Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

EFISIENSI REGENERASI IN VITRO MELALUI ORGANOGENESIS EMPAT VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L].Merr.) DARI EKSPLAN BIJI YANG DIKECAMBAHKAN ATAU DIIMBIBISIKAN Ria Aprilenta; Fitri Yelli; Setyo Dwi Utomo; Akari Edy
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.333 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i2.2091

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perlakuan eksplan biji yang dikecambahkan atau diimbibisikan (prakultur) terhadap efisiensi regenerasi in vitro empat varietas kedelai (Glycine max (L).Merr.) melalui organogenesis. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dari bulan Maret 2013 sampai dengan Mei 2013. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok yang terdiri atas 5 ulangan. Perlakuan disusun secara faktorial (4x2) dengan faktor pertama adalah varietas kedelai sebagai eksplan (Grobogan, Argomulyo, Tanggamus, dan Ijen) dan faktor kedua adalah perlakuan pra-kultur (imbibisi atau pengecambahan). Setiap satuan percobaan terdiri atas empat eksplan yang dikulturkan dalam satu botol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pra-kultur berpengaruh terhadap persentase eksplan yang menghasilkan tunas adventif (PEMTA)dan rata-rata jumlah tunas adventif per eksplan (RJTA). Sedangkan perlakuan varietas dan interaksi hanya berpengaruh pada PEMTA tetapi tidak berpengaruh pada RJTA. Pada perlakuan imbibisi, PEMTA varietas Ijen lebih tinggi daripada Grobogan, Argomulyo, dan Tanggamus. Pada perlakuan pengecambahan, PEMTA varietas Ijen lebih tinggi daripada Argomulyo namun tidak berbeda dengan Tanggamus dan Grobogan. Jika menggunakan varietas Ijen dan Argomulyo, PEMTA perlakuan imbibisi lebih tinggi daripada pengecambahan. RJTA perlakuan pra-kultur imbibisi 20 jam (19,5 tunas per eksplan) lebih tinggi daripada perlakuan kecambah 6 hari (9,63 tunas per eksplan). Selain itu, media pengakaran ½ MS tanpa NAA lebih baik dalam membentuk akar fungsional daripada ½ MS yang mengandung NAA 0,5 mg/l.
EFIKASI HERBISIDA PARAKUAT DIKLORIDA TERHADAP GULMA UMUM PADA TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz.) Dini Ari Murti; Nanik Sriyani; Setyo Dwi Utomo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.56 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i3.1958

Abstract

Tanaman ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan tanaman pangan yang hasilnya dapat diolah menjadi bahan makanan pokok. Pemeliharaan menjadi hal yang penting untuk menjaga kualitas tanaman agar lebih baik. Gulma merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi akibat adanya kompetisi dalam penyerapan hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi herbisida berbahan aktif parakuat diklorida dan dosis parakuat diklorida yang tepat dalam mengendalikan gulma pada tanaman ubi kayu. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Natar, Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas Lampung. Penelitian dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi dosis 414 g/ha, 552 g/ha, 690 g/ha, 828 g/ha, 966 g/ha, penyiangan mekanis dan kontrol (tanpa pengendalian gulma). Data yang diperoleh diuji Bartlett untuk homogenitas ragam dan Uji Tukey untuk menguji additivitas. Bila homogen, data dianalisis ragam. Bila uji F analisis ragam nyata, dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk pemisahan nilai tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa herbisida parakuat diklorida dengan dosis 414 g/ha - 966 g/ha mampu menekan pertumbuhan gulma total ubi kayu sampai 8 minggu setelah aplikasi (MSA) serta mampu mengendalikan gulma golongan daun lebar Ipomoea triloba dan Richardia brasiliensis hingga 8 MSA serta gulma golongan rumput Digitaria ciliaris hingga 4 MSA namun demikian parakuat diklorida dosis 414 g/ha - 966 g/ha tidak dapat mengendalikan gulma golongan rumput Echinochloa colonum dari 2 MSA hingga 8 MSA.
UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA, DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU ( Phaseolus radiatus L.) PADA TANAH ULTISOL NATAR Untung Sakinata; Yafizham Yafizham; Jamalam Lumbanraja; Setyo Dwi Utomo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.438 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i1.1996

Abstract

Permasalahan dalam pengelolaan tanaman kacang hijau di tingkat petani antara lain produktivitas yang masih rendah. Intensifikasi pertanian merupakan salah satu cara yang tepat dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian dengan mengoptimalkan lahan yang sudah ada diantaranya dengan pemupukan.  Pupuk Organonitrofos merupakan pupuk organik baru yang memerlukan pengujian keefektivitasannya terhadap tanaman.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan, serapan hara, dan produksi tanaman kacang hijau. Selain itu, untuk mengetahui efektivitas pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk anorganik secara agronomis pada tanaman kacang hijau. Selain itu, untuk mengetahui efektivitas pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk anorganik secara agronomis pada tanaman kacang hijau. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dari bulan Desember 2012–April 2013. Penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 (enam) perlakuan yaitu A (tanpa pupuk); B (NPK rekomendasi); C (¾ NPK rekomendasi+ Organonitrofos 500 kg ha-1); D (½ NPK rekomendasi+Organonitrofos 1.000 kg ha-1); ); E (¼ NPK rekomendasi+Organonitrofos 2.000 kg ha-1); dan F (Organonitrofos 3.000 kg ha-1) dengan  tiga kali ulangan. Plot percobaan dikelompokkan berdasarkan ulangan dan topografi lahan.  Data yang dihasilkan di rata-rata berdasarkan kelompoknya, kemudian diuji homogenitas dengan uji Barllet dan aditivitas dengan uji Tukey.  Selanjutnya dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan D (½ NPK rekomendasi+Organonitrofos 1.000 kg ha-1) memberikan hasil lebih baik dan lebih efektif secara agronomis dalam meningkatkan pertumbuhan, serapan hara NPK, dan produksi tanaman kacang hijau dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut menjadikan kombinasi perlakuan ini lebih dianjurkan untuk diterapkan petani karena lebih berpotensi dalam meningkatkan produktivitas kacang hijau serta mampu memelihara kualitas lahan.
EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI UBI KAYU (Manihot Esculenta Crantz) 13 Populasi F 1 DI BANDAR LAMPUNG Kronika J A Silalahi; Setyo Dwi Utomo; Akari Edy; Nyimas Sa’diyah
Jurnal Agrotek Tropika Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.734 KB) | DOI: 10.23960/jat.v7i1.3009

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi keragaman karakter morfologi dan agronomi 13 populasi F 1 half-sibubi kayu di Bandar Lampung. Evaluasi dilaksanakan pada bulan Maret 2016 – Februari 2017. Populasihalf-sibmerupakan keturunan tetua betina Adira, CMM, CMM 25-27-43, CMM 25-27-46, CMM 25-27-143, CMM 25-27-158, CMM 97-6, Malang, Macan, T142, T12, T15 dan UJ5. Karakter morfologi dan agronomi meliputikarakter kualitatif dan kuantitatif. Keragaman karakter kualitatif luas jika persentase fenotipe rekombinan (PFR) > 67%, sedang jika 33%<PFR < 67% dan sempit jika PFR < 33%. Keragaman karakter kuantitatif dinyatakan luas jika kisaran total (range)> 2x Interquartile Range (IQR)dan sempit jika Range<2 x IQR. Karakter kualitatif tanaman ubi kayu meliputi warna daun pucuk, warna permukaan atas tangkai daun, dan warna permukaan bawah tangkai daun pada 13 populasi tersebut menunjukkan keragaman yang luas atau sedang kecuali warna permukaan atas tangkai daun pada populasi CMM 25-27-46 yang berkeragaman sempit. Karakter kuantitatif meliputi panjang lobus, lebar lobus, rasio panjang/lebar lobus, panjang tangkai daun dan rendemen pati menunjukkan keragaman yang luas pada populasihalf-sibCMM 25-27-43, CMM, Malang, T12, dan Macan. Populasihalf- sibAdira, CMM25-27-46, CMM 25-27-143, CMM 25-27-158, CMM 976, T15, T142 dan UJ5 menghasilkan keturunan dengan keragaman yang sempit dan luas.
PENGARUH SISTEM PENYAMBUNGAN KOPI ARABIKA DENGAN ROBUSTA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOPI ARABIKA Girindra Yoga Aditya; Rusdi Evizal; Hidayat Pujisiswanto; Setyo Dwi Utomo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 9, No 2 (2021): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 9, MEI 2021
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v9i2.4831

Abstract

Penyambungan (grafting) merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki sifat tanaman menggunakan bahan klonal baik pada fase pembibitan, pemeliharaan maupun rehabilitasi. Keragaan sifat kopi Robusta dapat diperbaiki melalui penyambungan intraspesifik (Robusta/Robusta) untuk menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi atau melalui penyambungan interspesifik (Arabika/Robusta) untuk menghasilkan kopi Arabika. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui pertumbuhan dan produksi kopi grafting dibandingkan dengan kopi non-grafting dan (2) mengetahui pertumbuhan dan produksi kopi grafting Arabika interspesifik dibandingkan dengan Arabika non-grafting. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Way Ratai, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan enam sistem penyambungan dengan empat ulangan. Perlakuan pada penelitian ini yaitu: P1=Robusta non-grafting, P2= Arabika non-grafting, P3= grafting Robusta/Robusta metode tak-ent, P4= grafting Arabika/Robusta + cabang, P5= grafting Arabika orthrotrop/Robusta, P6= grafting Arabika plagiotrop/Robusta. Penelitian ini menggunakan jenis kopi Robusta klon lokal Mekarsari, sedangkan untuk jenis kopi Arabika menggunakan varietas Kartika. Data dianalisis menggunakan uji lanjut yaitu Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah cabang primer, jumlah cabang plagiotrop (B0, B1, dan B2), jumlah dompol bunga per cabang, jumlah dompol putik per cabang, jumlah dompol buah hijau per cabang, jumlah dompol buah merah per cabang, bobot buah segar per cabang, bobot biji kering per cabang, jumlah biji panen per cabang, dan produksi per pohon. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: (1) pertumbuhan dan produksi tanaman kopi grafting lebih tinggi daripada tanaman non-grafting, (2) dari berbagai sistem penyambungan kopi Arabika grafting interspesifik, perlakuan Arabika plagiotrop/Robusta menghasilkan pertumbuhan yang sama tetapi memberikan produksi biji lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan Arabika lainnya.
Hibridisasi Buatan Kacang Tanah dan Fenotipe Karakter Tipe Pertumbuhan, Ukuran Polong, dan Jumlah Biji per Polong Tanaman F1 Hasil Hibridisasi Setyo Dwi Utomo; Kuswanta Futas Hidayat; Akari Edy; Nyimas Sa&#039;diyah; Rizki Indriyani; Emma Halimaturosidah; Herlin Yustina
JURNAL AGROTROPIKA Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Agrotropika Vol 20 No 1, Mei 2021
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/ja.v20i1.4886

Abstract

The development of superior peanut cultivars can be conducted through the steps of enhancement of genetic variation, inbreeding, selection, and yield trials. Genetic variation can be enhanced through sexual hybridization (crossing). The objectives of this study were 1) to determine the rate of success of artificial hybridization between runner/semi-runner and Spanish/upright type of peanut;  2) to know the phenotypic characters of the growth habit, pod size, and number of seeds per pod in peanuts. The F1 phenotype is related to the estimation of gene action. This study consisted of two experiments, namely hybridization and evaluation of the type of growth of the F1 family. The experiment was conducted in the Integrated Field Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The genotypes of parents included national cultivars Bima, Bison, Gajah, Jerapah, Talam, and  Kelinci;   and introduced runner/semi-runner genotypes  K / SR-3 (runner) and NC 7 (semi-runner). The results showed that  NC 7 x Bison  showed the highest ratio of the number of gynophores (NG) / number of flowers crossed (NFC) (31%); NC 7 x Kelinci showed the highest number of pods (NP) / NG ratio  (78%);   and Bima x NC 7 showed the highest NP / NFC (13%). The percentage of F1 plants showing semi-runner growth habit  was 85%, producing pods with two seeds was 100%, and producing large pods was 89%. Keywords:  Growth habit, pod size, the rate of artificial hybridization, seed number
Penyuluhan Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Ekstrak Tanaman di Desa Sidowaluyo, Kabupaten Lampung Selatan Darwin Habinsaran Pangaribuan; Niar Nurmauli; Dad Resiworo J Sembodo; Setyo Dwi Utomo; Dame Trully Gultom
SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi Masyarakat) Vol 11, No 1 (2022): Mei
Publisher : LPPM UNS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/semar.v11i1.59128

Abstract

Potensi lokal tanaman suatu daerah perlu digali untuk mendatangkan kesejahteraan bagi petani.  Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan memiliki sumber daya pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik cair dari ekstrak tanaman. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah: 1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang manfaat ekstrak tanaman. 2. Meningkatkan keterampilan petani tentang teknik pembuatan pupuk organik cair dari ekstrak tanaman. Metode penyuluhan berupa ceramah, diskusi, dan demonstrasi pembuatan pupuk organik cair dari ekstrak tanaman.  Kegiatan penyuluhan telah dilaksanakan di Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Oktober  2021.  Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan  pengetahuan petani tentang teknik pembuatan ekstrak tanaman meningkat.  Keterampilan petani tentang teknik pembuatan ekstrak tanaman juga meningkat.  Petani berencana akan mulai mempraktikkan cara membuat biostimulan ekstrak tanaman pada tanaman mereka.
Pengaruh Penyimpanan dalam Ruang Bersuhu 27,3±0,9°C dan Pengusangan Dipercepat pada Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) Kultivar Grobogan dan Dena-1: Effect of Storage in a Room with Temperature of 27.3 ± 0.9 ° C and Accelerated Ageing on the Soybean (Glycine max [L.] Merr.) Seeds Viability cv. Grobogan and Dena-1 Amrina Rosyada; Eko Pramono; Setyo Dwi Utomo
Open Science and Technology Vol. 1 No. 1 (2021): Open Science and Technology
Publisher : Research and Social Study Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33292/ost.vol1no1.2021.7

Abstract

Benih yang disimpan dalam waktu yang lama atau diberi perlakuan lama penderaan uap air dengan suhu dan kelembaban yang tinggi akan mengalami penurunan viabilitas. Penelitian ini bertujan untuk membandingkan viabilitas benih kedelai varietas Grobogan dan Dena-1 selama masa simpan 0-6 bulan dengan suhu 27,3±0,90C, dan selama pengusangan cepat dengan suhu 43°C 0-6 hari. Viabilitas diukur persentase kecambah normal (KN) dan kecepatan perkecambahan (KP). Viabilitas benih diamati setiap hari. Hasil percobaan menunjukkan bahwa viabilitas benih Grobogan dan Dena-1 menurun selama penyimpanan 0-6 bulan, sama halnya dengan benih yang di dera dengan uap air jenuh 43°C  selama 0-6 hari. Viabilitas benih kedelai varietas Grobogan dan Dena-1 selama penderaan dengan uap air jenuh 43°C selama 0-6 hari lebih rendah dibandingkan dengan  yang disimpan dalam ruang bersuhu 27,3±0,9 °C selama 0-6 bulan. The seed stored for a long time or exposed to a long period of high humidity and temperature will experience deterioration of their viability. The objective of this experiment was to compare the decrease in seed viability of two varieties of soybean between the seeds that were stored period of storage at 27.3±0.9OC for 0 to 6 months and those that exposed to the accelerated aging machine with a temperature of 43°C 0-6 days with 100% humidity. Viability was measured based on normal germination and the speed of germination. The viability of the seeds was observed periodically every day. The result showed that the seed viability of Grobogan and Dena-1 decreased during the storage period of 0-6 months and also during the storage inside the accelerated aging machine for 0-6 days. The viability of soybean seed exposed to high humidity 43°C temperature for 0-6 days was lower than those stored for 0-6 months compared with those stored at room temperature of 27.3 ± 0.9 ° C for 0-6 months.
The growth of 'Crystal' guava seedling in response to pinching and dormancy breaking chemicals Raden Ajeng Diana Widyastuti; Setyo Dwi Utomo; Darwin H. Pangaribuan; Purba Sanjaya; Hayane Adeline Warganegara; Widia Agustin
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.40791

Abstract

AbstractPinching and dormancy breaking chemicals (DBC) application are potentially used to regulate the growth of plant. This study aims to evaluate the growth response of ‘Crystal’ guava (Psidium guajava L.) seedling in response to pinching and DBC application. This experiment was carried out in the Integrated Field Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Lampung from March to June 2021, with a randomized completely block design (RCBD) with 2 factors (pinching and DBC) and repeated four times. The results showed that pinching could reduce the increase of height of guava seedling. The combination of pinching with DBC could significantly increase the number of new emerging leaves, branches, and shoots as well as the length of new shoots. The leaf area on new emerging leaves was not affected by pinching and DBC factors. The application of DBC to non-pinched plants inhibited vegetative growth and precisely increased generative growth, as indicated by the increase of the number of flowers produced. The most recommended treatment to improve the vegetative growth of guava plant seedlings was a combination of pinching and KNO3 40 g L-1.Keywords: 'Crystal' guava, KNO3, vegetative growth, pinching, dormancy breaking chemicals. AbstrakPinching dan pemberian zat pemecah dormansi berpotensi untuk digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi respon pertumbuhan bibit tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) 'Kristal' terhadap perlakuan pinching dan pemberian zat pemecah dormansi (ZPD). Percobaan ini dilaksanakan di lahan Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Maret hingga Juni 2021, dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial (pinching dan ZPD) yang diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa teknik pinching dapat menurunkan pertambahan tinggi tanaman jambu. Namun hal ini justru dapat memperbaiki pertumbuhan bibit jambu. Kombinasi pinching dengan ZPD dapat meningkatkan jumlah daun, cabang, dan tunas baru serta panjang tunas baru secara signifikan. Luas daun baru tanaman jambu tidak dipengaruhi oleh faktor pinching dan ZPD. Pemberian ZPD pada tanaman yang tidak dipinching menghambat pertumbuhan vegetatif, sebaliknya meningkatkan pertumbuhaan generatif dengan indikator peningkatan jumlah bunga yang diproduksi. Perlakuan yang paling direkomendasikan untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif bibit tanaman jambu adalah kombinasi antara pinching dan KNO3 40 g L-1.Kata kunci: jambu biji ‘Kristal’, KNO3, pertumbuhan vegetatif, pinching, zat pemecah dormansi
SOSIALISASI PERBANYAKAN BIBIT UBI KAYU MELALUI TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN KEPADA KELOMPOK TANI WIRA BAKTI 1 LAMPUNG TENGAH, LAMPUNG Fitri Yelli; Ardian Ardian; Setyo Dwi Utomo; Kukuh Setiawan; Arif Surtono
Abdimas Galuh Vol 5, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v5i1.9521

Abstract

Kebutuhan bibit ubi kayu terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan luas lahan penanaman ubi kayu. Sejauh ini penyediaan bibit dilakukan melalui setek batang, namun ada beberapa kelemahan dari teknik ini yaitu jumlah bibit yang dapat disediakan terbatas, waktu lebih lama, serta secara kualitas kurang begitu bagus. Oleh karena itu, perlu dilakukan teknik perbanyakan bibit ubi kayu melalui kultur jaringan yaitu teknik menumbuhkan bagian-bagian tanaman pada media buatan dengan unsur hara yang lengkap ditumbuhkan di dalam botol serta dipelihara pada lingkungan terkendali. Melalui teknik ini penyediaan bibit dapat dilakukan secara cepat dan dalam jumlah yang banyak, namun teknik ini belum banyak dikenal oleh petani. Sehingga kegiatan pengenalan perbanyakan bibit ubi kayu kepada petani penting dilakukan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan teknik perbanyakan cepat bibit ubi kayu secara in vitro kepada petani mitra PT. GGP di Lampung tengah. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi serta display bibit yang dihasilkan melalui kultur jaringan. Hasil yang diperoleh melalui pretest dan postest yang dilakukan bahwa ada 3 jenis ubi kayu yang ditanam oleh petani mitra PT. GGP yaitu Garuda (64,29%) karena umur panen pendek, Kasetsart (28,57), dan Kingkong (7,14%) karena kadar pati tinggi. Persentase jumlah petani yang sudah mengenal kultur jaringan masih rendah hanya 35,71% dan meningkat sebesar 64,29% setelah diadakan kegiatan sosialisasi.