Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Longitudinal Distribution and Morphometric Character of Eel at the Downstream Site of Kabur River, East Likupang, North Minahasa Hartanto, Frengky; Bataragoa, Nego E.; Lohoo, Anneke V.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 3, No 2 (2015): EDISI JULI - DESEMBER 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.2.2015.13220

Abstract

Eel is a unique organism that grows in the freshwater habitat and when they have reached adult stage of life they will migrate thousands of kilometers to the sea for spawning. This research was aimed at identifying the eel species, defining the breadth composition of longitudinal distribution, describing and analyzing the relationship between length and weight (alometric, isometric growth) and the conditional factors, and determining the feeding habit of eels hauled in Kabur river, Rinondoran village, East Likupang District, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province. The samples have been collected in April 19th 2015 based on the river length survey method. The hauling process was started at the downstream site which then headed to the upstream. The result of the research showed that there were two (2) species of eel that have been hauled they are Anguilla marmorata and Anguilla celebesensis. The value of F-count < F-table so the H0 is acceptable. It means that there is no difference in the size of eels in terms of their growing sites along the river. b value is 3,19217 so the growing pattern of A. marmorata in Kabur river is positive alometric ( b > 3 ). The average condition factor of every class of the total A. marmorata length is from 0,1691 to 0,2426. In general, the kinds of food usually consumed by the eels are shrimp, worm, and crab. Based on the index of preponderance, the highest percentage of diet is crab. Therefore, crab becomes the main diet with IP value of 78,2. Keywords: Eel, size, growth, conditional factor, feeding habit   A B S T R A K   Sidat adalah organisme unik yang bersifat katadromous yaitu tumbuh di habitat air tawar dan ketika dewasa akan bermigrasi ribuan kilometer untuk mengadakan pemijahan di laut. Penelitian ini bertujuan yaitu mengidentifikasi spesies sidat, menentukan komposisi ukuran sebaran longitudinal, mendeskripsikan dan menganalisis hubungan panjang berat (pertumbuhan alometrik, isometrik) serta faktor kondisi, menentukan kebiasaan makanan sidat yang tertangkap di Sungai Kabur, Desa Rinondoran, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 19 april 2015 berdasarkan metode survei sepanjang sungai. Penangkapan di mulai dari hilir sampai menuju hulu sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua spesies yang tertangkap yaitu Anguilla marmorata dan Anguilla celebesensis. Nilai F-hitung < F-tabel maka H0 diterima.  Ini berarti tidak terdapat perbedaan ukuran sidat pada tempat di sepanjang sungai.  Nilai b adalah 3,19217 jadi pola pertumbuhan A. marmorata di Sungai Kabur adalah allometrik positif (b > 3).  Nilai faktor kondisi rata – rata pada masing - masing selang kelas panjang total A. marmorata yaitu dengan kisaran antara 0,1691 - 0,2426. Secara keseluruhan makanan yang paling sering dijumpai pada lambung A. marmorata adalah udang, cacing, dan kepiting. Berdasarkan nilai indeks bagian terbesar (Indeks of Preponderance), persentase tertinggi terdapat pada jenis makanan yang berupa kepiting, dengan demikian kepiting menjadi makanan utama dengan nilai IP yaitu 78,2.   Kata Kunci : Sidat, ukuran, pertumbuhan, faktor kondisi, kebiasaan makanan 1Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT 2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
Gastropods In Seagrass Beds Of Tongkeina Beach Waters, Manado North Sulawesi Alvira Y. Bulahari; Alex D. Kambey; Anneke V. Lohoo
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 10 No. 2 (2021)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1172.534 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.10.2.2019.24479

Abstract

The Tongkeina coastal waters have relatively extensive tidal areas. In addition to the seagrass community, there are also distinctive coastal communities such as mangroves and coral reefs. Coastal resources in this region are often used by the local community as a food source and have been used as a place of recreation and hotels as well. This is the reason for this study to find out the existence of gastropods on the seagrass beds in the Tongkeina area. It is expected that this study will provide information on the development and existence of the gastropods in coping with the pressure due to the construction of the hotel several years before. The methods of analysis used in this study including identification of gastropods, density, dominance, and diversity. The same research has been conducted several years before, and therefore this information was used as a comparison of the development of gastropods in the area. Thirty-five species (23 genera) were identified, with the highest density recorded was Nassarius gruneri, 0.8667 Individual/m², the dominance of 0.13972, and diversity (H'= 2.6853) which is greater than the results of the previous study 5 years ago (H’=1,9382). These results indicate that these waters are in the process of improving from previous environmental conditions.Keywords : Gastropod, coastal, domination, diversity, Tongkeina. ABSTRAKPerairan pesisir Tongkeina memiliki wilayah pasang surut relatif luas. Selain komunitas Lamun,   juga  terdapat komunitas khas wilayah pesisir lainnya seperti Mangrove dan Terumbu karang. Sumber daya pesisir di wilayah ini  sering digunakan  untuk kebutuhan makanan masyarakat, di samping itu telah dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan  Hotel. Hal ini menjadi alasan untuk mengetahui keberadaan Gastropoda di hamparan Lamun di daerah Tongkeina.  Diharapkan dapat memberikan informasi perkembangan keberadaan Gastropoda, setelah melewati tekanan akibat dibangunnya hotel sejak beberapa tahun sebelumnya. Metoda analisis yaitu jenis-jenis Gastropoda, kepadatan, dominasi, dan keanekaragaman. Hal yang sama juga telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya, sehingga informasi ini dapat dijadikan pembanding perkembangan Gastropoda di daerah tersebut. Diperoleh 35 spesies (23 genera), kepadatan tertinggi adalah Nassarius gruneri, 0.8667 Ind/m², dominasi sebesar 0.13972, dan keanekaragamannya (H’= 2.6853) lebih besar dari hasil penelitian  5 tahun sebelumnya yaitu . 1,9382. Hasil ini menunjukkan bahwa perairan tersebut berada dalam proses perbaikan kondisi lingkungannya.Kata Kunci : Gastropoda, pesisir, dominasi, keanekaragaman, Tongkeina.
Fish Abundance In South Poigar Rivermouth South Minahasa Nuske Kamurahan; Nego E. Bataragoa; Anneke V. Lohoo
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 11 No. 1 (2022): EDISI JANUARI-APRIL 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.336 KB) | DOI: 10.35800/jpkt.11.1.2020.27644

Abstract

The objective of the study is to know the fish individual abundance and biomass in the mouth of Poigar River. The study employed swept area method, sampling was done at high tide and low tide of a new moon and full moon phase using a beach seine. The seine covered 2700 m2 at low tide and 900 m2 at high tide. The fish catches in both moon phases and tidal conditions consisted of 40 species of 25 families and 481 individuals. Total fish weight was 3,804 g. The individual abundance in the new moon was 0.0004/m2 – 0.1200/m2, and the biomass in the new moon was 0.0002 g/m2 – 0.5044 g/m2. The individual abundance in full moon was 0.0004/m2 – 0.0622/m2, and the biomass in full moon was 0.0002 g/m2-0.4017 g/m2. As a whole, both individual abundance and biomass in new moon and full moon at were 0.3922g/m2  and 2.7778 g/m2, respectively.Keywords: abundance, biomass, river poigar.AbstrakTujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kelimpahan individu dan biomassa penelitian ini menggunakan metode (swept area), pengambilan sampel dilakukan saat air surut dan air pasang pada fase bulan baru dan bulan purnama dengan menggunakan pukat pantai. Luas daerah sapuan pukat pada periode surut 2700 m2 dan periode pasang 900 m2. Hasil tangkapan selama dua periode bulan saat air pasang maupun air surut sebanyak 40 spesies ikan dari 25 famili, 481 individu dan berat 3804. Ki bulan baru 0,0004/m2-0,1200/m2, Kb bulan baru 0,0002g/m2-0,5044g/m2. Ki bulan purnama 0,0004/m2-0,0622/m2, Kb bulan purnama 0,0002g/m2-0,4017. Secara keseluruhan kelimpahan individu dan biomassa pada fase bulan baru dan bulan purnama saat air surut dan pasang adalah Ki sebesar 0,3922/m2 sedangkan Kb sebesar 2,7778 g/m2.kata kunci: Kelimpahan, biomassa, sungai poigar
Size Structure, Growth Pattern and Factors of the Condition of Baronang Fish (Siganus canaliculatus) from Ratatotok Waters, Ratatotok District, Southeast Minahasa Regency Rivany Turang; Victor N. R. Watung; Anneke V. Lohoo
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 7 No. 1 (2019): ISSUE JANUARY-JUNE 2019
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.7.1.2019.22750

Abstract

The purpose of this study was to determine the size stucture, growth pattern, and relative conditions of rabbitfish (Siganus canaliculatus). Sampling was randomly done from the catches of fishermen in fesh condition. The number of fish samples taken for analysis was 61 individuals. Their fin color was yellowish or sometimes reddish purple. Measurements found that the fish samples had length range of 127 mm - 270 mm, and weight range of 21 and 249 g. Males had size range of 131-270 mm long with a body weight of 26-249 g and females had a body length of 127-249 mm, with a  weight range of 21-191 g.Key words: Factor conditions, catches, fishermen, measurements. ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur panjang, berat, pola pertumbuhan dan faktor kondisi relatif ikan Baronang (Siganus canaliculatus). Pengambilan sampel di lapangan  dilakukan dengan metoda sampling yaitu dengan cara mengambil sampel ikan secara acak dari hasil tangkapan nelayan yang masih berada dalam kondisi segar. Jumlah sampel ikan yang diambil untuk dianalisis sebanyak  61 ekor. Hasil pengukuran secara keseluruhan menunjukkan bahwa ikan memiliki kisaran panjang 127 mm - 270 mm, dan berat antara 21 dan 249 g. Jantan  memiliki kisaran panjang 131-270 mm dengan berat tubuh  26-249 g, dan betina memiliki panjang tubuh 127-249 mm, dengan berat tubuh 21-191 gram.Kata kunci: Faktor kondisi, hasil tangkapan, nelayan, pengukuran.
Diversity, Distribution Pattern, Morphometric of Box Mussel Septifer bilocularis (Linnaeus, 1758) on the Reef Flat in Cape Lampangi, South Minahasa Grace Mustamu; Lawrence J. L Lumingas; Anneke V. Lohoo
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 2 No. 1 (2014): Edisi Januari - April 2014
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.2.1.2014.4402

Abstract

Septifer bilocularis (Linnaeus, 1758) is a suspension feeder organisms which are found live clustered on dead coral . This study aims to estimate the average density, analyzes the distribution patterns and analyze morphometric aspects of a long-high (thick) relation, length-total weight relation and length-weight index without shell  relation of S. bilocularis at that location. Sampling method using transect squares method, with the length of each line is 50m, on each transect placed 10 squares (measuring 1m x 1m). Based on the data analysis of the average density in both transect was 214 individuals with a clustered deployment pattern, with a maximum shell length of 29,64mm. The relation between length and high of shell shows that the growth is allometri negative, length and total weight shell relationships is allometri negative, where the contents of the weight index does not increase with increasing length but declined. Box mussel Septifier bilocularis live clustered with very dense aggregations in intertidal reef flat area on the intertidal zone are exposed at the lowest tide at Cape Lampangi.   Keywords : box mussel, morphometric, Cape Lampangi, South Minahasa   ABSTRAK Septifer bilocularis (Linnaeus, 1758) merupakan organisme pemakan suspensi yang banyak ditemukan hidup secara mengelompok pada rataan terumbu karang mati. Penelitian ini bertujuan untuk menduga kepadatan rata-rata, menganalisis indeks dispersi atau pola sebaran dan menganalisis aspek morfometrik berupa hubungan panjang-tinggi (tebal), panjang-berat dan panjang-indeks berat tubuh tanpa cangkang dari S. bilocularis di lokasi tersebut. Pengambilan sampel menggunakan metode transek kuadrat, dengan panjang setiap garis 50 meter, pada masing-masing transek diletakkan 10 kuadrat (berukuran 1m x 1m). Berdasarkan analisis data kepadatan rata-rata secara keseluruhan (kedua transek) adalah 214 individu dengan pola penyebaran mengelompok, dengan panjang cangkang maksimum 29,64mm. Hubungan pertumbuhan panjang dan tinggi cangkang ‘allometri negatif’, hubungan panjang cangkang dan berat total ‘allometri negatif’, di mana pertambahan indeks isi tidak sejalan dengan pertambahan panjang tetapi menurun. Kerang kotak Septifier bilocularis hidup mengelompok dengan agregasi yang sangat padat di daerah intertidal rataan terumbu pada zona intertidal yang terekspos pada saat surut terendah di Tanjung Lampangi.   Kata kunci : karang kotak, morfometrik, Tanjung Lampangi, Minahasa Selatan
Community Structure of Gastrpods in Mokupa Beach, Sub-district of Tobariri,Minahasa Regency, North Sulawesi Province Alinaung F. Firgonitha; Anneke V. Lohoo; Alex D. Kambey
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 3 No. 1 (2015): EDISI JANUARI-JUNI 2015
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.3.1.2015.13215

Abstract

Ecologically intertidal mollusk has important role in the food chains. As a filter feeder, mollusk is also known as a food source for other marine organisms. The intertidal zone is known as the smallest area in the ocean basin (Nybakken, 1992). This zone is a narrow edge cover only few square meters and position between low tide mark (LTM) and high tide mark (HTM). The study was conducted in Mokupa beach waters, Tombariri sub-district, Minahasa Regency. Coastal area of Mokupa village represent typical tropical ecosystem such as coral reef, seagrass bed and mangrove belt. As many as 45 species in 134 total individuals were recorded during the study. The density of gastropods collected is 4.4667 individual/m2 while density for gastropods species Littoraria scabra Linne was 0.4000 individual/m2 and in term of relative density is 9.834 % and thus considered the highest. Species diversity index of this species is H’ = 2.37594. Keywords: mollusk, diversity, dominance   A B S T R A K   Secara ekologis Moluska yang menempati daerah intertidal memiliki peranan yang besar kaitannya dengan rantai makanan. Karena di samping sebagai filter feeder, moluska juga merupakan makanan bagi biota lainnya. Zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia (Nybakken, 1992). Zona ini merupakan pinggiran yang sempit sekali, hanya beberapa meter luasnya, terletak di antara air pasang tinggi dan air surut rendah. Penelitian ini dilaksanakan di perairan pantai Mokupa Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Daerah pantai Desa Mokupa merupakan daerah yang lokasinya terdapat ekosistem yang khas di daerah tropis yaitu terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Diperoleh sebanyak 45 spesies dan berjumlah 134 individu. Kepadatan rata-rata organisme Gastropoda diperoleh 4,4667 indv/m2 , dengan  kepadatan spesies tertinggi 0,4000 indv/m2 (Littoraria scabra Linne), dengan Kepadatan relative  adalah 9,834 %.Keanekaragaman spesies diperoleh nilai (H’= 2.37594)   Kata Kunci : Komunitas, keanekaragaman, dominasi 1Mahasiswa Program Studi MSP FPIK-UNSRAT 2Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
Community of starfish in the coastal area of Mokupa Village, sub-district of Tombariri, Minahasa district, North Sulawesi Utara Syanet C.S Umboh; Unstain N. W. J. Rembet; Anneke V. Lohoo
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 4 No. 1 (2016): EDISI JANUARI-JUNI 2016
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.4.1.2016.13502

Abstract

This study was carried out in the coastal waters of Mokupa, Tombariri District,  Minahasa Regency, North Sulawesi Province. It was aimed to know the sea star community. The study was beneficial as information source of the sea star. Data collection employed a quadrat-transect method in new moon and full moon. There were 3 sampling points randomly selected. Each transect was placed  10 1x1 m quadrats along 100 m-transect seaward. The species found were Protoreaster nodosus, Linckia laevigata, Archaster typicus, Culcita novaeguineae, Pentaster obtusatus. Higher mean number was found in new moon than in full moon. The dominant species in Mokupa waters was Protoreaster nodosus. Keywords : Starfish, community, Mokupa Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di perairan pantai Desa Mokupa Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunitas bintang laut. Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi tentang bintang laut. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode transek-kuadran pada bulan baru dan bulan purnama. Setiap transek diletakan 10 buah kuadran dengan ukuran 1x1 meter sepanjang 100 m transek ke arah laut. Jenis bintang laut yang ditemukan yaitu Protoreaster nodosus, Linckia laevigata, Archaster typicus, Culcita novaeguineae, Pentaster obtusatus. Jumlah rata-rata individu bintang laut di bulan baru lebih banyak dari pada bintang laut dibulan purnama. Jenis bintang laut yang dominan diperairan pantai Desa Mokupa yaitu Protoreaster nodosus. 2,3 Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi
Allometry Analysis and Physiological Index of Sea Urchin Heliocidaris crassispina (A. Agassiz, 1864) (Camarodonta, Echinometridae) on the Reef Flat in Tongkeina and Malalayang Dua, Manado, Sulawesi Muhammad S. Hasi; Lawrence J. L. Lumingas; Anneke V. Lohoo
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 4 No. 2 (2016): EDISI JULI-DESEMBER 2016
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.4.2.2016.13774

Abstract

The purpose of this study was to analysis the structure of the size, morphometry (test diameter-high relationship, test diameter-weight relationship) as well as gonad indices, intestine indices, and Aristotle lantern indices of Heliocidaris crassispina in two different habitats, Malalayang Dua and Tongkeina. At each habitat, free sampling on the reef flat have be done one time for approximately two hours at the lowest tide. The abundance of individuals H. crassispina in Malalayang Dua was much lower than in Tongkeina. The means diameter of sea urchins test were not significantly different between habitats. The comparison of regression lines of both diameter-high and diameter-weight relationships were not differ significantly between habitats. Its morphometry reveal an isometric relationship of high-diameter (slope = 1) in both habitats, while the relationship of weight-diameter reveals a negative allometric growth (slope < 3) in Tongkeina but isometric growth in Malalayang Dua.  The gonad index in Malalayang Dua was higher than in Tongkeina. The intestine index in Tongkeina was higher than in Malalayang Dua. The lantera index in Tongkeina was higher than in Malalayang Dua. The difference in abundance of sea urchins and the acquisition of the energetic value of food presumably serve as the factors affecting the differences of these indices and its weight growth pattern. ________________________________________________________________ Keywords: Heliocidaris crassispina, allometry analysis, physiological index ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur ukuran, morfometri (hubungan diameter-tinggi cangkang, hubungan diameter-berat) serta indeks gonad, indeks usus, dan indeks lentera Aristoteles dari Heliocidaris crassispina di dua habitat yang berbeda, Malalayang Dua dan Tongkeina. Pada setiap habitat, sampling bebas di rataan terumbu telah dilakukan satu kali selama kurang lebih dua jam pada saat pasang terrendah. Kelimpahan individu H. crassispina di Malalayang Dua jauh lebih rendah daripada di Tongkeina. Diameter rata-rata cangkang bulu babi tidak berbeda nyata antara habitat. Perbandingan garis regresi hubungan diameter-tinggi dan diameter-berat tidak berbeda secara signifikan antara habitat. Analisis morfometri menunjukkan hubungan isometrik tinggi-diameter (slope = 1) di kedua habitat, sedangkan hubungan berat-diameter menunjukkan pertumbuhan alometrik negatif (kemiringan <3) di Tongkeina tetapi di Malalayang Dua menunjukkan pertumbuhan isometrik. Indeks gonad di Malalayang Dua lebih tinggi daripada di Tongkeina. Indeks usus di Tongkeina lebih tinggi daripada di Malalayang Dua. Indeks lantera di Tongkeina lebih tinggi daripada di Malalayang Dua. Perbedaan kelimpahan bulu babi dan perolehan nilai energik makanan diduga berperan sebagai faktor yang mempengaruhi perbedaan indeks ini dan pola pertumbuhan beratnya. ________________________________________________________________ Kata kunci: Heliocidaris crassispina, analisis allometri, indeks fisiologis ____________________ 1Bagian dari Skripsi 2Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-UNSRAT 3Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNSRAT
Demersal fish stock development as the sustainability of coral fish under artificial reef made of bamboo (BambooReef) in the coastal waters of Malalayang Dua, Manado Alex D. Kambey; Anneke V. Lohoo
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol. 5 No. 2 (2017): ISSUE JULY - DECEMBER 2017
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.5.2.2017.17485

Abstract

Efforts to maintain and prepare the fish stock availability, coastal resources management in Malalayang Dua waters was carried out through coral reef rehabilitation in public fisheries zone, artificial reef “BambooReef” placement as an effort of innovation creation to prepare an alternative artificial reef model. In 1 -2 years, new habitat is expected to be present, could increase the fish biomass, and create the area to be able to supply reef fish stock in Malalayang Dua waters and its surroundings.The artificial reef “bambooReef” was laid around the natural coral reefs at the depth of 5 to 7 m. Data collected were presence and attraction of the coral fish (no. species and density).Results showed that there were 15 species found around the “BambooReef”, with the highest recorded as mayor species group (13 species), followed by indicator species, and 1 target species. Total number was 137 individuals and the density was 8.56 ind./m2 or 85.625 ind/ha.  The fifteen species of coral fish did not, in general, belong to optimum size for fishing.  Nevertheless, this study reflects that the artificial reef placement has created new habitat for the coral fish. Keywords: Artificial reef, bambooreef, bamboo, demersal.   AbstrakUpaya untuk menjaga, memelihara dan sekaligus mempersiapkan  penyediaan stok ikan di perairan, dibuatkan  pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir di Kelurahan  Malalayang Dua dengan konsep pengelolaan melalui perbaikan  kondisi terumbu karang zona perikanan masyarakat, dengan konsep rehabilitasi tempat hidup dan berkembang ikan yaitu peletakan terumbu buatan dari bahan dasar bambu “BambuReef”, sebagai upaya menciptakan inovasi bahkan menciptakan model terumbu buatan alternatif (baru).  Diharapkan dalam waktu dalam waktu 1-2 Tahun akan tercipta habitat baru, meningkatkan biomassa ikan, menciptakan daerah yang dapat menyediakan stock ikan karang di perairan pantai Kelurahan Malalayang Dua dan sekitarnya.Terumbu buatan “bambooReef” diletakkan pada daerah sekitar  terumbu karang alami di perairan pesisir Malalayang Dua Kota Manado, pada kedalaman 5 s/d 7 meter. Data yang diperoleh dari peletakkan/penerapan terumbu buatan “BambooReef” adalah kehadiran dan ketertarikan jenis ikan karang (jumlah jenis dan kepadatannya),Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 15 spesies yang ditemukan di sekitar terumbu buatan “BambooReef” dimana tertinggi termasuk pada kelompok spesies mayor (13 jenis), kemudian diikuti spesies indikator berjumlah 1 jenis, dan spesies target 1 jenis, dengan jumlah 137 individu, serta kepadatan 8,56 indv/m2 atau sebesar  85.625 individu per hektar.   15 jenis ikan karang yang ditemukan umumnya belum dalam ukuran optimum untuk ditangkap.  Namun demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penempatan  terumbu buatan telah memberikan habitat baru bagi ikan karang.Kata kunci: Terumbu buatan, bambooreef, bambu, demersal.  
Distribution of Size of Banggai Cardinal Fish Pterapogon kauderni Koumans, 1933 in the Front Waters of Dudepo, South Bolaang Mongondow Regency Pongajouw, Oxha Putra; Rondonuwu, Ari B.; Bataragoa, Nego E.; Kalesaran, Ockstan; Lohoo, Anneke V.; Salaki, Meiske S.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 1 (2022): ISSUE JANUARY-JUNE 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i1.38695

Abstract

 This study aims to determine the distribution of sizes and morphological characters of Banggai Cardinal fish in the waters in front of Dudepo Village, South Bolaang Mongondow Regency. Field data collection using the explorer survey method with diving and snorkeling activities. Fishing in each microhabitat with “Sibu” fishing gear. The size distribution of cardinal Banggai fish is in the range of 2.7 - 9.2 cm. The size of the male Banggai Cardinal fish is in the range of 3.8 - 9.2, while the female is in the range of 3.7 - 8.1 cm. The size of fish in symbiosis with anemones is in the range of 2.7 - 7.1 cm, while those in sea urchins are in the range of 4.8 - 9.2 cm.Keywords: Size Distribution; Banggai Cardinal fish; morphological charactersAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran ukuran dan karakter morfologi ikan banggai kardinal di perairan Desa Dudepo, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Pengambilan data lapangan menggunakan metode survei jelajah dengan kegiatan penyelaman dan snorkling.  Penangkapan ikan di setiap mikrohabitat, dengan alat tangkap “Sibu”.  Sebaran ukuran ikan banggai kardinal berada pada kisaran 2,7 - 9,2 cm.  Ukuran ikan banggai kardinal jantan berada pada kisaran 3,8 - 9,2, sedangkan betina berada pada kisaran 3,7 - 8,1 cm.  Ukuran ikan yang bersimbiosis dengan anemon berada pada kisaran 2,7 - 7,1 cm, sementara yang berada di bulu babi berkisar 4,8 - 9,2 cm.