Indonesia merupakan negara multireligius dengan 6 agama yang diakui, sehingga heterogenitas menjadi fitrah manusia. Sikap toleransi menjadi krusial dalam menyongsong kedamaian hidup masyarakat. Mempertahankan nilai toleransi antarumat beragama terakomodasi melalui peran tokoh agama, seperti halnya di Kelurahan Mendut, Magelang. Hidup dalam variabilitas agama yakni Islam, Buddha, dan Kristen Protestan bukan menjadi permasalahan bagi masyarakat Mendut, melainkan justru menjadi keunggulan guna membangun pola kehidupan yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan tokoh agama dalam membina toleransi beragama, serta konsep simbiosis mutualisme yang menjadikan masyarakat Kelurahan Mendut dekat dengan kerukunan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, serta wawancara sebagai data pendukung. Sedangkan teknik analisisnya dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kesimpulan, dan terakhir adalah verifikasi data. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kerukunan di Kelurahan Mendut tercipta melalui saling ketergantungan dalam bidang ekonomi dan peran tokoh agama dalam menyampaikan nilai-nilai toleransi, di mana mereka berfungsi sebagai pembimbing dan konsultan. Kesimpulannya, keterlibatan tokoh agama dan kolaborasi antarumat beragama mendorong terciptanya lingkungan yang harmonis dan inklusif, serta memperkuat kerukunan sosial dan kesejahteraan ekonomi di masyarakat yang beragam. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengeksplorasi dampak jangka panjang dari kolaborasi antarumat beragama terhadap stabilitas sosial dan ekonomi di komunitas lain yang serupa, serta mempertimbangkan peran teknologi dalam memfasilitasi dialog lintas agama. Penulis dapat melihat peran tokoh agama dalam mempertahankan toleransi antarumat beragama melalui forum diskusi sebagai sarana efektif penyelesaian masalah, dari forum diskusi tersebut tumbuhlah kedekatan emosional, yang menciptakan rasa saling membutuhkan dan memperkuat ikatan sosial.