 0,75%, 1 % dan 1,5 %. Hasil penelitian menunjukkan pengawetan bambu betung dengan pengawet alami dari ekstrak daun cengkeh berpengaruh sangat nyata terhadap retensi dan penurunan berat bambu. Pemberian ekstrak daun cengkeh dengan konsentrasi 1,5 % memberikan hasil yang lebih baik untuk semua variabel pengamatan.Kata Kunci : Bambu betung, pengawetan, kumbang bubuk, ekstrak kulit cengkeh
SIFAT DASAR PENGERINGAN KAYU EHA (Castanopsis buruana Miq) Zakiah Uslinawaty; Niken Pujirahayu; abigael Kabe; Ardian Ardian
Jurnal Ecogreen Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.617 KB)

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis cacat pengeringan kayu, kualitas dan sifat dasar pengeringan kayu Eha (Castanopsis buruana Miq). Metode yang digunakan yaitu pengujian metode suhu tinggi, kemudian evaluasi cacat yang terjadi disesuaikan dengan modifikasi dari metode yang dikembangkan oleh Terazawa (1965). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian kayu Eha (Castanopsisi buruana Miq) memiliki sifat pengeringan  agak buruk (klasifikasi 5) untuk cacat pecah permukaan dengan nilai rata-rata bagian teras kayu yaitu 36,5% dan bagian gubal kayu 23,2 %. Sedangkan untuk cacat pecah dalam, memiliki sifat pengeringan sangat baik (klasifikasi 1) dengan nilai rata-rata bagian teras kayu dan gubal kayu yaitu 0% dan selisih ukuran tebal deformasi memiliki sifat pengeringan sangat baik (klasifikasi 1) dengan nilai rata-rata pada  bagian teras kayu dan gubal kayu berturut-turut 0,16% dan 0,18%. Kata Kunci : Eha (Castanopsis buruana Miq), Sifat dasar pengeringan kayu, Cacat Pengeringan
PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU SEBAGAI BAHAN OBAT OLEH MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA (STUDI KASUS KELURAHAN MANGGA DUA, KOTA KENDARI) Niken , Pujirahayu; Laode Alimuddin; Harianti Harianti
Jurnal Ecogreen Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.923 KB)

Abstract

ABSTRACTThis study aimed to determine the types of Non Timber Forest Products which are used as  medicinal plants by the forest community around Tahura Nipa-Nipa Forest.  Research conducted around the Forest Estate Tahura Nipa-Nipa, Mangga Dua, District of Kendari, Southeast Sulawesi.   This research was conducted in February to Mey 2015. Mixed method of qualitative and quantitative approach was applied, while several collecting technique data were used in this study, namely interview, observation, vegetation survey, and literature study and analyzed by qualitative descriptive. The results of the identification of medicinal plant species is known that there are 22 species of plants that serve as medicine by the community.   Part of plants used to medicine are leaf, stem bark, fruit, seed,  root, or whole of plants.  How to processed medicinal plants used vary depending on the type of medicinal plants are crushed, bitten directly, squeezed, crushed, soaked and boiled singly or in mixtures that can treat certain diseases.Keywords : Tahura Nipa-Nipa, Medicinal Plants, Non-timber forests products.
KAMPUNG KELOR SEBAGAI UPAYA KONSERVASI LAHAN TERDEGRADASI PERKOTAAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI MASA NEW NORMAL DI KOTA KENDARI Basrudin; Rosmarlinasiah; Sitti Marwah; Niken Pujirahayu; Zakiah Uslinawaty; Abigael Kabe; Eka Rahmatiah Tuwu; Mariana Zainun
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat MEMBANGUN NEGERI Vol 6 No 2 (2022): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Membangun Negeri
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35326/pkm.v6i2.2624

Abstract

Tujuan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk membangun kampung kelor sebagai upaya konservasi lahan terdegradasi perkotaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat di masa new normal di Kelurahan Petoaha Kota Kendari. Metode yang digunakan adalah penyuluhan dan bimbingan teknis meliputi perencanaan mulai dari survei lokasi, perijinan dan wawancara, pelaksanaan meliputi penyuluhan, pembibitan dan budidaya kelor serta evaluasi untuk meminimalisir kelemahan dan hambatan selama kegiatan berlangsung. Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan dan bimbingan teknis pengetahuan dan kapasitas masyarakat mengalami peningkatan terkait manfaat kelor dan teknik budidayanya mulai dari pengumpulan benih, seleksi benih, perkecambahan benih, penanaman sampai pemeliharaan. Selain itu masyarakat memperoleh manfaat ekonomi dari program pengabdian kepada masyarakat terintegrasi KKN-Tematik
PERTUMBUHAN DAN SIFAT MEKANIKA KAYU JATI (Tectona grandis L.f) UMUR 20 TAHUN DI KOTA KENDARI DAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Niken Pujirahayu; Aminuddin Mane Kandari; Abigael Kabe; Muhammad Syaiten Alfaruq
Jurnal Celebica : Jurnal Kehutanan Indonesia Vol 3, No 1 (2022): Jurnal Celebica : Jurnal Kehutanan Indonesia
Publisher : Halu Oleo University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jc.v3i1.26548

Abstract

ABSTRACTThis study aims to determine the growth and mechanical properties of 20-year-old teak growing in Kendari City and South Konawe. This research was conducted at the Laboratory of Utilization and Processing of Forest Products, Faculty of Forestry, Hasanuddin University, Makassar, South Sulawesi. Tree diameter was used as a wood growth variable. The method of testing the mechanical properties of wood is carried out according to ASTM: D143–94 with the variable compressive strength parallel to the fiber, MOR, and MOE. The results showed that the diameter of the 20-year-old teak from Konawe Selatan was 22.79 cm higher than Kendari teak, which was 22.39 cm. The mechanical properties of 20-year-old teak wood at the base are higher than the middle and the top of South Konawe and Kendari teak. The compressive strength parallels to fiber, MOR, and MOE values of teak from South Konawe were higher than in Kendari City. The average compressive strength parallel to the South Konawe fiber is 477.01 kg cm-2, and the Kendari city is 457.58 kg cm-2. The average value of MOR for South Konawe teak is 932.51 kg cm-2, and Kendari City is 872.08 kg cm-2. The average MOE value for South Konawe teak is 85.860.48 kg cm-2, and Kendari City is 78.677.89 kg cm-2.