Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA DAN SENSORI VELVA PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN PEMANIS MADU Suci Rahmawati; Edhi Nurhartadi; Dwi Ishartani
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (641.853 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.13006

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi madu sebagai pengganti sukrosa terhadap karakteristik fisik, kimia, dan sensori velva pepaya. Penelitian ini menggunakan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu konsentrasi pemanis madu. Konsentrasi pemanis madu yang digunakan 5-15%. Dilakukan pengulangan sampel sebanyak dua kali dan tiga kali pengulangan analisa. Data yang diperoleh pada pengujian fisik, kimia, sensori dianalisis menggunakan one way ANOVA pada tingkat α = 0,05. Jika terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test(DMRT) pada α= 0,05. Untuk data yang diperoleh dari uji Intensitas Tingkat Kemanisan, jika ada perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian yang diperoleh penggunaan pemanis madu meningkatkanserat pangan, vitamin C, β-karoten, aktivitas antioksidan, daya leleh, dan total padatan terlarut, serta menurunkan kadar air dan overrun velva pepaya yang dihasilkan. Penggunaan pemanis madu berpengaruh nyata terhadapkarakteristik sensori yaitu menurunkan tingkat kesukaan panelis pada parameter warna, rasa, aroma, tekstur, dan overall velva pepaya. Uji intensitas tingkat kemanisan diketahui bahwa velva pepaya dengan 5% pemanis madumemiliki tingkat kemanisan lebih rendah dari velva pepaya dengan 20% pemanis sukrosa, velva pepaya dengan 10% pemanis madu memiliki tingkat kemanisan sama dengan velva pepaya dengan 20% pemanis sukrosa dan velva pepaya dengan 15% pemanis madu memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi dari velva pepaya dengan 20% pemanis sukrosa.Kata kunci: madu, sukrosa, velva papaya
PRODUKSI BIR PLETOK KAYA ANTIOKSIDAN Dwi Ishartani; Kawiji Kawiji; Lia Umi Khasanah
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 5, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.345 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.13540

Abstract

Penelitian ini bertujuan memformulasikan bir pletok yang dapat diterima konsumen. Bir pletokdiformulasikan dalam bentuk instan (dua formula) dan sirup (enam formula), dengan bahan dasar jahe, kayumanis, cengkeh, dan serai. Variasi dilakukan pada bahan pewarna alami, yaitu menggunakan secang (merah)dan pandan (hijau), serta pemanis, yaitu gula merah, gula pasir, serta kombinasi keduanya. Bir pletok padapenelitian ini diteliti kadar total fenol (metode Folin Ciocalteau) dan aktivitas penangkapan radikal bebasnya(metode DPPH). Selain itu juga dilakukan analisis sensori untuk mengetahui penerimaan panelis terhadapwarna, aroma, rasa, dan penerimaan keseluruhan bir pletok yang dihasilkan. Total fenol tertinggi terdapat padasirup bir pletok formula 4 (2.72 mg/g berat basah), diikuti sirup bir pletok formula 5 (1.98 mg/g berat basah),sirup bir pletok formula 7 (1.85 mg/g berat basah), sirup bir pletok formula 3 (1.71 mg/g berat basah), sirup birpletok formula 8 (1.38 mg/g berat basah), bir pletok instan formula 1 (1.09 mg/g berat basah), sirup bir pletokformula 6 (0.81 mg/g berat basah), dan bir pletok instan formula 2 (0.49 mg/g berat basah). Aktivitaspenangkapan radikal bebas terbesar juga terdapat pada formula 4 (25.25 %DPPH/mg berat basah), diikutiformula 3 (17.70 %DPPH/mg berat basah), formula 5 (11.42 %DPPH/mg berat basah), formula 2 (8.86%DPPH/mg berat basah), formula 7 (7.95 %DPPH/mg berat basah), formula 8 (7.42 %DPPH/mg berat basah),formula 6 (5.28 %DPPH/mg berat basah), dan formula 1 (3.95 %DPPH/mg berat basah). Formula bir pletokinstan dengan pewarna berbeda memberikan nilai warna, rasa, dan keseluruhan yang tidak berbeda nyata,masing-masing dengan nilai cenderung netral. Penambahan pandan menghasilkan bir pletok instan dengan nilaipenerimaan aroma lebih tinggi daripada penambahan secang. Sirup bir pletok instan yang nilai penerimaanwarna, aroma, rasa, dan keseluruhan paling tinggi adalah formula 7, formula 4, dan formula 3, yaitu dengannilai antara netral dan agak suka.
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA TEPUNG KACANG TURI BERBUNGA PUTIH (Sesbania grandiflora) DENGAN BEBERAPA PERLAKUAN PENDAHULUAN Dwi Ishartani; Dian Rachmawanti Affandi; Dessy Cahya Purnamasari
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.926 KB) | DOI: 10.20961/jthp.v0i0.13010

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh perlakuan pendahuluan terhadap sifat kimia (abu, lemak, protein, asam fitat, dan asam sianida) serta sifat fisik (derajat putih, densitas kamba, dan kelarutan) tepung kacang turi berbunga putih. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor,yaitu perlakuan pendahuluan yang meliputi: kontrol (F1), perebusan 90 menit dengan kulit (F2), perendaman 24 jam dengan kulit (F3), pengupasan kulit (F4), perebusan 90 menit kupas kulit (F5) dan perendaman 24 jam kupas kulit (F6). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pendahuluan menghasilkan tepung dengan kadar abu, asam fitat dan asam sianida (HCN) yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Perlakuan pendahuluan pengupasan baik dengan maupun tanpa perebusan 90 menit dan perendaman 24 jam (F4, F5, F6) menghasilkan tepung dengan kadar lemak dan kadar protein lebih tinggi dibandingkan kontrol. Perebusan 90 menit dan perendaman 24 jam menghasilkan tepung dengan kadar lemak dan protein lebih rendah dibandingkan kotrol baik yang dikupas maupun yang tidak dikupas kulitnya (F2, F3, F5, F6). Tepung dengan kadar lemak danprotein tertinggi yaitu tepung dengan perlakuan pendahuluan pengupasan kulit (F4) dan tepung dengan kadar lemak dan protein terendah yaitu tepung dengan perlakuan pendahuluan perendaman 24 jam tanpa pengupasan kulit (F2). Penurunan kadar asam fitat dan asam sianida terbesar terjadi pada perlakuan pendahuluan perebusan 90 menit disertai pengupasan kulit (F5) sedangkan yang terkecil pada perlakuan pendahuluan pengupasan kulit (F4). Secara umum, perlakuan pendahuluan menurunkan densitas kamba dan kelarutan tepung yang dihasilkan, kecuali tepung dengan perlakuan pendahuluan 24 jam tanpa pengupasan kulit (F2) yang memiliki densitas kamba yang tidak berbeda nyata dengan kontrol. Derajat putih tepung dengan berbagai perlakuan pendahuluancukup variatif, yang paling tinggi derajat putihnya adalah tepung dengan perlakuan pendahuluan pengupasan kulit (F4) dan yang paling rendah adalah tepung dengan perlakuan pendahuluan perendaman 24 jam tanpa pengupasan kulit (F2). Kata kunci : pengupasan kulit, perebusan, perendaman, sifat kimia, tepung kacang turi berbunga putih
Pendampingan Ukm Tempe Mlanding Di Desa Pesido, Kecamatan Jatiroto, Wonogiri Dwi Ishartani; Ardhea Mustika Sari; Asri Nursiwi; M. Zukhrufuz Zaman
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.354 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.449

Abstract

Tempe mlanding merupakan makanan fermentasi tradisional dari biji lamtoro atau sering disebut mlanding oleh masyarakat Jawa Tengah. Produk pangan berbahan baku lokal ini berpotensi sebagai sumber protein selain kedelai. Di Desa Pesido, Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, terdapat beberapa pengrajin tempe mlanding diantaranya adalah usaha tempe mlanding milik Ibu Lati Winarsih dan Ibu Tarti. Secara umum masalah yang terjadi pada proses pembuatan tempe mlanding adalah proses yang masih tradisional sehingga belum ada standar atau pengukuran parameter sehingga kualitas produk tidak konsisten. Sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut, tim pengabdian UNS telah menyelenggarakan tiga program yaitu introduksi teknologi tepat guna proses pengolahan tempe mlanding standar industri pangan, pelatihan dan penyususnan Cara Pengolahan Pangan yang Baik (CPPB). Penggunaan rak fermentasi sebagai pengganti fermentasi yang biasa dilakukan di lantai beralaskan kain terpal merupakan teknologi tepat guna yang diaplikasikan pada UKM tempe mlanding sehingga suhu fermentasi lebih stabil. Pelatihan dan penyusunan konsep CPPB dilakukan kepada pemilik UKM melalui praktik langsung. Dengan ketiga program tersebut, pemilik UKM menjadi lebih paham tentang teknik fermentasi dan produksi pangan yang sesuai standar sehingga meningkatkan konsistensi produk.