Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Analisi Strategi Pengembangan Pasar Tradisional Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Pasar Songgolangit Kabupaten Ponorogo) Royyan Ramdhani Djayusman; Ahmad Lukman Nugraha; Khoirul Umam
Islamic Economics Journal Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.042 KB) | DOI: 10.21111/iej.v4i2.2964

Abstract

This study aims to analyze traditional market development strategies by local governments from an Islamic economic perspective. This study used a qualitative method with a SWOT analysis. Qualitative methods are used to analyze the role of traditional market development from the perspective of Islamic Economics. Furthermore, the formulation of the strategy uses a SWOT analysis to obtain the development strategies in traditional market. The results of this study are; Firstly, the fluctuation of the total traders must be followed by the additional infrastructure. Secondly, the development strategy of the business in Songgolangit market can be done through two aspects; material and non-material aspects. The material aspect includes developing business capital. Non-material aspects include the development of business literacy and entrepreneurship. Thirdly, the role of local government in controlling and managing traditional markets is very important in issuing a local regulation (PERDA) for regulating the position, distance and operational time of street vendors (PKL), traditional markets and modern markets. Fourthly, the strategy of developing traditional markets through modernization of infrastructure and marketing utilizing technological progress.
MODEL PEMBIAYAAN LEMBAGA KEUANGAN SOSIAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO MASYARAKAT (Studi Kasus Di Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya) Indra Sholeh Husni; Royyan Ramdhani Djayusman
Journal of Islamic Economics and Philanthropy Vol 1, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.68 KB) | DOI: 10.21111/jiep.v1i4.3086

Abstract

Masalah terbesar yang dialami oleh para pelaku usaha kecil adalah akses terhadap modal usaha. Hal ini dibuktikan dengan perkataan dari Budi Satria Iman selaku CEO Pro Indonesia Foundation bahwasanya sejak tahun 2010 terdapat enam masalah pokok yang menghalangi UKM untuk menaikkan kelas usahanya dan salah satu yang paling berpengaruh adalah modal usaha. Maka dari itu diperlukan adanya pembiayaan kepada para pelaku usaha mikro untuk dijadikan modal dalam menjalankan usahanya. Dari pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan, pasti terdapat dampak yang terjadi terhadap perkembangan usaha mikro maupun lingkungan usaha mikro itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembiayaan kepada usaha mikro pada lembaga zakat YDSF. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembiayaan pada lembaga keuangan terhadap perkembangan usaha mikro. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif (mix method) dengan alat analisis deskriptif dan uji beda 2 rata-rata. Teknik pengumpulan data didapat melalui metode observasi (Observation), Wawancara (Interview) dan Dokumentasi (Documentary). Hasil dari penelitian ini adalah penerapan model pembiayaan di YDSF terdapat empat alur. Yang pertama adalah proses mengajukan proposal modal usaha, kedua adalah pendampingan dalam pembiayaan, ketiga yaitu pengembalian modal usaha kepada lembaga, keempat adalah sumber dana yang berasal dari infaq dan penggunaan akad qordhul hasan. Adapun dampak yang ditimbulkan dari program pembiayaan ini adalah meningkatnya pendapatan para anggota pelaku usaha kecil yang dapat dilihat dari haasil analisa uji beda dua rata-rata. Bahwasanya rata-rata pendapatan sebelum mendapatkan pembiayaan adalah Rp 1,247,500 dan setelah mendapatkan pembiayaan rata-rata pendapatan adalah Rp 2,124,000. Hal ini menjelaskan bahwa terdapat peningkatan pendapatan pada UMKM setelah mendapatkan pembiayaan dari YDSF. Selain itu, nilai signifikansi dari hasil uji beda dua rata-rata adalah sebesar 0,00 dan lebih kecil dari 0,05. Artinya Hₒ ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan sebelum dan setelah mendapatkan pembiayaan dari YDSF. Dengan kata lain terjadi peningkatan pendapatan yang signifikan bagi UMKM setelah mendapatkan bantuan pembiayaan dari YDSF.
ZAKAT PROFESSION ON SALARY SYSTEM MANAGEMENT (CASE STUDY AT BP-ZIS BISNIS INDONESIA) Nuris Fakhmi Zakky; Royyan Ramdhani Djayusman
Journal of Islamic Economics and Philanthropy Vol 1, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.017 KB) | DOI: 10.21111/jiep.v1i3.2558

Abstract

Zakat sebagai ibadah yang bernilai sosial memiliki peran yang amat penting dalam membangun ekonomi dan menghilangkan kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin sehingga dengan zakat diharapkan keadilan hadir dalam kehidupan masyarakat. Dewasa ini ulama mengeluarkan bentuk zakat yang belum dikenal pada zaman Rasul maupun sahabat yaitu zakat profesi, melihat banyaknya pekerjaan yang juga tidak ada pada masa itu namun memiliki penghasilan yang besar. Zakat dapat berperan maksimal jika dikelola oleh lembaga pengelola zakat bukan secara langsung oleh tiap individu, sayangnya banyak dari muslimin yang membayarkan zakat secara langsung bukan karena kurangnya pemahaman tentang agama melainkan karena kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat. Berangkat dari latar belakang diatas, pada penilitian ini penulis ingin melihat lebih dalam pengelolaan zakat profesi yang terjadi pada lembaga pengelolaan zakat terlebih dalam sistem pengumpulan dan pendistribusian dana zakat. Untuk mencapai tujuan penelitian diatas penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif yang mendeskripsikan sistem pengelolaan zakat yang diterapkan oleh BP-ZIS Bisnis Indonesia. Dari hasil penilitian sederhana ini, peniliti menemukan bahwa dalam pengelolaan zakat profesi di BP-ZIS Bisnis Indonesia belum terdapat pendataan muzaki dan mustahiq sehingga dana zakat belum memberikan manfaat maksimal untuk membangunan ekonomi mustahiq dan kesadaran muzaki untuk membayarkan zakat profesinya.
ISLAMIC BONDS: Tinjauan Fikih dan Keuangan Royyan Ramdhani Djayusman
ADDIN Vol 8, No 1 (2014): ADDIN
Publisher : LPPM IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/addin.v8i1.594

Abstract

Islamic Hedging, Spekulasi atau Manajemen Risiko? (Analisis Kritik terhadap Islamic Hedging) Fatturroyhan Fatturroyhan; Royyan Ramdhani Djayusman
Jihbiz : Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Syariah Vol 1 No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Raden Rahmat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.148 KB) | DOI: 10.33379/jihbiz.v1i2.712

Abstract

Permasalahan fluktuatif nilai tukar mata uang menyebabkan tergeraknya para ekonom keuangan konvensional melaksanakan hedging dalam bentuk kontrak-kontrak derivatif untuk menghindari risiko yang diakibatkan dari fluktuasi mata uang. Para ekonom Muslim, dalam menawarkan reformasi hedging mainstream dengan menghilangkan unsur-unsur pelanggaran syari’ah dan memasukkan akad-akad syari’ah ke dalamnya. Namun demikian, apakah unsur-unsur penyebab dilarangnya hedging sudah dieliminasi secara menyeluruh. Tulisan ini mencoba mendiskusikan permasalahan Islamic hedging, untuk dapat menawarkan solusi dari permasalahan tersebut. Penelitian ini adalah jenis penelitian literatur, metode analisis kritik pemikiran dengan menggunakan metode induktif dalam menemukan konsep Islamic hedging secara umum. Kemudian, dijelaskan dengan menggunakan metode deskriptif dengan analisis kritik sebagai kritikan terhadap Islamic hedging. Kesimpulan akhir dari tulisan ini adalah Islamic investment funds dan cadangan risiko nilai tukar sebagai alternatif dari Islamic hedging yang ternyata belum sepenuhnya mengeliminasi unsur-unsur gharar, riba dan maysir dan dapat dikatakan bahwa Islamic hedging adalah bentuk spekulasi.
Pembiayaan Defisit APBN menurut Umer Chapra (Studi Analisis Kritik terhadap Pembiayaan Defisit APBN Indonesia Periode 2010-2015) Royyan Ramdhani Djayusman; Fatturroyhan Fatturroyhan
Jihbiz : Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Syariah Vol 1 No 2 (2017)
Publisher : Universitas Islam Raden Rahmat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.378 KB) | DOI: 10.33379/jihbiz.v1i2.713

Abstract

APBN Indonesia menggunakan konsep defisit sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi. Defisit tersebut didanai dengan pinjaman, baik internal maupun eksternal yang mengandung unsur riba yang akhirnya akan mengakibatkan terjadinya inflasi dan terkadang malah menjurus ke resesi dan depresi ekonomi. Sedangkan, keadaan yang seharusnya defisit dibiayai dengan cara yang tidak mengandung riba dan menjaga kestabilan ekonomi. Menurut data yang ada pada tahun 2010-2015 memperlihatkan defisit yang meningkat diikuti pembiayaan defisit yang meningkat pula. Umer Chapra ia tidak hanya membahas aspek teoritis saja, melainkan juga aspek aplikasi sehingga gagasan-gagasannya dalam bidang ekonomi Islam cukup realistis untuk diaplikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembiayaan defisit APBN Indonesia tahun 2010-2015 dan untuk melakukan analisis kritik terhadap pembiayaan defisit APBN Indonesia tahun 2010-2015 ditinjau dari pemikiran Umer Chapra. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian literatur, dengan metode analisis kritik. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan defisit APBN Indonesia pada tahun 2010-2015 pembiayaan defisit anggaran berasal dari dua sumber, yaitu pembiayaan utang yang terdiri pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri, dan pembiayaan non-utang yang terdiri dari pendapatan pajak, manajemen atau privatisasi BUMN, dan hasil pengelolaan aset. Dari analisis kritik terhadap pembiayaan Defisit Indonesia peneliti melakukan kritik dari 3 unsur yaitu penerimaan, pembiayaan dan pengeluaran APBN. Masalah utama adalah pembiayaan defisit APBN menggunakan instrumen utang luar negeri yang mengandung unsur riba dan melemahkan kemampuan APBN selanjutnya, sedangkan ada alternatif lain yaitu sukuk negara untuk menutup defisit APBN tersebut. Dengan kata lain, bahwasanya utang luar negeri yang dilakukan pemerintah malah melemahkan APBN itu sendiri dengan beban pokok utang dan cicilan bunganya. Dari sisi non utang penerimaan pemungutan pajak yang terjadi tidak adil, dan privatisasi BUMN yang terjadi merugikan negara. Sedangkan dari sisi pengeluaran APBN untuk pembiayaan belum memprioritaskan kesejahteraan masyarakat terlihat dari pos anggaran pengeluaran APBN tahun 2010-2015 membengkak pada pos anggaran pertahanan militer.
TEACHINGS OF THE MASYARAKAT TANPA RIBA IN THE LIGHT OF THE SOCIOLOGY OF KNOWLEDGE Devi Ernantika; Luhur Prasetiyo; Royyan Ramdhani Djayusman
Muslim Heritage Vol 7, No 2 (2022): Muslim Heritage: Jurnal Dialog Islam dengan Realitas
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v7i2.3916

Abstract

AbstractThe purpose of this study is to explore the attitude background of the Society Without Usury (herein after written MTR). The MTR rejects the existence of interest and banks. MTR is a community committed to developing a business without usury, without debt, and without contracts that are not under sharia. One form of this commitment is that MTR members refuse to pay bank debts and interest. Meanwhile, the banks believe that the customer should pay the debt and interest according to the contract. This research is qualitative. Data were obtained through in-depth interviews, observations, and documentation. Key informants are administrators and members of the MTR. Based on the results of the study, it can be concluded that the MTR community has three qualification meanings in the sociology of knowledge, namely objective meaning, which can be seen from community understanding and community beliefs regarding usury, especially bank interest. The behavior of MTR residents is formed due to external factors, namely the stimulus from the family environment that has previously joined the MTR community. The expressive meaning of the MTR community is the meaning impregnated by every MTR citizen who is integrated with the behavior of avoiding usury and doing other teachings, such as improving the creed, improving relations with the social environment, still seeking knowledge, especially the science of good peace, and others. Meanwhile, the documentary meaning is a material activity manifested in religious practices and rituals.  AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mendalami latar belakang sikap kelompok Masyarakat Tanpa Riba (selanjutnya ditulis MTR) yang menolak keberadaan bunga dan bank. MTR adalah sebuah komunitas yang mempunyai komitmen mengembangkan bisnis tanpa riba, tanpa utang, tanpa akad-akad yang tidak sesuai syariah. Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah anggota MTR menolak untuk membayar hutang bank beserta bunganya. Sedangkan pihak bank berpandangan bahwa nasabah memiliki kewajiban untuk membayar hutang beserta bunganya sesuai kesepakatan kontrak di awal. Penelitian ini bersifat kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Informan kunci adalah pengurus dan anggota MTR. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunitas MTR  memiliki tiga makna kualifikasi dalam sosiologi pengetahuan, yakni makna objektif yang dapat dilihat dari pemahaman komunitas dan keyakinan komunitas mengenai riba terutama bunga bank. Perilaku warga MTR terbentuk karena faktor eksternal, yakni stimulus dari lingkungan keluarga yang sudah terlebih dahulu bergabung dengan komunitas MTR. Makna ekspresif dari komunita MTR adalah makna yang diresapi oleh setiap warga MTR yang terintegrasi dalam perilaku menghindari riba dan melakukan  ajaran lainnya, seperti memperbaiki akidah, memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosial, tetap mencari ilmu terutama ilmu bermuamalah yang baik, dan lain-lainnya. Sementara, makna dokumenter, yakni sebagai kegiatan material yang terwujud dalam bentuk praktik agama dan ritualnya.
TEACHINGS OF THE MASYARAKAT TANPA RIBA IN THE LIGHT OF THE SOCIOLOGY OF KNOWLEDGE Devi Ernantika; Luhur Prasetiyo; Royyan Ramdhani Djayusman
Muslim Heritage Vol 7, No 2 (2022): Muslim Heritage: Jurnal Dialog Islam dengan Realitas
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v7i2.3916

Abstract

AbstractThe purpose of this study is to explore the attitude background of the Society Without Usury (herein after written MTR). The MTR rejects the existence of interest and banks. MTR is a community committed to developing a business without usury, without debt, and without contracts that are not under sharia. One form of this commitment is that MTR members refuse to pay bank debts and interest. Meanwhile, the banks believe that the customer should pay the debt and interest according to the contract. This research is qualitative. Data were obtained through in-depth interviews, observations, and documentation. Key informants are administrators and members of the MTR. Based on the results of the study, it can be concluded that the MTR community has three qualification meanings in the sociology of knowledge, namely objective meaning, which can be seen from community understanding and community beliefs regarding usury, especially bank interest. The behavior of MTR residents is formed due to external factors, namely the stimulus from the family environment that has previously joined the MTR community. The expressive meaning of the MTR community is the meaning impregnated by every MTR citizen who is integrated with the behavior of avoiding usury and doing other teachings, such as improving the creed, improving relations with the social environment, still seeking knowledge, especially the science of good peace, and others. Meanwhile, the documentary meaning is a material activity manifested in religious practices and rituals.  AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah untuk mendalami latar belakang sikap kelompok Masyarakat Tanpa Riba (selanjutnya ditulis MTR) yang menolak keberadaan bunga dan bank. MTR adalah sebuah komunitas yang mempunyai komitmen mengembangkan bisnis tanpa riba, tanpa utang, tanpa akad-akad yang tidak sesuai syariah. Salah satu bentuk komitmen tersebut adalah anggota MTR menolak untuk membayar hutang bank beserta bunganya. Sedangkan pihak bank berpandangan bahwa nasabah memiliki kewajiban untuk membayar hutang beserta bunganya sesuai kesepakatan kontrak di awal. Penelitian ini bersifat kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Informan kunci adalah pengurus dan anggota MTR. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komunitas MTR  memiliki tiga makna kualifikasi dalam sosiologi pengetahuan, yakni makna objektif yang dapat dilihat dari pemahaman komunitas dan keyakinan komunitas mengenai riba terutama bunga bank. Perilaku warga MTR terbentuk karena faktor eksternal, yakni stimulus dari lingkungan keluarga yang sudah terlebih dahulu bergabung dengan komunitas MTR. Makna ekspresif dari komunita MTR adalah makna yang diresapi oleh setiap warga MTR yang terintegrasi dalam perilaku menghindari riba dan melakukan  ajaran lainnya, seperti memperbaiki akidah, memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosial, tetap mencari ilmu terutama ilmu bermuamalah yang baik, dan lain-lainnya. Sementara, makna dokumenter, yakni sebagai kegiatan material yang terwujud dalam bentuk praktik agama dan ritualnya.
Murabahah antara Teori dan Praktik: Analisis Fiqh dan Keuangan Royyan Ramdhani Djayusman
Ijtihad Vol. 6 No. 2 (2012)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1767.196 KB) | DOI: 10.21111/ijtihad.v6i2.5213

Abstract

Akad murabahah menjadi pilihan favorit produk pembiayaan dan sangat perkembangan dan sangat perkembangan di Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Menurut data statistik perbankan syariah BI, rata-rata porsi pembiayaan murabahah di bank syariah berkisar antara 55% sd 80%. Namun, perkembangan ini tidak diimbangi dengan kepatuhan terhadap syariah (sharia comlpiance) dalam praktek di beberapa LKS. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui konsep dasar dari murabahah dalam fiqh dan aplikasinya pada LKS. Kemudian menganalisis murabahah antara konsep dan prakteknya di LKS.Tulisan ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan analisa fiqh dan keuangan untuk membandingkan antara konsep murabahah dan praktiknya di LKS. Adapun jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa murabahah adalah jual beli dengan harga awal dengan tambahan keuntungan, yaitu penjual menyebutkan harga perolehan kepada pembeli dan penjual mengambil keuntungan dari penjualan tersebut. Murabahah terdiri dari 5 (lima) persyaratan dan dalam aplikasi LKS terdapat 6 (enam) tahapan. Kemudian ditemukan pula beberapa praktek murabahah yang tidak sesuai dengan akad murabahah dalam kajian fiqh, seperti LKS memberikan uang bukan barang, tidak ada kepemilikan LKS, terjadi asymethric information dalam penyebutan harga awal, potongan harga diri supplier, dan dalam pembebana biaya administrasi murabahah.
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP PRODUK LEMBAGA KEUANGAN ISLAM (Studi Kasus Lembaga Keuangan Islam Buana Kartika, Demak 2013) Royyan Ramdhani Djayusman
Islamic Economics Journal Vol. 2 No. 1 (2013)
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (867.173 KB) | DOI: 10.21111/iej.v2i1.165

Abstract

This study aims to analyze the level of customer satisfaction views of each product and service attributes analyzing customer satisfaction level on product IFI Buana Kartika Mranggen Demak . The product which is the object of research is the deposit and financing products IFIs Buana Kartika. This study used a 5 ( five ) dimensions of services quality namely reliability (reliability), responsiveness (responsiveness), guarantee (assurance), direct evidence (tangible) and empathy (empathy). In order to achieve the research used quantitative methods with a statistical analysis tool independent sample t - test by comparing the average performance level of IFI Buana Kartika with the average level of customer expectations . The results showed that significant value ratio and performance values for each variable, reliability ( 0.537 ) , responsiveness ( 0.249 ), Assurance ( 0,059 ), Tangible (0.240 ) and Emphaty ( 0,117 ) which is greater than the total value of the level significant 0.05 . That is, H0 stating “ there is no difference between the expected value and performance “ acceptable, meaning customers satisfied with every variable Reliability, Responsiveness, Assurance, Tangible and Emphaty in Islamic Financial Institutions Buana Kartika. In addition, if the value of the variable reliability sorted by the value 0.537 in the highest position which means a very high customer satisfaction rate on variable reliability. While the lowest position is variable with the assurance that the value of 0.059 indicates that the level of customer satisfaction at the lowest variable among other variables that has studied.