Aryono Hendarto
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta

Published : 29 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Glucose and Lipid Profiles in Adolescents with Thalassemia Major and Its Association with Iron Overload in Specific Organs Aryono Hendarto; Teny Tjitra Sari; Ludi Dhyani Rahmartani; Anggia Widyasari; Stephen Diah Iskandar
The Indonesian Biomedical Journal Vol 11, No 2 (2019)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v11i2.693

Abstract

BACKGROUND: Organ damage due to iron toxicity is one factor that increases the risk of getting cardiovascular and metabolic diseases in thalassemia patient. This study aims to determine glucose and lipid profiles in adolescents with thalassemia major and its association with iron overload in pancreas and liver.METHODS: This was a cross sectional study. Subjects were thalassemia major adolescents without any confounding factors that may affect glucose and lipid levels. Blood samples were collected to measure the glucose level, lipid profiles, ferritin level and transferrin saturation. T2-Magnetic Resonance Imaging was used to evaluate the iron overload in organs.RESULTS: From a total of 60 subjects, diabetes mellitus was diagnosed in 1 subject and impaired fasting glucose was diagnosed in 3 subjects. All subjects had high triglycerides/ high density lipoprotein-cholesterol (HDL-C) ratio, 59 subjects (98%) had low HDL-C, 18 subjects (30%) had hypertriglyceridemia, and none had abnormal high level of low density lipoprotein-cholesterol (LDL-C). The majority of subjects had ferritin ≥2,500 ng/mL (70%), mild pancreatic iron overload (56.6%), and moderate hepatic iron overload (43.8%). Degree of hyperferritinemia was not associated with glucose and lipid profiles. Blood glucose profiles were not associated with various degree of pancreatic iron overload. Similar result was also observed between lipid profiles and hepatic iron overload.CONCLUSION: Abnormal glucose and lipid profiles in thalassemia major can be found in adolescence. Normal blood glucose level isn’t necessarily associated with normal pancreatic iron deposition. Hepatic iron overload may worsen dyslipidemia in thalassemia major patients.KEYWORDS: glucose profile, lipid profile, pancreatic iron overload, hepatic iron overload, thalassemia major
Profil Lipodistrofi dan Dislipidemia pada Pasien Prepubertas dengan HIV yang Mendapat Terapi ARV di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Yessi Yuniarti; Aryono Hendarto; Nia Kurniati; Djajadiman Gatot; Pramita Gayatri; Mulya Rahma Karyanti
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.896 KB) | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.55-62

Abstract

Latar belakang. Terapi antiretroviral (ARV) kombinasi telah berhasil menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien HIV, tetapi menimbulkan efek samping jangka panjang berupa sindrom lipodistrofi.Tujuan. Mengidentifikasi adanya lipodistrofi dan dislipidemia pada pasien prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV jangka panjang.Metode. Penelitian potong lintang dilakukan pada 76 pasien HIV usia prepubertas di Poli Alergi Imunologi RSCM. Pemeriksaan klinis lipodistrofi dilakukan oleh tenaga klinis, tebal lipatan kulit (TLK) triceps dan subscapular, lingkar pinggang serta rasio lingkar pinggang-panggul. Data kadar CD4 awal, status gizi awal terdiagnosis, jenis terapi ARV, dan lama terapi ARV didapatkan dari rekam medis. Subyek juga dilakukan analisis diet, pemeriksaan profil lipid, dan gula darah puasa.Hasil. Subyek prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV yang mengalami lipodistrofi dan dislipidemia berturut-turut 47% dan 46%. Subyek lipodistrofi berupa lipohipertrofi 35%, lipoatrofi 5%, dan tipe campuran 7%. Mayoritas subyek lipodistrofi memiliki massa lemak tubuh, serta TLK triceps dan subscapular normal. Subyek lipohipertrofi dan tipe campuran seluruhnya memiliki rasio lingkar pinggang-panggul meningkat. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan regimen ARV 2NRTI + PI meningkatkan risiko 6,9 kali untuk terjadinya dislipidemia (p=0,001 IK95%: 2,03-23,7) dibandingkan regimen 2NRTI+ NNRTI.Kesimpulan. Prevalensi lipodistrofi dan dislipidemia cukup tinggi pada pasien prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV. Mayoritas subyek yang mengalami lipodistrofi memiliki massa lemak tubuh, TLK triceps dan subscapular yang normal.
Perbandingan Efektivitas antara Terapi Sinar Tunggal dengan dan Tanpa Kain Putih pada Bayi Berat Lahir Rendah dengan Hiperbilirubinemia Stanislaus Djokomuljanto; Rinawati Rohsiswatmo; Aryono Hendarto
Sari Pediatri Vol 18, No 3 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.3.2016.233-9

Abstract

Latar belakang. Terapi sinar adalah terapi utama dalam penanganan hiperbilirubinemia. Meningkatkan intensitas sinar terapi sinar dengan menambahkan kain putih sebagai pemantul dapat meningkatkan efektifitas terapi sinar dan menurunkan kadar bilirubin serum lebih cepat.Tujuan. Membandingkan efektifitas terapi sinar tunggal dengan dan tanpa kain putih pada bayi berat lahir rendah dengan hiperbilirubinemia.Metode. Uji klinis acak terkontrol terbuka yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari bulan September sampai November 2012. Didapat 40 bayi berat lahir rendah dengan hiperbilirubinemia. Subjek dibagi dua kelompok secara random, yaitu kelompok terapi sinar dengan kain satin putih (kelompok intervensi, n=19) dan tanpa kain satin putih (kelompok kontrol, n=21).Tujuan utama adalah membandingkan perbedaan penurunan kadar bilirubin total dan indirek setelah 6 jam terapi sinar, lama penggunaan terapi sinar, dan efek samping dari terapi sinar.Hasil. Median (rentang) penurunan kadar bilirubin serum total setelah 6 jam terapi sinar 2,51 mg/dL (-0,61;5,18) pada kelompok intervensi dan 0,85 mg/dL (-1,67;5,50) kelompok kontrol, p=0,029. Sementara penurunan kadar bilirubin serum indirek setelah 6 jam terapi sinar 2,57 mg/dL (-0,42;5,63) pada kelompok intervensi dan 0,47 mg/dL (-1,63;6,00) kelompok kontrol, p=0,004.Penilaian secara Cox proportional hazard regression menunjukkan median dari penggunaan terapi sinar kelompok intervensi, yaitu 12 jam dan 28 jam pada kelompok kontrol. (perubahan chi-square 7,542; p=0,006; hazard ratio 0,565; IK95%: 0,197-0,762). Selama penelitian, tidak ditemukan efek samping hipertermia, diare, rashes, dan burns.Kesimpulan. Penggunaan kain satin putih meningkatkan efektifitas terapi sinar pada bayi berat lahir rendah dengan hiperbilirubinemia indirek tanpa efek samping.
Sensitisasi Alergen Makanan dan Hirupan pada Anak Dermatitis Atopik Setelah Mencapai Usia 2 Tahun Sondang Sidabutar; Zakiudin Munasir; Aman B Pulungan; Aryono Hendarto; Alan R Tumbelaka; Kemas Firman
Sari Pediatri Vol 13, No 2 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.036 KB) | DOI: 10.14238/sp13.2.2011.147-51

Abstract

Latar belakang. Dermatitis atopik (DA) merupakan manifestasi awal atopic marchyang berhubungan dengan alergi makanan. Alergen penyebab dan faktor risiko yang memengaruhi penting diketahui. Tujuan. Mengetahui sensitisasi dan faktor risiko alergi pada DA setelah usia 2 tahun. Metode. Penelitian deskriptif potong lintang terhadap 35 subjek DA sejak Januari-Maret 2011. Sensitisasi diketahui dengan uji tusuk kulit. Hasil. Sensitisasi terjadi pada 29 subjek dari 35 subjek, dengan faktor risiko pajanan asap rokok ditemukan pada 21 subjek, faktor risiko alergi sedang dan tinggi 19 subjek, tidak mendapat ASI eksklusif 9 subjek, dan makanan padat usia dini 21 subjek. Sensitisasi alergen makanan ditemukan pada 26 subjek.Kesimpulan. Sebagian besar subjek DA mengalami sensitisasi oleh alergen makanan. Faktor risiko pajanan asap rokok, faktor risiko alergi sedang dan tinggi, tidak mendapat ASI eksklusif, dan mendapat makanan padat usia dini ditemukan lebih sering pada anak DA
Faktor yang Memengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Cukup Bulan yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Reni Fahriani; Rinawati Rohsiswatmo; Aryono Hendarto
Sari Pediatri Vol 15, No 6 (2014)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp15.6.2014.394-402

Abstract

Latar belakang. Air susu ibu merupakan nutrisi ideal untuk bayi. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan. Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 dan 2007 menunjukkan angka ASI eksklusif di Indonesia cenderung turun. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif.Tujuan. Mengetahui proposi ASI eksklusif pada bayi yang dilakukan IMD, dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhinya.Metode. Penelitian potong lintang analitik dengan pengumpulan data melalui wawancara pada bulan Juni-September 2012. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki anak berusia 0-6 bulan yang datang ke Poliklinik Anak RS St. Carolus Jakarta. Analisis statistik dengan uji Kai kuadrat dan regresi logistik.Hasil. Dilakukan penelitian pada 120 subjek. Proporsi ASI eksklusif 75%, sebagian besar merupakan primipara (56,7%). Kelahiran secara spontan 65,8%. Subjek yang memiliki tingkat pendidikan tinggi 73,3% dan 59,2% merupakan ibu bekerja. Subjek yang termasuk ke dalam status sosial ekonomi tinggi 45%, sisanya berada di sosial ekonomi rendah (4,2%), dan menengah (50,8%). Sebagian besar subjek (73,3%) telah memperoleh konseling ASI. Faktor yang paling bermakna memengaruhi ASI eksklusif berturut-turut, yaitu faktor psikis ibu, dukungan keluarga, pengetahuan tentang ASI eksklusif, dan konseling ASI.Kesimpulan. Proporsi ASI eksklusif pada bayi cukup bulan yang dilakukan IMD di RS St Carolus adalah 75%. Faktor yang terbukti memengaruhi pemberian ASI eksklsusif adalah faktor psikis ibu (keyakinan ibu terhadap produksi ASI), dukungan keluarga, pengetahuan ibu yang benar tentang ASI eksklusif, dan konseling ASI.
Luaran Status Nutrisi pada Anak Balita dengan Tuberkulosis di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Velanie Frida Batubara; Aryono Hendarto; Najib Advani; Darmawan B Setyanto
Sari Pediatri Vol 18, No 5 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.028 KB) | DOI: 10.14238/sp18.5.2017.397-402

Abstract

Latar belakang. Malnutrisi merupakan masalah utama di negara berkembang dan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Malnutrisi terkait dengan penyakit infeksi, salah satunya tuberkulosis (TB). Terapi medikamentosa berupa pemberian obat anti TB (OAT) dan nutrisi adekuat diharapkan dapat meningkatkan status nutrisi. Penelitian spesifik yang mengamati perkembangan luaran status nutrisi pada pasien tuberkulosis paru anak belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan. Mengetahui status nutrisi TB paru anak pada awal, lama, dan akhir pengobatan. Mengetahui hubungan keteraturan pengobatan OAT dengan perubahan status nutrisi dan berat badan (BB)Metode. Penelitian kohort retrospektif dilakukan pada 62 anak dengan penyakit TB dan gizi kurang/buruk usia 1 bulan - 5 tahun yang terdiagnosis pertama kali pada 1 Januari 2010 - 31 Desember 2015. Status nutrisi dan BB saat awal diagnosis, bulan ke-2,4,6 dinilai setelah diberikan tata laksana medikamentosa dan nutrisi.Hasil. Proporsi pasien TB anak dengan gizi kurang 53/62 (85,5%). Sebagian besar berusia 2 tahun, lelaki, bertempat tinggal di DKI Jakarta dan sakit TB paru (42,8%). Seluruh subyek mendapat OAT yang sesuai, 1 yang minum OAT tidak teratur. Terapi OAT selama 6 bulan didapatkan pada 45,2% subyek . Proporsi subyek yang mendapat nutrisi enteral 15/62 (24,2%). Sebanyak 56/62 (90,3%) subyek dengan dosis OAT sesuai mengalami perbaikan status nutrisi dan 55/61 (90,1%) subyek yang minum OAT teratur mengalami perbaikan status nutrisi. Peningkatan BB 5% tiap 2 bulan dan 17% setelah 6 bulan terapi OAT terjadi pada 97% subyek. Tidak ada hubungan keteraturan pengobatan OAT dengan perubahan status nutrisi (p=0,161). Kesimpulan. Perbaikan status nutrisi dan peningkatan BB terjadi pada sebagian besar subyek. Namun, hubungan keteraturan pengobatan OAT dengan perubahan status nutrisi tidak bermakna secara statistik.
Small Dense Low Density Lipoprotein Sebagai Prediktor Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Anak Lelaki Obes Pra-Pubertal Aryono Hendarto
Sari Pediatri Vol 12, No 3 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.3.2010.197-203

Abstract

Latar belakang. Meningkatnya prevales obesitas pada anak menyebabkan meningkatnya komorbiditasakibat penyakit lain, salah satunya adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular merupakansalah satu penyakit penyebab kematian yang penting. Small Dense LDL (sdLDL) pada obesitas dewasaterbukti dapat dijadikan prediktor risiko penyakit jantung koroner. Penelitian serupa pada obesitas anakbelum pernah dilakukan.Tujuan. Mengetahui faktor risiko PJK pada obesitas anak dengan menggunakan sdLDL, serta kaitan adipositokindengan timbulnya faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK).Metode. Penelitian potong lintang untuk mendeteksi risiko PJK dan peran indeks massa tubuh (IMT),masa lemak tubuh (MLT), leptin, adiponektin dan TNF-􀄮 terhadap risiko PJK pada anak lelaki obes prapubertalusia 5-9 tahun. Indeks massa tubuh ditentukan dengan menggunakan kurva CDC, massa lemaktubuh dihitung dengan alat body fat analyzer. Profil lipid, CRP, leptin, adiponektin, dan TNF-􀄮 diperiksasetelah subjek puasa selama 12 jam. Leptin, adiponektin, dan TNF-􀄮􀀃diperiksa dengan cara ELISA.Hasil. Seluruh subjek mempunyai IMT di atas nilai normal demikian pula MLT. Sebagian besar subjekmempunyai kadar TG, kolesterol total dan LDL meningkat dengan kadar kolesterol HDL menurun.Small dense LDL ditemukan pada sebagian kecil subjek. Kadar leptin dan TNF-􀁁 meningkat, sedangkankadar adiponektin menurun. Hanya sebagian kecil subjek mengalami inflamasi kronik derajat rendah yangditentukan dengan memeriksa CRP.Kesimpulan. Risiko PJK telah tampak pada anak lelaki obes pra-pubertal. Indeks massa tubuh, MLT, leptin,adiponektin dan TNF-􀁁 tidak berhubungan dengan terjadinya sd LDL.
Pewarnaan Gram Urin untuk Diagnosis Infeksi Saluran Kemih pada Anak Usia 2 Bulan hingga 2 Tahun Partini P Trihono; Riki Alkamdani; Aryono Hendarto; Dalima Ari Wahono Astrawinata
Sari Pediatri Vol 20, No 4 (2018)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.76 KB) | DOI: 10.14238/sp20.4.2018.230-6

Abstract

Latar belakang. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan pada anak usia 2 bulan hingga 2 tahun. Kondisi ini sulit dideteksi karena manifestasi klinis yang tidak spesifik. Kultur urin sebagai baku emas menegakkan diagnosis ISK membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Pewarnaan Gram urin adalah metode yang mungkin dapat digunakan untuk diagnosis dini ISK pada bayi dan anak. Tujuan. Membandingkan metode pewarnaan Gram dan kultur urin untuk mendiagnosis ISK pada anak usia 2 bulan hingga 2 tahun. Metode. Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan metode potong lintang di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia, dari Mei 2016 -Desember 2017. Penelitian ini melibatkan 59 anak usia 2 bulan hingga 2 tahun yang dicurigai menderita ISK yang direkrut dengan metode consecutive sampling. Sampel urin diambil dengan kateterisasi uretra dan dilakukan pemeriksaan urinalisis, pewarnaan Gram, dan pemeriksaan biakan urin. Hasil. Prevalens ISK didapatkan sebesar 38,9%. Pewarnaan Gram urin memiliki sensitivitas 47,8% (95% IK 26,8-69,4%), spesifisitas 97,2% (95% IK 85,5-99,9%), nilai duga positif 91,7% (95% IK 60,3-98,8%), nilai duga negatif 74,5% (95% IK 60,3-98,8%), LR(+) 17,2 (95% IK 2,4-124,6), LR(-) 0,54 (95% IK 0,36-0,8), dan akurasi sebesar 78%. Kesimpulan. Terdapat korelasi yang baik antara pewarnaan Gram urin dan hasil biakan urin untuk mendiagnosis ISK pada anak usia 2 bulan hingga 2 tahun. Antibiotik dapat segera diberikan setelah pewarnaan Gram menunjukkan hasil positif.
Hubungan Status Gizi dan Kekerapan Sakit Balita Penghuni Rumah Susun Kemayoran Jakarta-Pusat Aryono Hendarto; Dahlan Ali Musa
Sari Pediatri Vol 4, No 2 (2002)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.958 KB) | DOI: 10.14238/sp4.2.2002.88-97

Abstract

Populasi anak merupakan kelompok yang paling mempunyai risiko mengalami kematiandi negara berkembang dan kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh penyakityang dapat dicegah. Angka kematian balita menggambarkan factor-faktor yanglingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak. Balita seperti gizi, sanitasi,penyakit menular dan kecelakaan. Rumah merupakan salah satu lingkungan fisik yangmendukung anak dalam melakukan aktifitas fisik untuk mengembangkan kemampuanmotorik dengan bermain dan rekreasi untuk mengembangkan kreasi dan menambahpengalaman. Masalah permukiman di perkotaan mempunyai hubungan langsung dantidak langsung terhadap kesehatan anak. Keterbatasan dana yang dimiliki orang tua,menyebabkan banyak anak di kota besar terpaksa harus tinggal di pemukiman kumuh.Untuk mengatasi hal ini pemerintah memindahkan mereka dari pemukiman yang kumuhke pemukiman yang layak huni. Karena keterbatasan lahan untuk pembangunanperumahan biasa, maka dibangun rumah susun. Penelitian di beberapa rumah susunmelaporkan bahwa ditemukan beberapa factor yang berpengaruh bukan saja terhadaptumbuh kembang, tetapi juga morbiditas dan mortalitas balita. Penelitian cross sectionaldi rumah susun Kemayoran terhadap 213 balita menunjukkan bahwa prevalensi penyakitselama 1 bulan penelitian sebesar 45.9%. Penyakit-penyakit yang ditemukan pada balitayang tinggal di pemukiman biasa seperti seperti infeksi saluran napas akut, infeksi kulit,panas, batuk kronik berulang, campak, gastroenteritis akut dan kecelakaan jugaditemukan di rumah susun Kemayoran. Ditemukan pula bahwa kekerapan sakit tidakberhubungan dengan status gizi, melainkan dengan kepadatan hunian.
Pertumbuhan Bayi Berat Lahir Rendah yang Memperoleh Susu “Post Discharge Formula” Modifikasi Dibandingkan dengan Susu “Post Discharge Formula” Komersial Ni Ketut Prami Rukmini; Aryono Hendarto; Rinawati Rohsiswatmo; Sukman Tulus Putra
Sari Pediatri Vol 10, No 2 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.95 KB) | DOI: 10.14238/sp10.2.2008.89-93

Abstract

Latar belakang. Bayi berat lahir rendah (BBLR) memiliki pertumbuhan berat badan (BB), panjang badan (PB) dan lingkar kepala (LK) yang terlambat pada saat keluar dari rumah sakit, sehingga memerlukan nutrisi yang khusus.Tujuan. Mengetahui hubungan antara pemberian susu PDF modifikasi dan susu PDF komersial, dengan peningkatan BB, PB dan LK pada saat usia satu dan dua bulan.Metode. Penelitian ini bersifat studi uji klinis dengan randomisasi tanpa penyamaran.Hasil. Berat badan, panjang badan dan lingkar kepala bulan pertama dan kedua pada BBLR yang memperoleh susu PDF modifikasi tidak berbeda bila dibandingkan dengan yang memperoleh susu PDF komersial. Apabila diperhatikan secara seksama, tampak adanya kecenderungan peningkatan PB dan LK pada bulan pertama dan peningkatan BB, PB, LK yang lebih baik pada bayi yang memperoleh susu PDF modifikasi dibandingkan dengan susu PDF komersial. Pada penelitian kami tidak ada timbul reaksi simpang yang berarti.Kesimpulan. Pemberian susu PDF modifikasi dapat dijadikan alternatif untuk BBLR yang memerlukan susu PDF.
Co-Authors Abdul Latief Alan R Tumbelaka Ali Khomaini Alhadar Ali Khomaini Alhadar Aman B Pulungan Anggia Widyasari Anjar Setiani Annang Giri Moelyo Antonius H. Pudjiadi Ardi Findyartini, Ardi Aria Kekalih Arwin A. P. Akib Atut Vebriasa Bambang Tridjaja AAP, Bambang Tridjaja Cut Nurul Hafifah Dadi Suyoko Dahlan Ali Musa Dalima Ari Wahono Astrawinata Damayanti Rusli Sjarif Darmawan B Setyanto Dilawar, Ismail Djajadiman Gatot Endang Windiastuti Fathy Pohan Frieda Handayani Kawanto Hartono Gunardi Henny Adriani Puspitasari Heri Wibowo Herlina Dimiati I Dewa Gede Ariputra Irawan Mangunatmadja Irma Annisa Jeanne Vidianty Kemas Firman Lisnawati Rachmadi Ludi Dhyani Rahmartani Luh Karunia Wahyuni, Luh Karunia Marsubrin, Putri Maharani Tristanita Merry Angeline Halim Mulya Rahma Karyanti, Mulya Rahma Mulyadi M. Djer Murni, Indah K. Muzal Kadim Najib Advani Najib Advani Ni Ketut Prami Rukmini Nia Kurniati Nina Dwi Putri Novie Amelia Chozie Partini P Trihono Piprim B. Yanuarso, Piprim B. Pramita Gayatri Primo Parmato Reni Fahriani Rhyno Febriyanto Riki Alkamdani Rinawati Rohsiswatmo Risma K. Kaban RR Putri Zatalini Sabila Rubiana Sukardi, Rubiana Rumaisha Hasnah Ibrahim Santoso, Dara Ninggar Saptawati Bardosono Soedjatmiko Sondang Sidabutar Sri S Nasar Sri Sudaryati Nasar Stanislaus Djokomuljanto Stephen Diah Iskandar Sudigdo Sastroasmoro Sudigdo Sastroasmoro Sudung O. Pardede Sukman Tulus Putra Sukman Tulus Putra Supriatna, Novianti Susanti, Dhama S. Tania Paramita Teny Tjitra Sari Tety Nidiawati Velanie Frida Batubara Yessi Yuniarti Yogi Prawira, Yogi Zakiudin Munasir