Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Model Pertumbuhan Dan Status Sumberdaya Panulirus homarus Di Cilacap, Jawa Tengah Baskoro, Maulvi Didit; Kushartono, Edi Wibowo; Irwani, Irwani
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.289 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i1.24333

Abstract

Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan salah satu jenis lobster yang banyak di temukan di perairan Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai bulan Februari 2018 dengan lokasi pengambilan sampel di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), di Perairan Cilacap Penelitian ini melihat bagaimana model pertumbuhan, dan status sumberdaya, mulai dari Von Bertalanffy, CPUE dan MSY. Estimasi parameter pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) dihitung dengan aplikasi Fisat II. Didapatkan hasil model pertumbuhan lobster pasir ( L∞ = 93.66 cm , K = 0.780 dan t0 -1.0950 mm). Hasil CPUE didapatkan persamaan, nilai linier sebesar  y = -0.0002 + 0.0965 x, nilai R2= 0,09443 untuk data lima tahun ke belakang terhitung dari 2012 sampai 2016 dalam upaya penangkapan (Panulirus sp.). Analisa Maximum sustainable yield (MSY) di lakukan untuk mengetahui besarnya potensi lestari Panulirus sp. dengan registrasi linier y-0.0002x + 0.965. Pendugaan MSY dan upaya penangkapan Foptimum diperoleh dengan 2412 trip dan nilai MSY 1164.031. Produksi Panulirus sp. di tahun 2016 – 2017 di Perairan Cilacap mengalami kenaikan, pada tahun 2016 terjadi kenaikan di bulan Februari, Maret, April dan Desember. Sedangakan pada tahun 2017 terjadi kenaikan di bulan Maret dan Oktober. Kenaikan ini dikarenakan musim lobster berada di bulan Oktober hingga Februari. Perubahan iklim dan penangkapan yang melebihi batas akan berpengaruh terhadap ukuran dan stok Panulirus sp. di alam. The Spiny lobster (Panulirus homarus) is one species of lobster that is widely found in Indonesian. This research was conducted on November 2017 until February 2018 the sample locations at the Cilacap (PPSC), which observed  the growth of models, and the status of resources, regretion Von Bertalanffy Growth function CPUE and MSY. The estimated growth parameters of sand lobster (Panulirus homarus) were  calculated using Fisat II application. The results of the spiny lobster  growth  model were obtained (L∞ = 93.66 cm, K = 0.780 and 0 -1.0950 mm). The CPUE results were obtained equations, linear values of y = -0.0002 + 0.0965 x for five years data from 2012 to 2016 . The Maximum Sustainable Yield (MSY) analysis was carried out to determine the magnitude of the sustainable potential of Panulirus sp. within linear  y-0.0002x + 0.965. The MSY values 1164,031 estimation and (Foptimum) fishing effort were 2.412 trips and MSY values 1164,031. The  production of Panulirus sp. start from  2016 to 2017 in the Cilacap has increased, the fact in 2016 there was an increase on February, March, April and December, while in 2017 there was an increase on March and October. So that the increase due to the lobster season being in October to February.  In addition, climate alteration and capture exceed the effect of  size and stock of Panulirus sp.
Studi Kesesuaian Wisata Untuk Wisata Rekreasi Pantai Dan Mutu Air Laut Di Pantai Empu Rancak Kabupaten Jepara Prajeki, Ody; Irwani, Irwani; Indarjo, Agus
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.257 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v3i4.11413

Abstract

Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Jepara dapat berupa pengembangan wisata pantai dalam hal ini di wilayah Pantai Empu Rancak. Salah satu bentuk wisata pantai adalah kegiatan rekreasi pantai. Namun, dalam melakukan upaya pengembangan wisata di Pantai Empu Rancak perlu diadakan identifikasi dan pendekatan permasalahan terlebih dulu. Hal yang paling mendasar dan menjadi tujuan dari penelitian ini adalah dengan melakukan studi mengenai tingkat kesesuaian untuk kegiatan rekreasi pantai dan tingkat pencemaran yang terjadi di Pantai Empu Rancak. Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan (pengumpulan data primer dan data sekunder) selama 1 bulan pada bulan September 2013 sampai bulan Oktober 2013 di Pantai Empu Rancak Kabupaten Jepara, yang terbagi dalam enam titik lokasi sampling dari bagian selatan hingga ke bagian utara pantai. Pengumpulan data primer terdiri dari data fisika dan kimia perairan serta parameter kesesuaian wisata rekreasi pantai, seperti tipe pantai, lebar pantai, kemiringan pantai, kecerahan perairan, kecepatan arus, kedalaman perairan, material dasar perairan, penutupan lahan pantai, keberadaan biota berbahaya dan ketersediaan air tawar.  Metode yang digunakan untuk analisis hasil penelitian adalah metode deskriptif dengan bantuan analisis Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) dan Indeks Mutu Lingkungan Perairan ( IMLP ). Berdasarkan hasil yang didapat dari perhitungan Indeks kesesuaian wisata untuk kegiatan rekreasi pantai adalah sebagian besar diatas 80%. Hal ini menunjukkan bahwa wisata rekreasi pantai di Pantai Empu Rancak Kabupaten Jepara tergolong dalam kategori Sangat Sesuai (S1) untuk kegiatan rekreasi pantai. Sedangkan untuk mutu air laut hasil yang didapat kategori sedang
Kajian Kesesuaian Ekosistem Terumbu Buatan Biorock Sebagai Zona Wisata Diving Dan Snorkeling Di Pantai Pemuteran, Bali Ikhsani, Nugraha Ridho; Trianto, Agus; Irwani, Irwani
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1082.081 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v3i4.11429

Abstract

buatanBiorock sebagai zona wisata diving dan snorkelingdi Pantai Pemuteran, Bali. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan matriks kesesuaian wisata diving dan snorkelingoleh Yulianda (2007) meliputi persentase luasan tutupan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, kecerahan perairan, jumlah lifeform karang dan jumlah spesies ikan. Data pendukung yang digunakan dalam kegiatan peneltian ini yaitu parameter kimia-fisika perairan, meliputi: suhu, salinitas, derajat keasaman and data meteorologi meliputi: curah hujan, kecepatan angin, dan gelombang. Hasil dari penelitian menunjukkan persen tutupan karang yang didapat adalah 66,7 %, 50,6 %, 43,92 %, dan 47,35 %. Data jumlah life form yang didata adalah 5, 7, 6, dan 7. Data jumlah spesies ikan yang didata adalah 9 spesies, 13 spesies, 34 spesies, dan 43 spesies Tingkat kecerahan perairan yang diperoleh adalah 100 %, 100 %, 58 %, dan 93 %. Data kecepatan arus yang diperoleh adalah 6,28 cm/detik, 8,58 cm/detik, 22,4 cm/detik, dan 1,58 cm/detik. Data kedalaman terumbu karang yang diperoleh adalah 3 meter, 8 meter, 10 meter, dan 7 meter. ekosistem terumbu karang pada lokasi Biorock termasuk kategori S2 (sesuai) dengan skor pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 adalah 2,95; 2,95; 2,58; 2,91. Berdasarkan hasil perhitungan dari Indeks Kesesuaian Wisata untuk kegiatan diving dan snorkeling, seluruh stasiun penelitian mendapatkan skor 2,5 -3,25. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan Pantai Pemuteran masih tergolong kategori Sesuai (S2) untuk kegiatan diving dan snorkeling.
Studi Biologi Cumi-Cumi Photololigo edulis yang Terdapat Di Perairan Pati Irfan, Moh Ali; Irwani, Irwani; Suwartimah, Ken
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.917 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v7i3.25906

Abstract

ABSTRAK : Perairan laut di Kabupaten Pati mempunyai kekayaan sumberdaya jenis ikan dengan hasil tangkapan yang dominan dan bernilai ekonomis tinggi, salah satunya yakni cumi-cumi. Masih sedikit informasi ilmiah berkaitan dengan biologi cumi yang hidup di Perairan Pati yang tersedia, maka perlu dilakukan tentang studi biologi yaitu hubungan berat panjang, faktor kondisi, dan kebiasaan makan, untuk menjaga kelestarian sumberdaya cumi-cumi. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif, dimana pengambilan sampling berdasarkan metode pertimbangan (purposive sampling method). Materi penelitian ini adalah 178 ekor cumi-cumi (P. edulis) yang diperoleh dari pengepul di PPI Banyutowo. Sampling dilakukan 4 kali pada tanggal 3, 10, 19 dan 24 Agustus 2016. Analisis menggunakan hubungan berat panjang, faktor kondisi, dan kebiasaan makan cumi-cumi. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai b 1,058 dan nilai a -0,560, cumi-cumi mempunyai sifat allometri negatif b<3. Nilai perhitungan faktor kondisi setiap pengambilan menunjukkan 0,94, 1,16, 0,95, 1,00. Analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa cumi-cumi P. edulis mempunyai kebiasaan makanan 4 jenis makanan, yakni ikan, krustasea, moluska, dan tak teridentifikasi. Makanan cumi-cumi yang mendominasi yakni ikan. ABSTRACT : Coastal waters in Pati has large potential  of  fish species are predominant and high economic value, one of these fish are squid. There is still few scientific information relating to the biology of squid that live in Coastal waters in Pati. It is necessary to study the biology of the relationship long weight, condition factor, and eating habits, to preserve the resources of squid. The research method used is the descriptive method, where the sampling is based on consideration of the method (purposive sampling method). This research material is 178 squid (P. edulis) obtained from collectors in PPI Banyutowo. Sampling is done four times on June 3, 10, 19 and August 24, 2016. The analysis uses heavy long relationship, condition factor, and the eating habits of squid. The results showed the value of b 1,058 and  value of a is -0.560, squid have the nature of a negative allometric b<3. The value of each retrieval condition factor calculation shows 0.94, 1.16, 0.95, 1.00. Analysis of data obtained showed that the squid P. edulis has a food habit four types of food which is a fish, crustaceans, mollusks, and unidentified. The main food habits of squid dominated by fish. 
DISTRIBUSI KELAS UKURAN KERANG SIMPING PINGGIR (Placuna Placenta, Linn, 1758 :Pelecypoda) DI PERAIRAN GENUK SEMARANG Isti Anti, Diah Ayu; Suryono, Chrisna Adhi; Irwani, Irwani
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.365 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v3i1.4592

Abstract

Placuna placenta are often called scallop shells included in the phylum mollusca, Pelecypoda Class, and Family Placunidae. The research was held on October until December 2012. The research was conducted at the research 8 stations. The materials have been used are scallop shells, sea water, and the substrate of water base. The method used in this research is descriptive method and purposive sampling method as the method in determining the location of doing research with interval of 1 month. The result of this research is that the distribution of scallop shells in Genuk waters found in October was 63 ind / ha, in November 582 Ind / ha and in December 155 ind/ha. The Results of the linear regression about relationship length and weight of the Scallop shells in the period October- December included on negative allometric because the regression coefficient (b) less than 3. The abundance of scallop shells on research site influenced waters condition quality and the organic materials in sediment.
Komposisi dan Kelimpahan Ophiuroidea dan Echinoidea di Perairan Pantai Pok Tunggal, Gunung Kidul, Yogyakarta Pakpahan, Herlina Lestari; Irwani, Irwani; Widowati, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.262 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i2.26101

Abstract

ABSTRAK: Echinodermata merupakan salah satu komponen penting dalam keaneka ragaman fauna di ekosistem pantai. Habitat utama echinodermata adalah terumbu karang, hal ini karena terumbu karang berperan sebagai tempat berlindung dan mencari makan bagi fauna echinodermata. Salah satu penyebaran biota ini adalah di perairan rataan terumbu karang pantai selatan di pantai Pok Tunggal, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan struktur komunitas echinodermata di pantai Pok Tunggal,  kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 di pantai Pok Tunggal. Metode pengambilan data kelimpahan menggunakan metode transek kuadrat berukuran 1x1 m, parameter kualitas perairan yang diukur adalah salinitas, DO, pH, serta suhu. Analisis  data meliputi identifikasi spesies, kelimpahan jenis (ind/m2), indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Hasil pengamatan ditemukan beberapa spesies, dari 2 kelas filum echinodermata, antara lain 2 species dari kelas Ophiuroidea yaitu Ophiocoma erinaceus dan Ophiocoma dentata, 3 species dari kelas Echinoidea yaitu Echinometra oblonga, Echinometra mathei dan Echinothrix diadema. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan individu tertinggi adalah Echinometra oblonga (16,6 ind/m2) dan terendah adalah Echinothrix diadema (0,4 ind/m2). Parameter lingkungan perairan di pantai Pok Tunggal pada setiap stasiun masih menunjang kehidupan Echinodermata. Struktur komunitas echinodermata yaitu nilai indeks keanekaragaman (H‟) berkisar antara 0,667-1,198, nilai indeks keseragaman (E) berkisar antara 0,744 - 0,999 dan nilai indeks dominansi (C) berkisar berkisar 0,308 - 0,525. ABSTRACT: Echinoderms are one of important component of fauna diversity in coastal ecosystems. The main habitat of Echinoderms is coral reefs, because coral reefs act as a shelter and food for echinoderms fauna. This species distributed in the flat waters of the coral reefs of the south coast at Pok Tunggal beach, Gunung Kidul, Yogyakarta. The aim of this study was to determine the species and Community Structure of echinoderms on the Pok Tunggal beach, Gunung Kidul Regency, Yogyakarta. This research was conducted in July 2018 at Pok Tunggal Beach. Sampling was done by using transect quadrant measuring 1x1 m. Parameter of water quality was salinity, DO, pH, and temperature. Data analysis includes species abundance (ind/m2), diversity index, uniformity index and dominance index. The result showed that several species of Echinodermal phylum classes, including 2 species of Ophiuroidea class namely Ophiocoma erinaceus and Ophiocoma dentata, 3 species of Echinoidea class namely Echinometra oblonga, Echinometra mathei and Echinothrix diadema. The highest individual abundance was Echinometra oblonga (16,6 ind/m2) and the lowest was Echinothrix diadema (0,4 ind/m2). The environmental conditions of the waters at the Pok Tunggal beach at each station can support the life of echinoderms. Echinoderms community structure, namely diversity index (H ') ranges from 0,667-1,198, uniformity index (E) ranges from 0,744-0,999 and dominance index value ranges (C) ranges from 0,308-0,525.
Kajian Morfometri dan Tingkat Kematangan Gonad Rajungan di Perairan Betahwalang, Demak Maulana, Iqbal; Irwani, Irwani; Redjeki, Sri
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i2.29247

Abstract

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditas laut yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dimana berbanding lurus dengan penangkapan yang terus meningkat. Tingkat pemanfaatan yang tidak mengindahkan ukuran dan kondisi rajungan dapat mempengaruhi struktur ukuran dan stok rajungan di suatu perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran, hubungan lebar dan berat rajungan serta distribusi tingkat kematangan gonad (TKG) di perairan Betahwalang, Demak. Penelitian menggunakan metode survey dengan analisis yang bersifat deskriptif yang dilakukan secara “time-series”. Pengamatan sampel rajungan sebesar 10% dari hasil tangkapan yang didaratkan oleh setiap nelayan di pengepul rajungan.. Hasil dari penelitian ini menujukkan dari 3030 ekor rajungan yang diamati diketahui distribusi lebar karapas rajungan berkisar antara 35 – 185 mm dan kisaran berat sebesar 10 – 350 gram. Rajungan yang terdapat di perairan Betahwalang memiliki pertumbuhan yang bersifat allometrik positif pada rajungan jantan dan betina pada bulan Januari serta Februari.  Hasil nilai b sebesar 3,29 dan 3,08 (Januari & Februari) pada rajungan jantan. Nilai b sebesar 3,10 dan 3,15  pada rajungan betina (Januari & Februari) serta nilai b sebesar 3,14 pada keseluruhan rajungan. Sehingga diketahui pertumbuhan lebar karapas lebih cepat dibandingkan bobot rajungan. Sedangkan distribusi tingkat kematangan gonad rajungan betina adalah 21% pada TKG 1; 63% pada TKG 2; serta 16% pada TKG 3, dengan ukuran pertama kali matang gonad adalah 141,51 mm. Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is a marine commodity has a high economic value , which is causing the crab catch to rise as well. The catch rate that does not consider the size and maturity of sea crab can affect the size structure and population stock of sea crab in waters. This study aims to determine the size distribution,the relationship of width and weight of Blue swimming crab and distribution of gonad maturity in Betahwalang, Demak. There’s a descriptive survey method used in this study with time-series observations. The sample size is about 10% of the total number landed crab from each fisherman. The results of this study showed that from 3030 crabs observed, the distribution of crab carapace width ranged from 35 – 185 mm and the weight range at 10 – 350 gram. The results showed the all crabs has a positive allometric on growth parameters. The value of  b 3,29 and 3,08 (January & February) in male blue swimming crab, 3.10 and 3.15 (January & February) on female sea crabs, and 3.14 on whole sea crabs. So it is known that the growth of carapid width is faster than the weight of crab. While the distribution of female crab gonad maturity level is 21% in level 1; 63% in level 2; and 16% in level 3, with the first size of mature gonad at 141,51 mm.
Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah Santri, Bellatris; Pribadi, Rudhi; irwani, Irwani
Journal of Marine Research Vol 9, No 4 (2020): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v9i4.26960

Abstract

ABSTRAK: Ekosistem hutan mangrove memiliki 3 fungsi utama yaitu fungsi fisik, fungsi ekologis dan fungsi ekonomi. Pemanfaatan ekosistem mangrove semakin meningkat sehingga menyebabkan kerusakan dan penurunan jasa lingkungan. Untuk menghindari hilangnya fungsi ekosistem hutan mangrove maka perlu dilakukan konservasi mangrove dengan upaya rehabilitasi. Perhitungan valuasi ekonomi untuk mengetahui kerugian dari hilangnya nilai ekonomi ekosistem hutan mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai guna (use value) maupun nilai non guna (non use value) dan nilai ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Desa Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif yang ditekankan pada kuantifikasi total nilai pemanfaatan langsung maupun tidak langsung ekosistem hutan mangrove. Sampel penelitian yang diambil adalah masyarakat yang mempunyai mata pencaharian berkaitan dengan keberadaan ekosistem hutan mangrove secara langsung dan tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan nilai ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Desa Betahwalang adalah sebesar Rp 1.510.046.534/tahun yang didapatkan dari nilai guna (use value) sebesar Rp 817.443.034,35/tahun dan nilai non guna (non use value) sebesar Rp 692.603.500/tahun.  ABSTRACT: The mangrove forest ecosystem is an ecosystem located along the coast or river estuary that is influenced by the tide of sea water. The existence of this ecosystem has a very important role in the surrounding environment, either directly or undirectly. The Mangrove forest ecosystem has 3 main functions, physical, ecological and economic function. The utilization of mangrove ecosystem by the community is increasing and causing damage to the mangrove forest ecosystem. To avoid the loss of ecosystem function of mangrove forest, it needs to be renewed with mangrove rehabilitation. Calculation of economic valuation to determine the loss of economic value of the mangrove forest ecosystem if its existence is not maintained properly. This research has purposes for knowing the use value or non use value and the total economic value of the mangrove forest ecosystem in Betahwalang Village, Bonang District, Demak Regency. The methods used in this research are descriptive and explorative method that is emphasized on quantifying the total value of direct or undirect utilization of mangrove forest ecosystems. The method of discourse is used to describe the socio-economic activities of the community and the condition of mangrove forest ecosystem through interviews. Exploratory method is a method to find out the problems that exist in the community and natural phenomena that can affect the existence of economic value of the mangrove forest ecosystem. The results showed the total economic value of the mangrove forest ecosystem in the Betahwalang village is Rp. 1.510.046.534/year consisting of use value of Rp. 817.443.034.35/year and non use value Rp 692.603.500/year. The use value includes direct use value Rp 800.275.000/year and option value Rp 17.168.034.35/year. The non use value include existence value Rp 612.576.000/year and bequest value Rp 80.027.500/year.
Pola Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla serrata) Di Perairan Desa Bandengan Kendal Munana, Nila; Irwani, Irwani; Widianingsih, Widianingsih
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i1.28990

Abstract

Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan jenis kepiting yang banyak ditemukan di beberapa daerah, salah satunya di Perairan Desa Bandengan, Kendal. Kepiting bakau setiap harinya ditangkap oleh nelayan, keadaan ini dapat mempengaruhi terhadap populasi kepiting bakau. Fase bulan dapat memberikan pengaruh terhadap kepiting bakau, seperti pada tingkah laku kepiting bakau. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola pertumbuhan kepiting bakau pada  fase bulan mati dan purnama di Perairan Desa Bandengan Kendal. Metode yang digunakan yaitu bersifat deskriptif eksploratif. Pengambilan data dilakukan sebanyak 6 kali periode pada 28 Desember 2019 – 9 Maret 2020, data dari kepiting bakau meliputi panjang karapas, lebar karapas, berat tubuh, jumlah kepiting bakau, dan parameter perairan. Jumlah kepiting bakau yang diperoleh selama penelitian sebanyak 212 ekor bulan mati dan 236 ekor bulan purnama. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan kepiting bakau jantan bulan mati bersifat allometrik positif, sedangkan pada kepiting bakau betina bersifat allometrik negatif. Sedangkan, pada purnama 1 bersifat allometrik positif, bulan purnama 2 dan  bulan purnama 3 bersifat allometrik negatif, sedangkan kepiting bakau betina bersifat allometrik negatif. Mud crab (Scylla serrata) is a type of crab that is found in several areas, one of which is in the waters of Bandengan Village, Kendal. Every day mud crabs are caught by fishermen, this situation can affect the mangrove crab population. The moon phase can affect mud crabs, such as the behavior of mud crabs. The purpose of this study was to determine the growth pattern of mud crabs in the new moon and full moon phases in the waters of the village of Bandengan, Kendal. The method used is descriptive exploratory. Data collection was carried out 6 times during the period on 28 December 2019 - 9 March 2020, data from mud crabs included carapace length, carapace width, body weight, number of mangrove crabs, and water parameters. The number of mud crabs obtained during the study was 212 new moons and 236 full moons. The results showed that the growth pattern of male mud crabs in the new moon was positive allometric, while the female mud crabs were negative allometric. Meanwhile, full moon 1 is allometric positive, full moon 2, and full moon 3 allometric negatives, while female mud crabs are allometric negative.
Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp Greville, 1830 (Rhodophyta: Florideophyceae) di Tambak Tidak Produktif Mangunharjo Tugu Semarang Suryono, Chrisna Adhi; Irwani, Irwani; Sabdono, Agus; Pribadi, Rudhi; Setyani, Wilis Ari; Indarjo, Agus
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v9i4.29215

Abstract

Rumput laut Gracilaria sp merupakan salah satu hasil produk laut yang masih memiliki permintaan yang tinggi di pasar. Permasalahan yang ada masih rendahnya suplai karena masih banyak mengandalka hasil alam.  Tujuan dari penelitian ini melihat pertumbuhkan rumput laut tersebut di tambak yang tidak produktip.  Metoda yag digunakan adalah lepas dasar sesui dengan hidupnya di alam.  Pegukuran dilakuna terhadap 10 contoh rumput laut yang memiliki berat awal sama ±20gr, pengukuran berat dilakukan setiap 10 hari.  Hasil penelitian menunjukan bahwa Gracilaria mampu tumbuh di tambak dengan awal yang lambat kemudian meningkat setalah hari ke 30.  Uji Anova terhadap berat tiap pengukuran menjukan perbedaan yang sangat sigikan (p= 0.00 ≤ 0,01).  Kualitas perairan tambak secara keseluran mendukung untuk pertumbuhan rumput laut Gracilaria sp. Gracilaria sp seaweed one of marine commodity which still has high demand in the market.  The problem of these produck was a supply still low because the min supplay depand on nature produck.  This study aims to determine the growth of seaweed in non productive brackish waters pounds. Off-bottom method was used to application seaweed growth on brackish fish pounds such as life in nature.  Measurement of weigh was carried out on 10 samples of seaweed which had the same initial weight of ± 20 grams, weight measurements were carried out every 10 days.  The results showed that Gracilaria was able to grow in ponds with a slow start and then increased dramatically after 30 days. Anova test on the weight of each measurement showed a very significant difference (p = 0.00 ≤ 0.01).  Futher more the quality of pond waters was supports to growth of Gracilaria sp.