Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Aktivitas Antibakteri Kulit Buah Karika Dieng terhadap Shigella flexneri dan Escherichia coli Novalina, Dhiah; Sugiyarto, Sugiyarto; Susilowati, Ari
Jurnal Teknologi Laboratorium Vol 7 No 2 (2018): 2018 (2)
Publisher : POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.767 KB) | DOI: 10.29238/teknolabjournal.v7i2.137

Abstract

Karika is an endemic plant of Dieng Plateau. The leaf of Karika has been studied to have antibacterial activity against bacteria that cause diarrhea, while the peels are removed or used as a mixture of animal feed. This study aims to determine the antibacterial activity of Karika peels against bacteria that cause poisoning, i.e Shigella flexneri, and Escherichia coli. The sample fractionated to obtain the fraction of n-hexane and ethyl acetate. The fractions were tested for their antibacterial activity against Shigella flexneri and Escherichia coli by the cup-plate method. The results showed that the ethyl acetate fraction (ethyl acetate 50%) had the highest inhibition on Shigella flexneri and Escherichia coli compared with another concentration. Based on the study can be concluded that the peels of Karikahas antibacterial activity against Shigella flexneri and Escherichia coli.
Pengaruh pH Terhadap Stabilitas Daun Pacar Kuku Sebagai Counterstain Alternatif pada Pewarnaan Gram Damayanti, Sunita; Novalina, Dhiah; Hadi, Wahid Syamsul
Jurnal Analis Kesehatan Vol. 13 No. 1 (2024): Jurnal Analis Kesehatan
Publisher : Department of Health Analyst, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungkarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jak.v13i1.4523

Abstract

Identifikasi bakteri pewarnaan gram dilakukan dengan metode konvensional atau molekuler secara mikroskopis. Pewarnaan gram memiliki kemampuan menyeleksi bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif berdasarkan peptidoglikannya.Pewarnaan gram menggunakan safranin sebagai cat penutup.Safranin merupakan pewarna kationyang bersifat karsinogenik dan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan pewarna alternatif dari bahan alami yang sama dengan safranin. Daun pacar kuku merupakan senyawa fenolik dan termasuk dalam protein yang memberikan kemampuan pewarnaan yang baik. Penelitian ini memiliki tujuanmenentukan pengaruh antara variasi pHdengan stabilitas daun pacar kuku sebagai counterstain alternatif pewarnaan gram dan membuat inovasi baruberbahan dasar alami untuk pewarnaan gram yang stabil dan lebih ramah lingkungan. Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan uji stabilitas untuk mengukur absorbansi. Selanjutnya, setelah pewarnaan diamati dibawah mikroskop perbesaran 100x. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat warna pada pH 3 lebih stabil dibanding dengan zat warna pada pH 7 dan pada pewarnaan dengan ekstrak daun pacar kuku bakteri Staphylococcus aureus lebih terwarnai dan terlihat jelas dibanding dengan bakteri Esherichia coli yangtidak terwarnai oleh ekstrak daun pacar kuku. 
HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DENGAN NILAI HEMATOKRIT PADA PASIEN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI RS X Umimi, Kamelia; Syamsul Hadi, Wahid; Novalina, Dhiah
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.33957

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) yaitu penyakit parah disertai gejala seperti perdarahan yang dapat memunculkan syok yang menuju pada kematian. DBD ialah penyakit karena virus dengue. Penelitian ini tujuannya untuk memperoleh informasi keterkaitan total trombosit dengan iliai hematokrit dalam pasien penderita demam berdarah dengue di X. Penelitian ini memakai desain penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi yaitu semua pasien penderita demam berdarah dengue yang sedang melakukan pengobatan rawat inap saat bulan Januari sampai Juni 2023 pada RS X. Sampel dengan jumlah 47 responden. Analisa data menggunakan uji korelasi spearmen. Didapatkan hasil pada uji korelasi spearman memperlihatkan nilai Nilai p = 0,003 <0,05, serta nilai korelasi (r) yaitu -0,425. Ada suatu keterkaitan negatif pada total trombosit dengan nilai hematokrit dalam pasien penderita demam berdarah dengue di RS X. Diharapkan dapat menghubungkan parameter pemeriksaan darah lengkap dengan derajat keparahan penyakit, serta dapat menghubungkan parameter pemeriksaan darah lengkap dengan lamanya demam dan rawat inap.
GAMBARAN KULTUR BAKTERI DAN TERAPI ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA YOGYAKARTA Mulyani, Neni; Novalina, Dhiah; Widyantara, Aji Bagus
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.34181

Abstract

Demam tifoid ialah infeks sistemik yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella thypi. Penularannya dengan konsumsi makanan atau minuman dimana terkontaminasi bakteri Salmonella thypi. Pemeriksaan diagnosis demam tifoid antara lain pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan tubex dan pemeriksaan kultur darah. Kultur darah ialah baku emas untuk menegakkan diagnosis demam tifoid. Terkendalinya pemilihan antibiotik bisa  mencegah resistensi antibiotik, menurunkan jumlah penggunaan antibiotik, mengurangi lamanya pengobatan dan menurunkan biaya perawatan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran kultur bakteri serta  terapi antibiotik pada pasien rawat inap demam tifoid di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang dimanfaatkan ialah deskriptif observasional memanfaatkan data sekunder yang diambil secara cross-sectional di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta pada bulan Juli-Desember 2023. Hasil penelitian diperoleh 30 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi, demam tifoid lebih banyak terjadi pada perempuan (70%), pasien paling banyak ditemukan adalah anak-anak dan remaja, hanya 5 dari 30 pasien yang melakukan kultur darah, 5 pasien yang melakukan pemeriksaan kultur darah tidak ditemukan bakteri/jamur hingga hari ke-5 inkubasi dan ceftriaxone merupakann antibiotik dimana paling banyak dimanfaatkan dalam terapi antibiotik pada pasien demam tifoid.
Kualitas Air Sumur Gali Berdasarkan Parameter Bakteriologis Di Kabupaten Bantul Rahmasari, Nely; Novalina, Dhiah; Widyantara, Aji Bagus
Journal Transformation of Mandalika, e-ISSN: 2745-5882, p-ISSN: 2962-2956 Vol. 4 No. 8 (2023): Agustus
Publisher : Institut Penelitian dan Pengembangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jtm.v4i8.2001

Abstract

Sumur gali adalah salah satu sumber air bersih yang paling umum di daerah pedesaan karena mudah dibangun dan dirawat. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat mudah terkontaminasi melalui rembesan. Pemeriksaan kualitas air sumur gali dapat dilakukan dengan uji hitung jumlah bakteri dengan metode Most Probable Number (MPN). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas bakteriologis air sumur gali di Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan yaitu pengambilan data sekunder dari Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Bantul. Teknik penelitian ini menggunakan sampling purposive. Analisis data menggunakan deskriptif. Terdapat 133 sumur gali di Puskesmas Pandak I kualitas air sumur galinya menunjukan bahwa 51 sumur gali (38,34%) memenuhi syarat dengan total Coliform < 50/100mL dan 82 sumur gali (61,66%) tidak memenuhi syarat dengan total Coliform ˃50/100 mL. Desa Wijirejo dengan sumur gali yang memenuhi syarat 25 sumur gali (49,01%) dan tidak memenuhi syarat 26 sumur gali (50,99%) dan desa Gilangharjo dengan sumur gali yang memenuhi syarat 27 sumur gali (32,92%) dan tidak memenuhi syarat 55 sumur gali (67,08%). Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul diharapkan memberikan perhatian dan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya perbaikan kondisi fisik sumur gali, sehingga dapat tersedianya kondisi fisik sumur gali dengan kualitas dan kuantitas yang memenuhi syarat kesehatan.
Perbandingan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih dengan Serai Wangi sebagai Desinfektan Alami terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Anandarianto, Annisa Shafa; Novalina, Dhiah; Probowati, Wiwit
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 9 (2025): Volume 7 Nomor 9 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i9.21955

Abstract

ABSTRACT The use of chemical-based disinfectants such as sodium hypochlorite (NaOCl), although effective, poses health and environmental risks. This study aimed to evaluate the antibacterial activity of ethanol extracts of betel leaf (Piper betle L.) and citronella leaf (Cymbopogon nardus) as natural disinfectant alternatives against Staphylococcus aureus. A laboratory experimental design with a post-test only control group was employed. The antibacterial test was conducted using the disc diffusion method with 90% ethanol extracts. Results showed that the bioactive ethanol-derived extract of Piper betle leaves exhibited a quantifiable microbial growth suppression zone with a linear spatial extent of 12 mm, while citronella leaf extract produced 11 mm. The positive control (NaOCl) showed inhibition zones of 32–40 mm, whereas the negative control (distilled water) showed no inhibition. Mann-Whitney statistical test revealed a significant difference between treatments (p<0.05). Betel leaf extract demonstrated greater antibacterial effectiveness compared to citronella. However, both extracts showed lower efficacy than the positive control. A key limitation was the use of distilled water as a diluent, which may have reduced the solubility of non-polar active compounds. Future research is recommended to use more compatible diluents (e.g., low-grade ethanol or DMSO) and assess quantitative indices comprising the Minimum Inhibitory Concentration (MIC), which defines the sub-inhibitory limit for microbial growth suppression, and the Minimum Bactericidal Concentration (MBC) for more detailed quantitative analysis. Keywords: Disinfectant, Betel Leaf, Lemongrass Leaf, Antibacterial Activity Test.  ABSTRAK Penggunaan disinfektan berbahan kimia seperti natrium hipoklorit (NaOCl) meskipun efektif, memiliki efek samping terhadap kesehatan dan lingkungan. Fokus investigasi ilmiah ini diarahkan pada pengujian tingkat efikasi bioaktivitas antibakteri yang dimanifestasikan oleh fraksi ekstraktif dari folium Piper betle L. melalui proses pelarutan menggunakan etanol sebagai pelarut polar dan daun serai wangi (Cymbopogon nardus) sebagai alternatif disinfektan alami terhadap Staphylococcus aureus. Skema metodologis yang diimplementasikan terdiri atas simulasi eksperimental berbasis laboratorium, dengan pengaturan desain post-intervensional yang mengadopsi kerangka control group tanpa prosedur pra-intervensi pengukuran. Uji dilakukan terhadap ekstrak etanol konsentrasi 90% dengan mengaplikasikan protokol uji difusi berbasis cakram sebagai metode analitis, observasi eksperimental merefleksikan terbentuknya area inhibisi oleh senyawa bioaktif hasil ekstraksi etanol daun Piper betle dengan ukuran linear ekuivalen sebesar 12 mm, sedangkan ekstrak serai wangi 11 mm. Kontrol positif (NaOCl) menunjukkan zona hambat 32–40 mm, sementara kontrol negatif (aquades) tidak menunjukkan zona hambat. Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan signifikan antar perlakuan (p<0,05). Ekstrak daun sirih terbukti lebih efektif dibandingkan serai wangi dalam menghambat pertumbuhan S. aureus. Namun, efektivitas kedua ekstrak masih di bawah kontrol positif. Keterbatasan utama penelitian ini adalah penggunaan aquades sebagai pelarut pengencer yang dapat menurunkan efektivitas senyawa non-polar. Penelitian lanjutan disarankan menggunakan pelarut yang lebih sesuai dan melakukan uji MIC serta MBC untuk data kuantitatif.  Kata Kunci: Desinfektan, Daun Sirih, Daun Serai Wangi, Uji Aktivitas Antibakteri
IDENTIFIKASI PRTOZOA BALANTIDIUM COLI PADA FESES BABI MENGGUNAKAN METODE NATIF Bara, Maria Kornelia; Putri, Novita Eka; Novalina, Dhiah
Jurnal Insan Cendekia Vol 12 No 2 (2025): Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35874/jic.v12i2.1494

Abstract

ABSTRAK Balantidium coli adalah protozoa yang ditemukan di berbagai lokasi di dunia dan dengan berbagai jenis hewan inang, termasuk manusia. Balantidium coli merupakan agen komensal di saluran usus babi, yang dianggap sebagai reservoir alami bagi parasit ini. Dalam kondisi tertentu, protozoa ini dapat berfungsi sebagai patogen, mengakibatkan lesi enterik, mendukung invasi mukosa usus, serta perkembangbiakannya. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain cross-sectional. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui keberadaan parasit protozoa Balantidium coli pada feses ternak babi, hasilnya menunjukkan keberadaan Balantidium coli serta ditemukan juga spesies lain, yaitu Soil Transmitted Helminth (STH). Kata Kunci : Balantidium coli, Feses, Metode Natif, Babi ABSTRACT Balantidium coli is a protozoan found in various locations worldwide and with various animal hosts, including humans. Balantidium coli is a commensal in the intestinal tract of pigs, which are considered a natural reservoir for this parasite. Under certain conditions, this protozoan can function as a pathogen, causing enteric lesions, supporting intestinal mucosal invasion, and its proliferation. This study uses an observational approach with a cross-sectional design, in accordance with the study's objective of determining the presence of the protozoan parasite Balantidium coli in pig feces, the results showed the presence of Balantidium coli, as well as other species, namely Soil-Transmitted Helminths (STH). Keywords : Balantidium coli, Feces, Native Method, Pig
Potensi Daun Tithonia diversifolia Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi Kasim, Allya Nurkhairunnisa; Novalina, Dhiah; Putri, Novita Eka
Jurnal Analis Farmasi Vol 10, No 2 (2025): JURNAL ANALIS FARMASI
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v10i2.20890

Abstract

Karies gigi merupakan masalah kesehatan mulut yang umum, dengan Streptococcus mutans sebagai salah satu bakteri utama penyebabnya. Penggunaan obat kumur berbahan kimia dapat menimbulkan efek samping, sehingga pencarian alternatif berbahan alami menjadi penting. Tithonia diversifolia (paitan) mengandung senyawa bioaktif flavonoid, alkaloid, dan saponin yang memiliki potensi antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi antibakteri ekstrak daun Tithonia diversifolia terhadap Streptococcus mutans secara in vitro dan untuk menentukan konsentrasi ekstrak daun T. diversifolia yang paling efektif menghambat pertumbuhan S. mutans. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan, yaitu: konsentrasi ekstrak etanol daun Tithonia diversifolia sebesar 10%, 30%, dan 50%; kontrol positif berupa oksitetrasiklin 30 µg; serta kontrol negatif berupa metanol. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram (Kirby & Bauer), dengan mengukur diameter zona hambat di sekitar cakram. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Post-Hoc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun T. diversifolia memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans pada konsentrasi 30%, dan 50%, rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berturut-turut adalah 10,72 mm, dan 11,55 mm. Kontrol negatif (metanol) tidak menunjukkan zona hambat, sedangkan kontrol positif (oksitetrasiklin 30 µg) menghasilkan rata-rata zona hambat sebesar 34,41 mm. Meskipun terdapat peningkatan zona hambat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Tithonia diversifolia berpotensi sebagai  antibakteri terhadap Streptococcus mutans, namun efektivitasnya belum signifikan sehingga memerlukan penelitian lanjutan dengan variasi konsentrasi yang lebih luas.
Potensi Daun Tithonia diversifolia Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi Kasim, Allya Nurkhairunnisa; Novalina, Dhiah; Putri, Novita Eka
Jurnal Analis Farmasi Vol 10, No 2 (2025): JURNAL ANALIS FARMASI
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jaf.v10i2.20890

Abstract

Karies gigi merupakan masalah kesehatan mulut yang umum, dengan Streptococcus mutans sebagai salah satu bakteri utama penyebabnya. Penggunaan obat kumur berbahan kimia dapat menimbulkan efek samping, sehingga pencarian alternatif berbahan alami menjadi penting. Tithonia diversifolia (paitan) mengandung senyawa bioaktif flavonoid, alkaloid, dan saponin yang memiliki potensi antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi antibakteri ekstrak daun Tithonia diversifolia terhadap Streptococcus mutans secara in vitro dan untuk menentukan konsentrasi ekstrak daun T. diversifolia yang paling efektif menghambat pertumbuhan S. mutans. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan, yaitu: konsentrasi ekstrak etanol daun Tithonia diversifolia sebesar 10%, 30%, dan 50%; kontrol positif berupa oksitetrasiklin 30 µg; serta kontrol negatif berupa metanol. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram (Kirby & Bauer), dengan mengukur diameter zona hambat di sekitar cakram. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Post-Hoc. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun T. diversifolia memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans pada konsentrasi 30%, dan 50%, rata-rata diameter zona hambat yang terbentuk berturut-turut adalah 10,72 mm, dan 11,55 mm. Kontrol negatif (metanol) tidak menunjukkan zona hambat, sedangkan kontrol positif (oksitetrasiklin 30 µg) menghasilkan rata-rata zona hambat sebesar 34,41 mm. Meskipun terdapat peningkatan zona hambat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun Tithonia diversifolia berpotensi sebagai  antibakteri terhadap Streptococcus mutans, namun efektivitasnya belum signifikan sehingga memerlukan penelitian lanjutan dengan variasi konsentrasi yang lebih luas.
Infeksi Jamur Candida albicans Pada Saliva Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang Terkontrol dan Tidak Terkontrol di Puskesmas Ngemplak II Yogyakarta Triani, Andi Rizkita; Putri, Novita Eka; Novalina, Dhiah
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes Melitus meningkatkan risiko terjadinya berbagai infeksi, termasuk infeksi oleh bakteri, jamur dan virus. Infeksi jamur, khususnya kandidiasis, merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada penderita Diabetes Melitus. Kandidiasis disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari jamur Candida albicans, yang secara normal hidup sebagai flora komensal pada tubuh manusia. Namun, pada kondisi tertentu seperti diabetes, pertumbuhan jamur ini menjadi tidak terkendali sehingga menimbulkan infeksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui kejadian kandidiasis pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang terkontrol dan tidak terkontrol di Puskesmas Ngemplak II Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan adalah 44 Penderita Diabetes tipe 2 dengan 22 penderita Diabetes yang terkontrol dan 22 penderita Diabetes Melitus yang tidak terkontrol di Puskesmas Ngempal II Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dari 22 penderita Diabetes Melitus terkontrol sebanyak 9 (40.9%) penderita dinyatakan positif mengandung Candida albicans dalam salivanya dan 13 (59.1%) penderita dinyatakan negatif mengandung Candida albicans, sedangkan pada 22 penderita Diabetes tidak terkontrol didapatkan 16 (72.7%) penderita positif mengandung Candida albicans dalam salivanya dan 6 (27.3%) penderita lainnya dinyatakan negatif mengandung Candida albicans. Infeksi jamur Candida albicans pada kelompok yang tidak terkontrol lebih tinggi daripada yang terkontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung adanya infeksi yaitu seperti umur, jenis kelamin serta lama menderita penyakit Diabetes Melitus.