Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Hubungan antara komunikasi interpersonal orangtua-remaja dengan keterampilan sosial remaja Larasati, Kinanti; Marheni, Adijanti
Jurnal Psikologi Udayana Vol 6 No 01 (2019)
Publisher : Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.078 KB) | DOI: 10.24843/JPU.2019.v06.i01.p09

Abstract

Remaja adalah salah satu masa perkembangan yang dimulai dari usia 13 tahun sampai 21 tahun. Pada masa ini kebanyakan waktu dihabiskan remaja dalam kegiatan sekolah atau bersama teman sebaya. Interaksi dan penerimaan teman sebaya merupakan hal penting bagi perkembangan remaja. Untuk dapat berinteraksi dan diterima dengan baik oleh lingkungan, remaja diharapkan dapat memiliki keterampilan sosial yang baik. Keterampilan sosial terutama diperoleh melalui proses pembelajaran (terutama pembelajaran sosial, termasuk observasi, modeling, latihan, dan proses umpan balik). Salah satu faktor yang memengaruhi keterampilan sosial seseorang adalah keluarga. Komunikasi orangtua dengan anak merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku anak, yang berpengaruh pada perkembangan anak dan disinilah unsur pendidikan terhadap anak akan dibentuk. Remaja akan belajar cara berinteraksi dan berperilaku yang baik melalui interaksi mereka dengan orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal orangtua-remaja dengan keterampilan sosial remaja. Subjek pada penelitian ini adalah 114 orang siswa SMA Dwijendra Denpasar. Instrument dalam penelitian ini adalah skala komunikasi interpersonal orangtua-remaja dan skala keterampilan sosial remaja. Hasil analisis korelasi product moment menunjukkan angka korelasi sebesar 0,681 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), yang berarti ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal orangtua-remaja dengan keterampilan sosial remaja. Semakin efektif komunikasi interpersonal yang dimiliki orangtua-remaja maka akan semakin tinggi keterampilan sosial yang dimiliki remaja, begitu pula sebaliknya semakin kurang efektif komunikasi interpersonal orangtua-remaja maka akan semakin rendah keterampilan sosial yang dimiliki remaja. Kata kunci: Remaja, komunikasi interpersonal antara orangtua-remaja, keterampilan sosial.
Peran Konformitas Teman Sebaya dan Self Monitoring Terhadap Impulsive Buying pada Remaja Madya Putri di Denpasar Ernayanti, Ni Made Desi; Marheni, Adijanti
Jurnal Psikologi Udayana Edisi Khusus
Publisher : Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.584 KB)

Abstract

Remaja madya kerap melakukan pembelian secara impulsive pada suatu barang yang dikarenakan barang tersebut terlihat menarik baginya, namun faktanya remaja madya putri membeli barang karena terlalu memantau dirinya (self monitoring) hingga berpengaruh pada perilaku sosial remaja madya, karena mengikuti konformitas teman sebaya dalam prilaku berbelanja dan self monitoring yang berlebih pada dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran konformitas teman sebaya dan self monitoring terhadap impulsive buying pada remaja madya putri di Denpasar. Subjek dalam penelitian ini adalah 230 siswa perempuan yang masih bersekolah SMA di Denpasar. Penelitian ini diukur menggunakan tiga skala yaitu skala konformitas teman sebaya, skala self monitoring, dan skala impulsive buying. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cluster sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda yang hasilnya menunjukkan R=0,289 dan adjusted R square sebesar 0,083. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel konformitas teman sebaya dan self monitoring memberikan peran terhadap impulsive buying pada remaja putri di Denpasar sebesar 8,3%. Nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan konformitas teman sebaya dan self monitoring secara bersama-sama berperan terhadap impulsive buying. Kata kunci: Konformitas teman sebaya, self monitoring, impulsive buying pada remaja madya putri.
Hubungan kematangan emosi dan konformitas teman sebaya terhadap agresivitas remaja di SMAN 3 Denpasar Raviyoga, Tarate Timur; Marheni, Adijanti
Jurnal Psikologi Udayana Vol 6 No 01 (2019)
Publisher : Program Studi Sarjana Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.476 KB) | DOI: 10.24843/JPU.2019.v06.i01.p05

Abstract

Menurut survei, SMAN 3 Denpasar merupakan salah satu sekolah yang dipilih sebagai sekolah dengan tingkat agresivitas siswa rendah. Namun, ditemukan perbedaan fakta di lapangan yang menjelaskan kasus-kasus agresivitas yang dilakukan oleh siswa SMAN 3 Denpasar yang tidak diketahui oleh pihak luar sekolah. Agresivitas pada remaja dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal penyebab agresivitas pada remaja adalah pelampiasan dari emosi marah dan frustrasi yang tidak tepat yang disebabkan oleh rendahnya kematangan emosi remaja. Emosi yang tidak stabil mendorong remaja bertndak tanpa berpikir kritis. Sedangkan faktor eksternal yakni adanya pengaruh serta tekanan dari lingkungan pergaulan remaja yang muncul dalam bentuk konformitas teman sebaya. Ketika remaja konform, maka remaja rela melakukan berbagai hal sekalipun melanggar normal sosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat agresivitas siswa dan melihat hubungan antara kematangan emosi dan konformitas teman sebaya dengan agresivitas siswa SMAN 3 Denpasar. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan subjek sejumlah 258 siswa SMAN 3 Denpasar, berusia 15-18 tahun, serta berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode klaster. Instrumen penelitian ini adalah skala agresivitas, kematangan emosi, dan konformitas yang sudah diuji validitasnya. Metode analisis data menggunakan regresi berganda dengan signifikansi 0.00 (p<0.05) yang menjelaskan agresivitas siswa dipengaruhi oleh kematangan emosi dan konformitas teman sebaya. Nilai R Square sebersar 0,140 artinya kematangan emosi dan konformitas teman sebaya menjelaskan 14% dari agresivitas siswa. Sebanyak 10,46% subjek yang memiliki skor diatas mean teoritis. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa tingkat agresivitas siswa SMAN 3 Denpasar dapat dikatakan rendah.. Kata kunci: Agresivitas, kematangan emosi, konformitas teman sebaya, remaja.
Terapi Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Potensi Kekambuhan pada Narapidana Mantan Pecandu Narkoba Sari, Ni Luh Krishna Ratna; Hamidah, Hamidah; Marheni, Adijanti
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i1.22276

Abstract

Peredaran narkoba tidak hanya terjadi di berbagai tempat umum, namun juga di dalam suatu lembaga pemasyarakatan. Bagi narapidana yang merupakan mantan pecandu narkoba di lembaga pemasyarakatan, hal ini dapat mempengaruhi potensi mengalami kekambuhan yang menjadi semakin tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan potensi mengalami kekambuhan adalah dengan pemberian terapi kognitif perilaku. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efektivitas terapi kognitif perilaku untuk menurunkan potensi kekambuhan pada narapidana mantan pecandu narkoba di salah satu lembaga pemasyarakatan di Bali. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif ekperimen dengan one group pretest-posttest design. Teknik sampling yang digunakan adalah pusposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji beda Wilcoxon signed-rank test. Hasil penelitian menunjukkan nilai negative ranks = 3 dengan nilai Z= -1.604 dan Asymp. Sig. = 0.109 (p>0.05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan potensi kekambuhan narapidana mantan pecandu narkoba di lembaga pemasyarakatan sebelum dan setelah diberikan terapi kognitif perilaku. Meskipun begitu, angka negative ranks menunjukkan bahwa seluruh skor posttest lebih rendah dari skor pretest sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi kognitif perilaku dapat menurunkan potensi kekambuhan pada narapidana mantan pecandu narkoba di lembaga pemasyarakatan.  Drug trafficking not only occurs in various public places but also in prison. For the former drug addicts prisoners, this can affect the potential of relapse to become even higher. One effort to reduce the potential of relapse is by giving cognitive behavioral therapy. The purpose of this study was to examine the effectiveness of cognitive- behavioral therapy to reduce the potential of relapse in former drug addicts at one of the prisons in Bali. This study uses quantitative methods with one group pretest-posttest design. The sampling technique used is purposive sampling. Data were analyzed using a Wilcoxon signed-rank test. The results showed the value of negative ranks = 3 with Z values = -1.604 and Asymp. Sig. = 0.109 (p> 0.05). It means there is no significant difference in the potential relapse of the former drug addicts prisoners before and after cognitive-behavioral therapy program. However, negative ranks score indicates that all of the posttest scores are lower than the pretest score. So it can be concluded that cognitive-behavioral therapy can reduce the potential of relapse in former drug addicts prisoners.
ANALISIS FENOMENOLOGIS INTERPRETATIF TENTANG DEFINISI BULLYING DAN HARGA DIRI BAGI KORBAN BULLYING Nabila Sella Almira; Adijanti Marheni
Jurnal Psikologi Integratif Vol 9, No 2 (2021): Psikologi Integratif
Publisher : UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpsi.v9i2.2211

Abstract

The phenomenon that often occurs in schools is bullying, but there are rarely research on the definition of bullying. Volt et al (2014) found that the definition of bullying that commonly used in Western is shaky and doesn’t clearly describe the phenomenon itself. Research on the meaning of bullying in Indonesia itself hasn’t been done yet. Therefore, the purpose of this study is to fill in by focusing on the meaning of bullying and self-esteem from the victim's view. Purposive sampling was used to gather the samples. This study used interpretative phenomenological analysis to analyse the data. In this study, we can see that from the victims’ perspective, bullying is a dangerous act done by the perpetrators and can negatively affect the victims in a long run. This study could be useful for psychology in social, developmental, educational, clinical, or forensic field to understand the meaning of bullying and self-esteem.Keywords: bullying, self-esteem, psychological impact, the definition of bullying, the definition of self-esteemFenomena kekerasan yang sering terjadi di sekolah adalah bullying, tetapi penelitian mengenai definisi bullying masing jarang ditemukan. Penelitian di Barat mengemukakan definisi bullying yang umum digunakan sekarang sangat lemah dan belum menggambarkan secara jelas fenomena ini. Penelitian mengenai makna bullying di Indonesia sendiri belum pernah dilakukan. Maka dari itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengisi kekosongan tersebut dengan mencari makna kata bullying dan harga diri dari sudut pandang korban. Sampling purposif digunakan untuk mencari narasumber. Wawancara dilaksanakan semi-terstruktur, dimana transkrip wawancara menggunakan interpretative phenomenological analysis. Ada enam tema yang ditemukan, yaitu: (1) bentuk perilaku bullying, (2) pandangan korban mengenai pelaku, (3) dampak bullying, (4) reaksi orang dewasa mengenai bullying, (5) perkembangan diri, dan (6) makna kata bullying dan harga diri. Temuan dalam penelitian ini bisa menjadi masukan bagi psikologi sosial, psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi klinis, dan psikologi forensik dalam memahami pemaknaan kata bullying dan harga diri. Kata Kunci: bullying, harga diri, dampak bullying, definisi bullying, definisi harga diri
Strategi Koping dan Stres pada Mahasiswa: Studi Pendahuluan Promosi Kesehatan Mental Berbasis Sekolah Aria Saloka Immanuel; Adijanti Marheni; Komang Rahayu Indrawati; Ni Luh Indah Desira Swandi; Made Padma Dewi Bajirani
Jurnal Ilmu Perilaku Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Ilmu Perilaku
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jip.5.2.138-158.2021

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kondisi stres mahasiswa melalui desain penelitian cross-sectional survey. Partisipan dalam penelitian ini adalah 111 mahasiswa program studi sarjana. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan open-ended questionnaire, perceived stress scale-10, dan brief COPE questionnaire. Data kualitatif dianalisis dengan analisis tematik. Data kuantitatif dianalisa dengan One-Way ANOVA dan Multiple Regression. Hasil penelitian menemukan bahwa: 1) permasalahan kehidupan kampus, perasaan dan pikiran negatif, serta permasalahan relasi merupakan situasi sulit yang dihadapi oleh mahasiswa; 2) sebanyak 49,5% mahasiswa menunjukkan tingkat stres pada kategori rendah dan 50,5% mahasiswa menunjukkan tingkat stres pada kategori tinggi; 3) strategi koping dapat memprediksi stres secara signifikan; dan 4) strategi koping jenis positive reframing dan active coping dapat memprediksi penurunan stres, sedangkan strategi koping jenis self-blame dan self-distraction dapat memprediksi peningkatan stres. Intervensi psikologis yang berkaitan dengan strategi koping aktif dan berpikir positif diperlukan untuk membantu mahasiswa menghadapi permasalahan akademik, emosional, dan sosial.
Persepsi Mahasiswa PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terhadap Senyum dan Estetika Gigi I Gst AA Wulandari; Putu Ratna Kusumadewi; Giri Adijanti Marheni
Bali Dental Journal Vol. 1 No. 1 (2017): January 2017
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v1i1.8

Abstract

: Estetika merupakan sebuah konsep yang subjektif. Setiap orang memiliki cara tertentu untuk menilai penampilannya sendiri. Estetika sering menjadi keluhan utama di praktik dokter gigi dan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Kebanyakan pasien pergi ke praktik dokter gigi untuk memperoleh senyum yang estetik, karena senyum yang estetik berkaitan dengan kesuksesan seseorang dalam lingkungan sosial. Persepsi dan sikap mengenai estetika senyum bervariasi dari satu orang ke orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terhadap senyum dan estetika gigi. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan cross-sectional. Pengambilan sampel sebagai subjek penelitian dilakukan dengan teknik simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa PSPDG semester awal dan semester akhir sebanyak 97 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan memiliki warna gigi yang lebih putih lebih banyak ditunjukkan pada mahasiswa semester awal, yaitu 23,7% dan pada mahasiswa semester akhir hanya 18,6%. Didapatkan sebanyak 79,9% mahasiswa perempuan tidak puas dengan senyum dan estetika gigi dan pada laki-laki hanya 23,1%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut pada mahasiswa semester awal lebih tidak puas dengan senyum dan estetika gigi mereka, dan lebih berkeinginan untuk mendapatkan gigi yang lebih putih dibandingkan dengan mahasiswa semester akhir. Mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan lebih sensitif dan lebih sadar akan penampilan diri mereka masing-masing dibandingkan dengan laki-laki.
Hubungan kebiasaan menyikat gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak usia Sekolah Dasar Kelas 5-6 di SDN 1 Kerobokan Tahun 2017 Michael Ivan Limanto; Putu Lestari Sudirman; Adijanti Marheni
Bali Dental Journal Vol. 5 No. 2 (2021): June 2021
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v5i2.72

Abstract

Introduction: Caries is one of the most common dental and oral diseases in Indonesia. In 2001, SKRT-Surkesnas stated that the prevalence of dental and oral diseases in Indonesia has reached 61%. The study of Khotimah et al. in 2014 also stated that 89% of children under 12 years suffered from dental and oral diseases. These data describe how risky children are with dental and oral diseases. At the age of 11 - 12 years or grade, 5-6 primary school children are considered to have been responsible for their hygiene, including having a habit of brushing their teeth. The ability of children to brush their teeth properly and correctly is a factor that is important enough to maintain oral health. The success of dental and oral health care is also influenced by the use of tools, methods of brushing, as well as the correct frequency and time of brushing. There are various variations in the design of toothbrushes, various methods of brushing teeth, the frequency of teeth brushing, and the time of brushing of the teeth. Bad teeth brushing habits can cause teeth and mouth disorders. Poor oral hygiene can continue to be risk factors for various oral diseases such as dental caries. Objective: This research was conducted to determine the relationship of tooth brushing habits toward dental caries incidence in elementary school-age children 5-6 at SDN 1 Kerobokan year 2017. Method: The research method used was observational analytic with the number of samples of 52 respondents selected by the total sampling technique. The data were analyzed univariable and bivariable with a cross-sectional approach with chi-square analysis. Result: this research stated that there is a correlation between teeth brushing habits toward dental caries incidence in children with a p-value of 0,001. Conclusion: there is a relationship between the habit of brushing teeth on the incidence of dental caries in elementary school-age children grades 5-6 at SDN 1 Kerobokan in 2017 Latar Belakang: Salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah karies. SKRT-Surkesnas tahun 2001 menyatakan prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia mencapai angka 61%, dimana dalam penelitian Khotimah dkk. pada tahun 2014 juga menyatakan bahwa 89% anak berusia dibawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Data – data tersebut memaparkan betapa riskannya anak – anak terkena penyakit gigi dan mulut. Pada usia 11 – 12 tahun atau kelas 5 – 6 SD, anak dianggap telah bisa bertanggung jawab terhadap kebersihan dirinya sendiri, termasuk memiliki kebiasaan menyikat giginya sendiri. Kemampuan anak dalam menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode menyikat gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. Terdapat berbagai variasi dalam desain sikat gigi, berbagai metode penyikatan gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan waktu penyikatan gigi. Kebiasaan menyikat gigi yang kurang dapat menyebabkan gangguan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk dapat berlanjut menjadi salah satu faktor resiko timbulnya berbagai penyakit rongga mulut seperti karies gigi. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kebiasaan menyikat gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar kelas 5-6 di SDN 1 Kerobokan tahun 2017. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan jumlah sampel 52 responden yang dipilih dengan teknik total sampling. Data yang didapat dianalisis secara univariabel dan bivariabel dengan pendekatan cross sectional dengan analisis chi square. Hasil: Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menyikat gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak dengan perolehan nilai p 0,001. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kebiasaan menyikat gigi terhadap kejadian karies gigi pada anak usia sekolah dasar kelas 5-6 di SDN 1 Kerobokan Tahun 2017.
Gambaran motivasi dan status psikososial pada mahasiswa yang melakukan dan tidak melakukan perawatan ortodontik di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Komang Ayu Sri Widyasanthi; Louise Cinthia Hutomo; Adijanti Marheni
Bali Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2018): June 2018
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v2i2.110

Abstract

Background: Appealing facial appearance holds an important role in increasing self confidence and social perception. Problems on facial appearance can be caused by dento-facial conditions and can be restored by undergoing orthodontic treatment. Aim: The aim of this study is to find out motivation and psychosocial status on college student underwent and do not underwent orthodontic treatment in Medical Faculty of Udayana University. Methods: Cross sectional designed were used as design of this study with total 165 respondents (female = 122, male = 43), age ranged from 18-23 years old. Data were collected using PIDAQ questionnaire. Results: Result from questionnaire will categorize respondents based on status and history of orthodontic treatment, motivation, and psychosocial status. Treatment status is divided into those who underwent treatment (n=81) and those who did not undergo treatment (n=84), motivation is divided into having motivation (n=114) and do not have motivation to undergo orthodontic treatment (n=50). Strongest motive that was had by those who still undergoing treatment and those who has finisihed treatment was dental condition (n= 24; n=25). On the other hand, strongest motive that was had by those who do not undergo treatment was facial appearance/aesthetic (n=18). IOTN score was used on someone to asses the need of dental treatment. Mild IOTN score were the majority on those underwent treatment (n=65) and those who did not undergo treatment also had mild IOTN score as the majority (n=74). Psychosocial status is categorized into good (n=102), moderate (n=55), dan low (n=8). In groups whose underwent treatment, only two respondents had low psyschosocial status and six respondents had low psychosocial status within those did not undergo treatment group. Conclusion: Based on the result of the study, it can be concluded that the strongest motivation to conduct orthodontic treatment is that the willing to improve facial appearance and dental condution. Highest psychosocial status is had by those who do not undergo orthodontic treatment.
Hubungan kecemasan dental anak umur 7-11 tahun dengan indeks karies di SD Negeri 27 Pemecutan Denpasar Barat Putu Fenti Surya Pratami; Mia Ayustina Prasetya; Adijanti Marheni
Bali Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2018): June 2018
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v2i2.118

Abstract

Background: Early routine check up to dentist was one of the caries preventive measures, however there are still many people ignore about dental health and mouth because they feel anxious or fear of it. Method: This research is an analytic research by doing cross sectional approach. The respondent in this research are 95 children among 7-11 years at SD Negeri 27 Pemecutan in West Denpasar in 2016/2017 period. The samples was taken by using the stratified random sampling technique with the questioner entitled Children’s Fear Survey Schedule-Dental Subscale (CFSS-DS) as the measuring instrument which were already translated into Bahasa Indonesia and caries index to count the number of caries. Results: The result of this research shows that the respondent who had anxiety has DMF-T index with the higher median which is 2 with the interquartile range at 3 than other respondent who had no anxiety which is 0 with the interquartile range at 3 and that means statistically (p= 0.022). The respondent who had anxiety has def-t index with the higher median which is 5 with the interquartile range at 5 than the respondent who had no anxiety which the median is 2 with the interquartile range at 5 and that means statistically (p=0.001). Conclusion: Based on the result of this research, the writer can conclude that there is a relation which is significant with the children dental anxiety among 7-11 years with the caries index at SD Negeri 27 Pemecutan in West Denpasar.