Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PERBANDINGAN RESPON SEISMIK STRUKTUR GEDUNG SISTEM KONVENSIONAL DENGAN SISTEM ISOLASI DASAR (STUDI KASUS: GEDUNG TEMPAT EVAKUASI SEMENTARA, BANGSAL, KABUPATEN LOMBOK UTARA): Seismic Structural Responses Comparison of Conventional System and Base Isolation System Building (Case Study: Temporary Shelter Building in Bangsal, Nothern Lombok) Ni Nyoman Kencanawati; Lia Aprianingsih; Hariyadi Hariyadi; Ngudiyono Ngudiyono; Fathmah Mahmud; Desi Widianty
Spektrum Sipil Vol 10 No 1 (2023): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/spektrum.v10i1.297

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi gempa tinggi, untuk itu perlu usaha mereduksi dampak yang timbul akibat gempa terutama pada struktur bangunan. Struktur yang dianalisis adalah gedung Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang berada di Bangsal, Lombok Utara.  Gedung ini terdiri dari 4 lantai dan akan dilakukan analisis tiga dimensi pada struktur fixed base dan struktur yang menggunakan base isolator bertipe lead rubber bearing (LRB), friction pendulum system (FPS) dan high damping rubber bearing (HDRB). Berdasarkan hasil analisis didapatkan diameter isolator tipe LRB dan HDRB sebesar 750 mm, sementara diameter FPS sebesar 1180 mm. Dengan menggunakan base isolator terjadi peningkatan periode struktur untuk tipe LRB, FPS dan HDRB berturut-turut sebesar 1,812 detik; 1,957 detik dan 1,435 detik. Terjadi juga peningkatan pada simpangan dasar arah x dan y pada tipe LRB, HDRB dan FPS, yakni berturut-turut sebesar 96,42%; 96,99%; 94,15% dan 93,84%; 93,16%; 89,97%. Sementara itu, terjadi penurunan pada simpangan antar lantai arah x berturut-turut sebesar 64,2%; 63,73%, 64,7% dan arah y sebesar 60,65%; 62,61%; 56,67%. Base isolator tidak langsung menyentuh pondasi melainkan dihubungkan dengan kolom pedestal yang berdiameter 1500 mm dengan tulangan 54 D25. Sementara itu untuk menghubungkan antara isolator dengan kolom pedestal digunakan base plate dengan tebal 20 mm dan panjang baut angkur sebesar 700 mm. Hasil analisis menunjukkan penggunaan base isolator dapat secara efektif memperbaiki respon struktur terhadap bahaya gempa, pada kasus ini pada gedung berlantai 4.
PENGARUH VARIASI KELEMBABAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL DAN BETON MUTU TINGGI: Effect of Concrete Moisture Content Variation on Compressive Strength of Normal and High Quality Concrete Imam Hadiwijaya; Hariyadi Hariyadi; Ni Nyoman Kencanawati
Spektrum Sipil Vol 4 No 1 (2017): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

DestructiveTest (DT) merupakan tes yang paling mendekati nilai kuat tekan beton sebenarnya dimana pengujian ini harus dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan alat Compression Testing Machine (CTM). Namun ada beberapa kasus dimana tidak mungkin untuk menguji sampel beton dilaboratorium dengan mengharuskan pengambilan sampel uji beton atau beberapa kasus dimana butuh pembacaan kuat tekan beton secara langsung di lapangan. Kasus-kasus seperti inilah yang akan menggunakan metode Non Destructive Test (NDT). Kelembaban beton merupakan suatu parameter penting yang seringkali diabaikan oleh peneliti baik saat melakukan pengujian beton di laboratorium maupun pengujian beton di lapangan. Dengan menggunakan alat ukur digital moisture meter didapatkan nilai persentase kelembaban beton. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Universitas Mataram dengan benda uji kubus beton normal maupun mutu tinggi dengan ukuran 15 x 15 (cm) yang bertujuan untuk mendapatkan korelasi antara kelembaban permukaan beton dengan kuat tekan beton baik dengan menggunakan metode DT dengan alat CTM maupun NDT dengan alat Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dan Hammer Test. Hasil uji Laboratorium menunjukkan bahwa semakin lama durasi pengangkatan sampel kubus beton dari perendaman, semakin rendah persentase kelembaban permukaan betonnya. Durasi pengangkatan sampel beton tidak memiliki pengaruh terhadap kuat tekan beton uji apabila menggunakan metode NDT dengan alat UPV Test. Durasi pengangkatan sampel beton memiliki korelasi terhadap kuat tekan beton uji apabila menggunakan metode NDT dengan alat Hammer Test, dimana didapatkan rata-rata kenaikan kuat tekan setiap peningkatan durasi pengangkatan sampel kubus beton normal sebesar 0,53% dengan kecenderungan data yang didapat heterogen. Sedangkan, pada sampel kubus beton mutu tinggi sebesar 0,50% dengan kecenderungan data yang didapat bersifat homogen. Adapun untuk metode merusak/DT dengan alat CTM dapat disimpulkan bahwa durasi pengangkatan sampel beton tidak berkorelasi terhadap peningkatan kuat tekan sampel beton normal, namun pada sampel beton mutu tinggi rata-ratanya meningkat 0,27% dari peningkatan durasi pengangkatan sampel beton mutu tinggi tersebut.
PRIORITAS IMPLEMENTASI GREEN BUILDING BERDASARKAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MATARAM: Priority of Green Building Implementation Based on Building Classification Pascaghana Jayatri Putra; Suryawan Murtiadi; Hariyadi Hariyadi
Spektrum Sipil Vol 4 No 2 (2017): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan berkonsep green building merupakan bangunan ramah lingkungan dengan kriteria tepat guna lahan; efisiensi dan konservasi energi; konservasi air; sumber dan siklus material; kesehatan dan kenyamanan dalam ruang; dan manajemen lingkungan bangunan. Mengimbangi pembangunan bangunan gedung di Kota Mataram yang semakin padat terutama pada wilayah simpul utama kegiatan perkotaan, perlu adanya implementasi green building sebagai upaya pengendalian dampak lingkungan terhadap perkembangan kota sekaligus mencari solusi terhadap berkurangnya ruang terbuka hijau khususnya di Kota Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan prioritas peruntukan bangunan berdasarkan klasifikasi bangunan gedung sebagai implementasi awal penerapan green building di Kota Mataram. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif-kuantitatif dengan metode AHP (Analytic HierarchyProcess). Enam altenatif peruntukan bangunan yang diteliti yaitu fasilitas hunian; perkantoran; perdagangan dan jasa; wisata dan rekreasi; pelayanan umum (pendidikan dan kesehatan); dan industri.Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa peruntukan bangunan yang menjadi prioritas adalah pelayanan umum (pendidikan dan kesehatan) sebesar 22,3%; urutan selanjutnya adalah perkantoran (17,6%); perdagangan dan jasa (16,6%); wisata dan rekreasi (15,7%); hunian (14,9%); dan industri (12,9%). Hasil ini diharapkan dapat menjadi gambaran dalam penyusunan strategi ke depan dalam implementasi green building di Kota Mataram.
STUDY ON SEISMIC DESIGN PARAMETERS OF LEAD RUBBER BEARING TYPE BASE ISOLATION STRUCTURE: Study on Seismic Design Parameters of Lead Rubber Bearing Type Base Isolation Structure Ni Nyoman Kencanawati; Hariyadi Hariyadi; Syamsul Wathoni
Spektrum Sipil Vol 7 No 1 (2020): SPEKTRUM SIPIL
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/spektrum.v6i2.142

Abstract

Salah satu cara mengurangi resiko bencana pasca gempa pada struktur bangunan adalah dengan mengaplikasikan struktur isolasi dasar (base isolation) pada dasar bangunan ketinggian sedang (medium rise building). Tujuan utama dari sistem ini adalah untuk memisahkan bangunan atas dengan bangunan bawah sehingga diharapkan parameter performa seismik dapat berkurang. Paper ini bertujuan mengkaji beberapa parameter gempa dalam desain seperti periode getar, gaya gempa, dan simpangan pada bangunan yang menggunakan sistem isolasi dasar tipe Lead Rubber Bearing dan dibandingkan dengan bangunan konvensional tanpa system isolasi dasar. Sesuai dengan hasil analisa struktur, dibutuhkan diameter isolator sebesar 65 cm dengan tinggi 40.4 cm untuk model bangunan 5 lantai. Jumlah layer untuk rubber adalah 17 dengan tebal satu layer 2 cm. Aplikasi isolasi dasar pada bangunan memberikan peningkatan periode pada struktur dengan isolasi yaitu sebesar 6.7% dan 2.9% untuk masing-masing portal memanjang dan melintang dibandingkan dengan gedung tanpa system isolasi. Selanjutnya simpangan antar lantai terjadi penurunan yaitu dengan rata-rata nilai 39% untuk portal memanjang dan 35% pada portal melintang. Gaya horisontal mengalami penurunan yaitu 33.7% pada portal memanjang dan 32.7% setelah memakai isolasi dasar. Bangunan dengan isolasi dasar memberikan parameter desain yang lebih baik terhadap gempa dibandingkan dengan bangunan konvensional.