Woro Riyadina
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI INDONESIA Febriyanti, Syeri; Ronoatmodjo, Sudarto; Helda, Helda; Riyadina, Woro; Endarti, Ajeng Tias
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.46514

Abstract

Hipertensi masih menjadi salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan masalah kesehatan dunia. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus meningkat setiap tahun. Penderita hipertensi di Indonesia didominasi oleh penduduk berjenis kelamin wanita. Pada wanita diduga salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan kejadian hipertensi adalah penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur 15-49 tahun. Desain penelitian adalah cross sectional yang menggunakan data Riskesdas 2018. Kelompok terpajan adalah 45.178 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kelompok tidak terpajan adalah 30.845 yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi dengan nilai PR=1,05 (CI 95% 1,02-1,07). Terdapat pula hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi setelah mengendalikan umur dan indeks masa tubuh dengan nilai PR=1,10 (1,06– 1,12). Selain itu, pada penelitian ini juga menilai hubungan antara berbagai jenis kontrasepsi hormonal diantaranya kontrasepsi suntikan 3 bulan dengan nilai PR=1,08 (CI 95% 1,05-1,12), kontrasepsi suntikan 1 bulan dengan nilai PR 0,99 (CI 95% 0,93-1,05), kontrasepsi implan PR 0,90 (CI 95% 0,84-0,96) dan kontrasepsi pil  PR 1,30 (CI 95% 1,23-1,35). Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur 15-49 tahun di Indonesia. Jenis kontrasepsi yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi pada wanita usia subur adalah kontrasepsi pil.
Fenomena Pengaruh Terapi Farmakologi Terhadap Kepatuhan Berobat dalam Perspektif Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Renaldi, Fransiskus Samuel; Sauriasari, Rani; Riyadina, Woro; Maulida, Irianti Bahana
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan (Journal of Pharmacy Science and Practice) Vol. 8 No. 2 (2021): Oktober
Publisher : Faculty of Pharmacy, Widya Mandala Surabaya Catholic University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/jfst.v8i2.3044

Abstract

Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit yang kompleks dan membutuhkan manajemen terapi yang serius. Kepatuhan menjadi masalah utama dalam pengobatan diabetes melitus tipe 2 tersebut dan dapat berdampak pada komplikasi yang akan sulit ditangani. Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap berbagai permasalahan yang mendorong seorang pasien memilih untuk tidak patuh sehingga dapat membantu tenaga kesehatan dalam mencari akar masalah ketidakpatuhan pada penderita diabetes melitus tipe 2. Sebanyak 30 penderita diabetes melitus tipe 2 terbagi atas beberapa golongan kriteria, yaitu komplikasi, usia, dan tingkat kepatuhan. Pemilihan pasien dilakukan menggunakan metode sampling bola salju. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam pada pasien yang dilakukan dengan teknik probing melalui telepon dan observasi langsung sebagai bentuk validasi. Data diolah dengan metode transkrip dan dianalisis secara tematik untuk kemudian diinterpretasikan dalam bentuk pernyataan hasil wawancara. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar pasien menggunakan metformin. Hal ini dikarenakan banyak pasien merasa sesuai dengan metformin. Metformin dapat memberikan efek normalisasi gula darah yang diharapkan dengan efek samping ke sistem gastrointestinal yang masih dapat ditolerir. Di sisi lain, terdapat beberapa pasien yang sudah merasa jenuh dengan penggunaan obat secara terus-menerus, mereka ingin segera lepas dari obat. Perbandingan manfaat yang dirasakan ketika meminum obat dan tidak juga turut memotivasi pasien dalam menggunakan obat. Dari berbagai data yang telah dihimpun dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan berobat sangat dipengaruhi oleh efek yang diterima pasca penggunaan.
Development of a Medication Compliance Determinant Instrument for Low-Middle Literate Patients with Type 2 Diabetes Mellitus Panduwiguna, Ivans; Sauriasari, Rani; Sartika, Ratu Ayu Dewi; Riyadina, Woro; Renaldi, Fransiskus Samuel
Kesmas Vol. 18, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes, a leading cause of 6.7 million deaths in 2021, poses a significant challenge despite existing interventions. Non-adherence to treatment remains a barrier to diabetes management. However, a comprehensive instrument to assess medication adherence determinants in diabetes patients’ population in Indonesia with low-medium literacy levels and following the sociocultural characteristics of Indonesian society has been lacking. This study aimed to develop and evaluate a valid and reliable instrument for measuring medication adherence in type 2 diabetes mellitus patients based on the Borg and Gall model. Through the input of an expert panel, a valid and reliable instrument was developed, which comprised 21 questions and encompassed all medication adherence determinants, with a CVR and CVI value of 1 and a final Cronbach’s alpha value of 0.731. This instrument is still being tested and needs to be implemented in the right and wider population to obtain more accurate results.
Determinan Penyakit Stroke Riyadina, Woro; Rahajeng, Ekowati
Kesmas Vol. 7, No. 7
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan kronik yang paling tinggi pada kelompok umur di atas usia 45 tahun terbanyak di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi determinan utama yang berhubungan dengan penyakit stroke pada masyarakat di kelurahan Kebon Kalapa Bogor. Analisis lanjut terhadap 1.912 responden subset baseline data penelitian “Studi Kohort Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular” Data dikumpulkan dengan metode wawancara pada penduduk tetap di kelurahan Kebon Kalapa, Kecamatan Bogor Tengah, Bogor tahun 2012. Diagnosis stroke berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dokter spesialis syaraf. Variabel independen meliputi karakteristik sosiodemografi, status kesehatan dan perilaku berisiko. Data dianalisis dengan uji regresi logistik ganda. Penyakit stroke ditemukan pada 49 (2,6%) orang. Determinan utama stroke meliputi hipertensi (OR = 4,20; IK 95% = 2,20 – 8,03), penyakit jantung koroner (OR = 2,74; IK 95% = 1,51 – 4,99), diabetes melitus (OR = 2,89; IK 95% = 1,47 – 5,64), dan status ekonomi miskin (OR = 1,83 ; IK 95% = 1,03 – 3,33). Pencegahan penyakit stroke dilakukan dengan peningkatan edukasi (kampanye/penyuluhan) melalui pengendalian faktor risiko utama yaitu hipertensi dan pencegahan terjadinya penyakit degeneratif lain yaitu penyakit jantung koroner dan diabetes melitus. Stroke disease is the leading cause of death and chronic disability in most over the age of 45 years in Indonesia. The aim of study was to identify the major determinants of stroke disease in Kebon Kalapa community in Bogor. A deep analyze was conducted in 1.912 respondents based on the subset of baseline data “Risk Factors Cohort Study of Non Communicable Diseases.” Data was collected by interviews on Kebon Kalapa community, Bogor in 2012. Stroke diagnosis was determined by anamnesis and neurological examination with specialist. Independent variables were sociodemographic characteristics, health status and risk behavior. Data analysis was performed by multiple logistic regression test. This study revealed that stroke disease was found in 49 people (2.6%). The main determinant of stroke included hypertension (OR = 4.20; 95% CI = 2.20 – 8.03), coronary heart disease (OR = 2.74; 95% CI = 1.51 – 4.99), diabetes mellitus (OR = 2.89; 95% CI = 1.47 – 5.64), and low economic status (OR = 1.83; 95% CI = 1.03 – 3.33). Prevention of stroke should be done by increasing education (campaign) through the control of major risk factors of hypertension and prevention of other degenerative diseases are coronary heart disease and diabetes mellitus.
Treatment Adherence and Incidence of Coronary Heart Disease in Type 2 Diabetes Mellitus Patients Baniu, Ahmad Sahlan; Sauriasari, Rani; Riyadina, Woro; Soewondo, Pradana
Kesmas Vol. 17, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Previous studies showed that uncontrolled blood sugar and long-term use of several types of antidiabetic could increase the risk of coronary heart disease (CHD). This study aimed to compare the incidence of CHD in type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients showing treatment adherence and non-adherence behavior over four years. This was a retrospective cohort study with data sets obtained from the Bogor Cohort Study of Non-Communicable Disease Risk Factors. All study subjects were not diagnosed with CHD at the beginning of the study. The sample was divided into two groups; one had adhered to treatment from health centers and followed the treatment instructions (adherent group), while the other had not followed the treatment instructions (non-adherent group). Of 5,690 subjects, 276 were eligible for this study (84 in the adherent and 192 in the non-adherent group). The incidence of CHD in the non-adherent group was 2.3% higher than in the adherent group (p-value = 0.564) and had a 1.7 times greater risk of developing CHD, but not statistically significant (adjusted HR = 1.739; 95% CI = 0.673-4.490). The non-adherent T2DM patients had a greater risk of developing CHD than adherent T2DM patients.