Claim Missing Document
Check
Articles

PERENCANAAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA (STUDI KASUS: BANDAR UDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN) Dondokambey, Felicia Geiby; Rumajar, Audie L. E.; Manoppo, Mecky R. E.; Waani, Joice E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 1, No 4 (2013): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDi Kalimantan Timur, saat ini transportasi melalui udara memegang peranan penting, dimana di beberapa daerah merupakan daerah pengeboran minyak, batu bara dan lainnya, sehingga memerlukan mobilitas yang tinggi antar daerah, dalam maupun luar propinsi. Dengan demikian, fungsi transportasi udara untuk kegiatan tersebut sangat vital. Di Balikpapan, salah satu kota dalam propinsi ini, terdapat Bandar Udara Internasional Sepinggan yang menurut sejarah awalnya digunakan untuk kegiatan Perusahaan Minyak Belanda (BPM). Dewasa ini, Bandara Sepinggan dianggap sudah tidak mampu menampung jumlah penumpang yang ada. Oleh karena hal tersebut, perlu direncanakan pengembangan untuk Bandara Sepinggan ini.Dalam merencanakan pengembangan suatu lapangan terbang harus memperkirakan arus lalu lintas di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan bersifat research. Dengan menganalisa data lima tahun jumlah pesawat, penumpang, bagasi dan cargo menggunakan analisa regresi, dapat diramalkan arus lalu lintas di masa yang akan datang sehingga pengembangan bandar udara dapat diketahui perlu dilakukan atau tidak. Berdasarkan data-data primer yang diperoleh dari bandara seperti data klimatologi, data karakteristik pesawat, data tanah, dan data existing bandara digunakan sebagai acuan merencanakan pengembangan bandar udara.Berdasarkan hasil perhitungan yang mengacu pada standar International Civil Aviation Organization (ICAO) dengan pesawat terbang rencana Boeing 747-400 maka dibutuhkan panjang landasan (runway) 3.949 meter dan lebar landasan 60 meter.Jarak antara sumbu landasan pacu dan sumbu landasan hubung adalah 185 meter. Lebar total taxiway 38 meter, dan luas apron yang diperlukan 750,5 × 164 = 123.082 m.Kata kunci: perencanaan, regresi, pergerakan, runway, taxiway, apron
ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO Samponu, Ignatius Tri Prasetyo; Sendow, Theo K.; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 3, No 6 (2015): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruas jalan Manado Bypass tahap I adalah salah satu bagian dari satu kesatuan jalan lingkar yang mengitari kota Manado dan berfungsi sebagai jalan alternatif dalam kota, juga berperan untuk mengalihkan arus lalu lintas yang melintasi kota Manado, agar tidak mengganggu kapasitas dan kinerja jalan yang ada di dalam kota Manado sendiri. Seiring dengan pertumbuhan kota Manado, terjadi juga peningkatan arus lalu lintas yang dipicu antara lain oleh pertumbuhan penduduk dan tata guna lahan. Pertumbuhan arus lalu lintas ini tidak diimbangi dengan penambahan kapasitas jalan sehingga mengakibatkan menurunnya kinerja ruas jalan ini. Selain itu banyaknya jumlah akses pada ruas jalan ini juga mempengaruhi kinerja dari ruas jalan ini. Penurunan kinerja ruas jalan Manado Bypass tahap I ini dapat dilihat dari kondisi jalan yang ada, dimana sudah terjadi kemacetan, kecepatan kendaraan yang menurun hingga kurang dari kecepatan rencana serta waktu tempuh yang meningkat. Studi yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat riset yang dilakukan di ruas jalan Manado Bypass tahap I selama tiga hari survey. Survey dilakukan pada dua ruas jalan pada pukul 06.00 – 21.00 dan bertujuan untuk mengetahui kinerja ruas jalan tersebut. Teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan MKJI 1997 untuk menghitung kapasitas dan derajat kejenuhan. Berdasarkan hasil survey, diperoleh hasil penelitian yaitu volume (Q) puncak berkisar antara 1383 smp/jam sampai 2036 smp/jam dengan volume puncak tertinggi pada ruas jalan antara Simpang empat menuju Perkamil dan Lembaga Pemasyarakatan sampai simpang tiga menuju Maumbi. Kecepatan rata-rata berkisar pada 35,357 km/jam – 41,715 km/jam. Volume Capacity Ratio (VCR) berada pada rentang 0,555 – 0,658 dengan VCR terendah terjadi pada ruas jalan antara simpang tiga menuju Narwastu sampai simpang tiga menuju Kembes. Tingkat pelayanan (LOS) pada kedua ruas jalan identik, namun berdasarkan VCR, tingkat pelayanan terburuk terjadi pada ruas jalan antara simpang empat menuju Perkamil dan Lembaga Pemasyarakatan sampai simpang tiga menuju Maumbi dengan tingkat pelayanan C, nilai VCR 0,658, kecepatan rata-rata 35,357 km/jam dan terjadi pada hari Kamis, 29 Januari 2015. Kata Kunci: Kinerja, Ruas Jalan, Kecepatan, LOS
KINERJA LALU LINTAS PERSIMPANGAN LENGAN EMPAT BERSIGNAL (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN JALAN WALANDA MARAMIS MANADO) Lumintang, Gland Y. B.; Lefrandt, Lucia I. R.; Timboeleng, James A.; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 1, No 3 (2013): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan kemacetan dan antrian di kota Manado pada umumnya terjadi pada persimpangan. Salah satu persimpangan di Kota Manado yang mengalami permasalahan tersebut adalah simpang bersinyal Area Patung Maria Walanda Maramis.Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa persimpangan bersignal tersebut dengan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997), maka perlu ditinjau karakteristik dan komposisi lalu lintasnya sehingga bisa dihitung tingkat kejenuhan dan tingkat layanan dari masing-masing pendekat pada persimpangan, serta besarnya tundaan yang terjadi. Data-data yang digunakan untuk analisa didapatkan dengan cara pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder sesuai dengan kebutuhan penelitian. Analisis data dimulai dengan penentuan kondisi lapangan, arus lalu lintas, kapasitas dan derajat kejenuhan, dan perilaku lalu lintas.Nilai Derajat Kejenuhan (DS) maksimum untuk masing-masing pendekat yaitu pendekat Paal II sebesar 0,763 pendekat Pasar Kanaka sebesar 0,656, pendekat Tikala sebesar 0,700, dan pendekat Pusat Kota sebesar 0,720. Kinerja lalu lintas/Level Of Service (LOS) didapatkan dengan melihat nilai Tundaan Rata-rata. Dari hasil analisa didapat tundaan rata-rata persimpangan yaitu 67,12 det/kend sehingga didapat Level of Service yaitu LOS E.Kata Kunci : kapasitas, Level of Service, tundaan.
PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON – LAPIS AUS GRADASI SENJANG Hamzah, Risky Aynin; Kaseke, Oscar H.; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 4, No 7 (2016): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengaruh variasi kandungan Bahan Pengisi (Filler) terhadap kualitas campuran berdasarkan Metode Marshall dan batasan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun 2010 diteliti di laboratorium terhadap jenis campuran Lapis Tipis Aspal Beton-Lapis Aus bergradasi senjang. Penelitian diterapkan pada campuran yang dirancang menggunakan bahan-bahan campuran yang terpilih dan diperiksa terlebih dahulu memenuhi syarat, kemudian dirancang komposisi berdasarkan gradasi menurut jenis campuran sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010, kemudian dibuat benda uji dengan variasi kadar aspal. Setelah diuji dan dianalisis, didapat komposisi terbaik yang memenuhi semua persaratan kriteria Marshall. Dengan berpatokan pada komposisi terbaik, dibuat lagi benda uji Marshall dengan mem-variasi-kan kandungan Bahan Pengisi (Filler), dimana gradasi berpatokan pada komposisi terbaik kecuali untuk prosentasi Bahan pengisi (Filler) yakni  lolos saringan ukuran No. #50 (=0,297 mm), No. #100 (=0,150 mm) dan No. #200 (=0,075 mm) yang berubah-ubah sesuai dengan variasi kandungan Bahan Pengisi tersebut. Kandungan Bahan Pengisi dirancang ber-variasi antara 4 % sampai dengan 12% dengan rentang 2% . Setelah pengujian dan besaran-besaran Marshall diperoleh, dilakukan analisis secara grafis hubungan antara variasi kandungan Bahan Pengisi (Filler) [%] pada sumbu mendatar dengan masing-masing besaran-besaran Marshall pada sumbu tegak. Dari hubungan antara Stabilitas dengan Kandungan Bahan Pengisi, Nilai Flow atau Kelelehan, untuk prosentasi Bahan Pengisi. Batasan Kandungan Bahan Pengisi, maka dapat disimpulkan bahwa variasi kandungan Bahan Pengisi sangat berpengaruh terhadap besaran kriteria Marshall campuran dan yang paling menentukan adalah nilai VIM yang membatasi kandungan Bahan Pengisi terendah dan tertinggi. Dengan demikian disarankan dalam pelaksanaan pembuatan Campuran Beraspal Panas bergradasi senjang sebagaimana yang diteliti ini, variasi kandungan Bahan Pengisi harus dibatasi sedemikian rupa, tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, tidak sekadar mengikuti batas terendah ataupun tertinggi  yang terdapat dalam Spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun 2010. Kata kunci : Bahan pengisi (Filler), Kriteria Marshall, Lapis Tipis Aspal Beton.
ANALISIS PERBANDINGAN DESAIN OVERLAY PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE BINA MARGA 2017 MENGGUNAKAN DATA LENDUTAN BB DAN AASHTO 1993 MENGGUNAKAN DATA LENDUTAN FWD (STUDY KASUS: RUAS JALAN AIRMADIDI - KAIRAGI) Manguande, Jeisya; Manoppo, Mecky R. E.; Sendow, Theo K.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 8, No 1 (2020): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Overlay adalah lapis perkerasan tambahan yang di pasang di atas konstruksi perkerasan jalan yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan struktur agar dapat melayani lalu lintas yang di rencanakan selama umur rencana. Pada Ruas Jalan Airmadidi – Kairagi Kondisi fungsional dapat dilihat secara visual terjadinya kerusakan seperti cacat permukaan dan retak  sedangkan untuk kondisi struktural dilakukan pemeriksan non destruktif menggunakan alat Benkelman Beam (BB) dan Falling Weight Deflectometer (FWD).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta membandingkan tebal lapis tambah (overlay) metode Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 dengan AASHTO 1993. Dalam Penelitian ini data yang diambil  yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer yaitu data Volume Lalu Lintas dan Data Sekunder yaitu Data  Lendutan Benkelman Beam (BB) dan lendutan Falling Weight Deflectometer (FWD).Hasil perhitungan volume lalu lintas didapat nilai CESA (Cumulative Equivalent Single Axle) menurut Bina Marga 2017 adalah CESA4 sebesar 7.172.054,42 dan CESA5 sebesar 11.115.907,07 menurut metode AASHTO 1993 adalah W18 = 11.253.968,57. Perbedaan hasil dari kedua metode ini disebabakan karena pada Manual Desain Perkerasan jalan 2017 penetapan nilai VDF (Vehicle Damage Factor) menggunakan Tabel 2.5 sedangkan pada metode AASHTO 1993 Nilai VDF (Vehicle Damage Factor) disetiap kendaraan menggunakan interpolasi dengan tabel faktor ekivalnesi beban gandar dengan mencari nilai SN berdasarkan tebal perkerasan, koefisien lapisan dan koefisien drainase. Hasil perhitungan tebal lapis tambah (overlay) menurut metode Bina Marga 2017 dengan nilai CESA4  adalah 4 cm dan CESA5 adalah 15 cm, sedangkan untuk metode AASHTO 1993  adalah 7 cm.Pada penelitian ini juga dibuat simulasi perhitungan beban lalu lintas terhadap tebal lapis tambah perkerasan yang dianalisis dengan model regresi linier, regresi eksponensial, regresi logaritma. Dari hasil analisa, regresi logaritma menghasilkan nilai r² paling besar dan menjadi kunci untuk pemilihan model terbaik. Kata Kunci: Manual Desain Perkerasan Jalan 2017, AASHTO 1993, Overlay, VDF, Bekelman Beam, Falling Weight Deflectometer, CESA, Tebal lapis tambah perkerasan.
EVALUASI PERHITUNGAN KAPASITAS MENURUT METODE MKJI 1997 DAN METODE PERHITUNGAN KAPASITAS DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PERILAKU KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS PADA RUAS JALAN ANTAR KOTA (STUDI KASUS MANADO - BITUNG) Merentek, Taufan Guntur Stallone; Sendow, Theo K.; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 4, No 3 (2016): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruas jalan Manado – Bitung sebagai jalan nasional harus dievaluasi untuk dapat dinilai karakteristiknya. Evaluasi kapasitas Ruas Jalan dapat dilakukan dengan menggunakan metode MKJI 1997 dan metode analisa perilaku karakteristik arus lalu lintas dengan metode Greenshields, Greenberg, dan Underwood. Kota Bitung merupakan kota pelabuhan sebagai pintu gerbang masuk dan keluarnya penumpang, barang dan kendaraan dari provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado adalah ibukota propinsi Sulawesi Utara yang merupakan pusat kegiatan baik perekonomian, pendidikan, bahkan kegiatan  lainnya. Untuk mengevaluasi ruas jalan yang diteliti yaitu Ruas Jalan Manado - Bitung maka terlebih dahulu harus menentukan Kapasitas Ruas Jalan. Untuk penentuan kapasistas ruas jalan dapat dihitung dengan menggunakan MKJI 1997 dan metode analisa perilaku karakteristik arus lalu lintas seperti volume (flow), kecepatan (speed) dan kepadatan (density), atau dengan menggunakan model Greenshields, Greenberg, dan Underwood yang kemudian dibandingkan dengan kapasitas menggunakan metode MKJI 1997. Kapasitas dengan menggunakan pemodelan Greenshields, Greenberg, dan Underwood didapat dengan terlebih dahulu mencari hubungan matematis antara parameter Volume-Kecepatan-Kepadatan dan koefisien determinasi (R2) yang tertinggi untuk tiga hari survey. Dari hasil pemodelan didapat untuk model Greenshields koefisien tertinggi adalah hari Rabu, 31 Juli 2013 (arah Manado-Bitung) dengan R2 = 0,6386 dengan persamaan Hubungan (S–D), S = 45,9717-0,4541.D dan Kapasitas (VM) = 2835,394 smp/jam. Untuk model Greenberg yang memiliki koefisien determinasi tertinggi adalah hari Sabtu, 03 Agustus 2013 (arah Bitung-Manado) dengan R2 = 0,718686 dengan persamaan Hubungan (S – D), S = 82,3752 - 14,9825.LnD dan Kapasitas (VM) = 1346,124 smp/jam. Untuk model Underwood koefisien determinasi   tertinggi adalah hari Rabu, 31 Juli 2013 dengan R2 = 0,81108 dengan persamaan Hubungan (S – D), S = 49,77676.e-0,00998.D dan Kapasitas (VM) = 1172,17 smp/jam. Untuk perhitungan dengan menggunakan MKJI didapat kapasitas (VM) = 2883 smp/jam. Berdasarkan perhitungan dari ketiga model tersebut yang paling mendekati dengan perhitungan MKJI adalah model Underwood dengan Kapasitas (VM) = 2855.447467 smp/jam. Kata kunci : Kapasitas, Greenshield, Greenberg, Underwood
ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU DENGAN METODE BINA MARGA 2017 DIBANDINGKAN METODE AASHTO 1993 Mantiri, Cynthia Claudia; Sendow, Theo K.; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 7, No 10 (2019): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metode perhitungan merupakan salah satu faktor dalam mendesain tebal perkerasan lentur jalan baru. Ada beberapa metode mendesain tebal perkerasan lentur jalan baru, namun untuk penelitian ini digunakan dua metode mendesain tebal perkerasan lentur yaitu metode yang disediakan oleh America Asociation of State Highway Traffic Officials (AASHTO) dan metode untuk Indonesia sendiri ditetapkan oleh Kemetrian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jendral Bina Marga.Kedua metode tersebut memiliki parameter – parameter data yang sama yaitu beban lalu lintas, CBR tanah dasar, R, ZR, S0, IP0, IPt, ∆Psi, koefisien drainase, material lapis perkerasan, akan tetapi kedua metode ini memiliki perbedaan dalam teknis perhitungan tebal perkerasan lentur jalan baru. Penelitian ini dilakukan variasi nilai CBR tanah dasar (kekuatan tanah) dari 6% sampai 40% dan nilai beban sumbu kendaraan (ESAL) dari 1.000.000 ESAL sampai 25.000.000 ESAL sehingga akan diperoleh 200 macam variasi nilai untuk mengukur sensitivitas terhadap tebal perkerasan lentur melalui kedua metode tersebut.Hasil yang didapat berupa perbedaan tebal perkerasaan dimana AASHTO 1993 mendapatkan nilai tebal perkerasan yang lebih besar untuk lapis pondasi atas (Granular Treated Base) yaitu dengan variasi CBR dan beban sumbu kendaraan didapat 44 cm ~ 62.5 cm sedangkan Bina Marga 2017 didapat sebesar 44 cm ~ 50.5 cm. Sedangkan untuk lapis pondasi atas (Cement Treated Base) didapatkan hasil yang bervariasi untuk AASHTO 1993 dan Bina Marga 2017 dimana tebal perkerasan berkisar 45.5 cm ~ 51.5 cm untuk variasi CBR AASHTO 1993 dan untuk Bina Marga 2017 didapatkan hasil tebal perkerasan yang sama untuk semua variasi CBR yaitu 47.5 cm.Kata Kunci: AASHTO, Bina Marga, Perkerasan Lentur, Jalan Baru
ANALISA DERAJAT KEJENUHAN AKIBAT PENGARUH KECEPATAN KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN DI KAWASAN KOMERSIL (STUDI KASUS: DI SEGMEN JALAN DEPAN MANADO TOWN SQUARE BOULEVARD MANADO) Kayori, Rifan Ficry; Sendow, Theo Kurniawan; Jefferson, Longdong; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 1, No 9 (2013): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah lalu lintas seperti tundaan, antrian dan kemacetan terjadi dibeberapa kawasan di kota Manado. Salah satunya pada ruas jalan Piere Tendean yang merupakan kawasan komersil di kota Manado. Untuk mengatasi masalah tersebut maka terlebih dahulu mengkaji karakteristik jalan tersebut seperti kecepatan kendaraan, volume lalu lintas, dan kapasitas, yakni dengan melakukan studi pada ruas jalan tersebut. Studi dilakukan dalam penelitian ini bersifat riset yang dilakukan diruas jalan Piere Tendean selama tujuh hari survey. Studi ini bertujuan untuk menganalisa hubungan derajat kejenuhan akibat pengaruh kecepatan. Serta untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan tersebut dengan menggunakan pendekatan secara.Hubungan derajat kejenuhan akibat pengaruh kecepatan untuk arah Malalayang ke Pasar 45 selama seminggu dari hasil analisa dan perhitungan didapat nilai koefisien determinasi (R2) terendah yakni 25,50% dan nilai koefisien determinasi (R2) terbesar yaitu 86,53% dengan model persamaan Y = 1,146244 – 0,023009.x dan perbandingan antara thitung = 19,466357 dan ttabel = 2,00105. Untuk arah Pasar 45 ke Malalayang, hubungan derajat kejenuhan akibat pengaruh kecepatan selama seminggu dari hasil analisa dan perhitungan didapat nilai koefisien determinasi (R2) terendah yakni 17,33% dan nilai koefisien determinasi (R2) terbesar yaitu 72,62% dengan model persamaan Y = 0,712415 – 0,012575.x dan perbandingan antara thitung = 12,508237 dan ttabel = 2,00105.Serta untuk nilai indeks tingkat pelayanan jalan berdasarkan persamaan Davidson selama seminggu untuk arah Malalayang ke Pasar 45 didapat nilai (a) terendah yaitu 0,417961 dan nilai (a) tertinggi yaitu 1,499699, dengan nilai koefisien determinasi (R2) terkecil yakni 22,97% dan yang terbesar yaitu 84,44%. Sedangkan untuk arah Pasar 45 ke Malalayang, nilai indeks tingkat pelayanan jalan berdasarkan persamaan Davidson selama seminggu didapat nilai (a) terendah yaitu 0,217119 dan nilai (a) tertinggi yaitu 2,717964, dengan nilai koefisien determinasi (R2) terkecil yakni 14,47% dan yang terbesar yaitu 79,92%.Kata kunci: kecepatan, derajat kejenuhan, indeks tingkat pelayanan, persamaan Davidson
KAJIAN PENGARUH FLUKTUASI GRADASI TERHADAP PENGGUNAAN KADAR SEMEN PADA CAMPURAN CEMENT TREATED BASE (CTB) Lonteng, Fani Oktavian; Kaseke, Oscar H.; Manoppo, Mecky R. E.; Palenewen, Steve Ch. N.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 7, No 5 (2019): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini akan mengkaji dampak yang disebabkan oleh fluktuasi gradasi agregat terhadap penggunaan kadar semen pada campuran CTB serta mengetahui penggunaan kadar semen akibat dari fluktuasi gradasi yang terjadi karena pada proses pencampuran agregat di lapangan kemungkinan fluktuasi gradasi agregat dapat saja terjadi.Metode penelitian bersifat research di laboratorium, serta berpedoman pada rujukan yang dibuat oleh PUSLITBANG Jalan dan Jembatan SNI 8141: 2015 (Spesifikasi Lapis Fondasi Agregat Semen-LFAS). Adapun pengujian terhadap agregat seperti keausan agregat, berat jenis agregat, analisa saringan, batas cair, batas plastis, serta nilai indeks plastis. Pengujian terhadap campuran CTB dilakukan pengujian UCS (unconfined compressive strength) dan CBR (california bearing ratio) di laboratorium (menggunakan semen dan tidak menggunakan).Berdasarkan komposisi perbandingan agregat kasar dan agregat halus pada masing-masing gradasi agregat, diperoleh gradasi (satu) dengan perbandingan 48% dan 52%, gradasi (dua) 63% dan 37%, gradasi (tiga) 77% dan 23%. Hasil pengujian pemadatan berat (modified Proctor test) di laboratorium masing-masing komposisi gradasi agregat diperoleh nilai kadar air optimum (Wopt) dan berat isi kering maksimum (γdmaks) pada gradasi (satu) 8,50% dan 1,981 gr/cm³, gradasi (dua) 7,80% dan 2,009 gr/cm³, gradasi (tiga) 7,20% dan 1,992 gr/cm³. Masing-masing gradasi agregat dibuat komposisi campuran CTB menggunakan 5 variasi kadar (3% - 5%). Pengujian UCS ditinjau pada tegangan 50 kg/cm², diperoleh kadar semen pada gradasi (satu) 4,85%, gradasi (dua) 3,55%, gradasi (tiga) 4,50%. Pengujian CBR di laboratorium (tidak menggunakan semen) menunjukan penurunan nilai daya dukung apabila perbandingan agregat halus lebih banyak dari agregat kasar, setelah (menggunakan semen) terjadi peningkatan nilai daya dukung campuran diperoleh hasil gradasi (satu) 75,29% menjadi 141,04%, gradasi (dua) 99,11% menjadi 214,43%, gradasi (tiga) 105,78% menjadi 251,59%.Fluktuasi gradasi agregat menyebabkan bertambahnya penggunaan kadar semen pada campuran CTB yang berada pada 0,95% - 1,30%. Fluktuasi gradasi agregat juga berpengaruh pada daya dukung agregat itu sendiri, jika perbandingan persentase agregat halus lebih banyak terhadap agregat kasar akan memberikan daya dukung yang semakin rendah. Kata kunci : CTB, Fluktuasi, gradasi, agregat.
PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) Pangemanan, Vonne Carla; Kaseke, Oscar H.; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 3, No 2 (2015): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu fungsi dari lapisan perkerasan aspal adalah sebagai lapisan penutup bagi perkerasan di bawahnya terhadap air, karena adanya air akan mengakibatkan perkerasan tersebut menurun dan juga lapis perkerasan dibawahnya akan menurun daya dukungnya. Terhadap lapisan perkerasan aspal dapat dilakukan pengujian Marshall untuk mengetahui pengaruh dari suhu dan durasi teredamnya terhadap nilai Stabilitas dan Kelelehan (Flow) melalui penelitian di laboratorium. Penelitian dilakukan terhadap campuran yang terbuat dari 2 jenis material agregat dari lokasi dua lokasi sumber berbeda yang memiliki sifat fisik berbeda, yakni material agregat dari lokasi sumber Tateli dan lokasi sumber Lolan. Penelitian diawali dengan memeriksa sifat-sifat bahan yang dugunakan dengan mengacu pada persyaratan Spesifikasi Teknik oleh Bina  Marga, sehingga didapatkan komposisi terbaik dari campuran. Selanjutnya dengan komposisi terbaik dibuat benda uji Marshall yang akan direndam dalam 3 variasi temperature, yaitu 25°, 45° dan 60° dengan 5 variasi lamanya waktu (durasi) perendaman; yaitu 30 menit, 60 menit, 12 jam, 24 jam dan 72 jam. Hasil pemeriksaan terhadap dua jenis material agregat menunjukkan material agregat lokasi sumber Lolan mempunyai resapan lebih kecil dibandingkan dengan agregat dari lokasi sumber Tateli, kemudian hasil penelitian terhadap dua jenis campuran yang terbuat dari agregat dari kedua lokasi sumber Tateli dan Lolan. Terlihat bahwa, setelah direndam dengan variasi suhu dan lamanya perendaman yang berfluktuasi terhadap kedua jenis campuran tersebut sama pengaruhnya, yaitu nilai Stabilitas dan Marshall Quotient (MQ) menurun dan nilai Flow meningkat. Hal ini membuktikan, bahwa temperatur dan lamanya (durasi) perendaman mempengaruhi kinerja pencampuran lapis perkerasan aspal. Semakin tinggi suhu perendaman dan semakin panjang durasi perendaman nilai Stabiltas Marshall semakin menurun dan nilai Flow semakin meningkat. Kata kunci: Stabilitas, Kelelehan (Flow), Suhu Perendaman, Lama Perendaman
Co-Authors Ady Suhendra Edmonssoen Monoarfa Alelo, Ivana Junia Amelia Umboh Audie L. E. Rumajar Audy L. E. Rumajar Besouw, Gabrielia Venisia Birasungi, Cynthia F. Bongso, Shofian E. H. Brian Rivaldo Purba, Brian Rivaldo Bryan Barsel Tulungen, Bryan Barsel Clifando E. N. Sondakh, Clifando E. N. Felicia Geiby Dondokambey Fernando Rondonuwu Freddy Jansen George Stefen Muaya, George Stefen Gland Y. B. Lumintang Glendy Lansart, Glendy Hermi R. A. Gultom Ignatius Tri Prasetyo Samponu, Ignatius Tri Prasetyo James A. Timboeleng Januar E. Kairupan Jefferson Longdong Jembris Sagisolo Jimmy Regel Joice E. Waani Jori George Kherel Kastanya Kaharu, Fitriyanti Kamagi, Angelica R. Lalamentik, Lucia G. J. Lambertus J. Undap Lendy Arthur Kolinug Lengkong, Maria Rainy Lexie F. Kereh Lintong Elisabeth Longdong Jefferson Lonteng, Fani Oktavian Lucia I. R. Lefrandt Lumowa, Bella Christianty M. J. Paransa Manguande, Jeisya Manoppo, Cheryl N. Mantiri, Cynthia Claudia Maria Estela Laoli Monita Sailany Watuseke, Monita Sailany Moses Ricco Tombokan Musadi, Claufia Rafika Nathanael Pieter Siriwa Oscar H Kaseke, Oscar H Oscar H. Kaseke Pingkan B. J. Koagouw, Pingkan B. J. Praycilia Inri Badar Prylita Rombot, Prylita Rifan Ficry Kayori Risky Aynin Hamzah, Risky Aynin Rizky Mamangkey Rumambi, Cherryl Clinda Samuel A. R. Warouw Semuel Y. R. Rompis, Semuel Y. R. Sendouw, Theo K. Servie O. Dapas Soraya Hais Abdillah Steve Ch. N. Palenewen Tampi, Christina Karolina Taufan Guntur Stallone Merentek, Taufan Guntur Stallone Tawalujan, Kevin Filindo Theo K. Sendow Theo Kurniawan Sendow Tolip, Vierihard A. Tombeg, Charlie Valentino Vonne Carla Pangemanan Walangitan, Deane R. Wurara, Dionisius Natan