Claim Missing Document
Check
Articles

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) DI DESA JEJANGKIT TIMUR, KALIMANTAN SELATA Rony Riduan; Arif Dhiaksa
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 6, No 2 (2020): SEPTEMBER 2020
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v6i2.9253

Abstract

Desa Jejangkit Timur wilayahnya merupakan daerah Rawa. Di Desa Jejangkit Timur telah dibangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) secara swadaya yang mengolah air rawa menjadi air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja Instalasi Pengolahan Air SPAM Jejangkit Timur. Sebelumnya telah dilakukan kajian Kinerja terhadap SPAM tersebut, namun sebatas terhadap 6 parameter kualitas air (TDS, pH, Fe, Mn, MPN Coliform, dan E. Coli) dan aspek non teknis. Evaluasi kinerja pada penelitian ini ditinjau pada aspek teknis terkait dengan kuantitas air dan kualitas air yang diproduksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan parameter lebih lengkap. Metode yang digunakan adalah melalui studi literatur, uji laboratorium, dan observasi lapangan. Dari hasil kajian, diperoleh informasi bahwa kinerja IPA SPAM ditinjau dari aspek teknis parameter kuantitas air adalah mampu memenuhi kebutuhan pokok air minum pelanggan.  Kinerja IPA SPAM pada parameter kualitas air fisika dan kimia yang diuji telah sesuai dengan standar, namun pada parameter biologi belum sesuai. Rekomendasi untuk meningkatkan kinerja IPA SPAM antara lain adalah pemasangan alat pengukur debit, pembangunan unit pengolahan air baku, peningkatan sistem input bahan tambah, penambahan tutup IPA, pembangunan unit pengolahan limbah, dan pemeriksaan kualitas air secara berkala, Kata kunci: Air minum, rawa, sistem penyediaan air minum.  The village of Jejangkit Timur is located in the swamp area. A drinking water supply system (SPAM) has been developed independently by processing swamp water into clean water. This research was conducted to analyze and provide recommendations to improve  the performance of Water Treatment Plant (WTP) SPAM in Jejangkit Timur Village. Previously, a study of the performance of the SPAM was conducted, but limited to 6 water quality parameters (TDS, pH, Fe, Mn, MPN Coliform, and E. Coli) and non-technical aspects. Study of the performance is reviewed from technical aspects related to water quantity and quality of water produced by WTP with more complete parameters. The method used is through literature studies, laboratory tests, and field observations. From the results of the study, information was obtained that the performance of the SPAM in terms of the technical aspects of the water quantity parameter was able to meet the basic needs of drinking water for all customers. The performance of the SPAM on the physical and chemical water quality parameters tested were in accordance with the Drinking Water Quality Standards, but the biological parameters were not appropriate. recommendations to improve the performance of WTP SPAM include the installation of discharge gauges on input and output of WTP, construction of raw water treatment unit, improvement of input additive material input systems, addition of IPA cover, construction of residual waste treatment plant unit, and continuous water quality check records. Keywords: A drinking water supply system, drinking water, swamps.
EVALUASI TEKANAN JARINGAN DISTRIBUSI ZONA AIR MINUM PRIMA (ZAMP) PDAM INTAN BANJAR MENGGUNAKAN EPANET 2.0 Rony Riduan; Muhammad Firmansyah; Shelda Fadhilah
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 3, No 1 (2017): MARET 2017
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v3i1.3195

Abstract

PDAM Intan Banjar melakukan sebuah program untuk meningkatkan kualitas Air Minum yang disebut Zona Air Minum Prima (ZAMP). Dimana ZAMP adalah wilayah khusus yang jaringan distribusi terisolasi dan dirancang sebagai wilayah air siap minum. ZAMP merupakan wilayah yang diutamakan pelayanannya oleh PDAM Intan Banjar selama 24 jam. Tingkat kehilangan air ZAMP hingga April 2016 sebesar 31%, yang dimana  telah  melebihi standar tingkat kehilangan air minimum yaitu 20%. Beraasarkan data Hubungan Langganan, adanya pengaduan pelanggan masalah  pipa bocor dan masalah kurangnya tekanan pada jam puncak yang tercatat dari hasil data pressure recorder yang dipasang oleh pihak PDAM pada beberapa titik pantau ZAMP. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sistem jaringan distribusi air minum, kemudian mengevaluasi dan memetakan pola sebaran tekanan pada jaringan distribusi ZAMP serta membandingan hasil simulasi dengan kondisi eksisting. Berdasarkan hasil pengolahan data, jam puncak ZAMP terjadi pukul 07.00 dan jam terendah terjadi pada  pukul  04.00. Berdasarkan hasil simulasi Epanet 2.0, terdapat 3 node yang memiliki tekanan <10 m. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan elevasi, jarak yang semkin menjauhi sumber air, dan ketidaksesuaian dimensi pipa. Kata kunci: Epanet 2.0, sistem jaringan distribusi, tekanan, ZAMP. PDAM Intan Banjar has a program to improve the water quality, which is called as Zona Air Minum Prima (ZAMP), where ZAMP is a special isolated distribution network area designed as a potable water. ZAMP is an area served priority by PDAM Intan Banjar for 24 hours. ZAMP’s water loss rate in April 2016 was 31%, it exceeded the minimum standard rate of water loss, 20%. The existence of customer complaints about leaking pipes and lack of pressure at peak hours were recorded from pressure recorder data result that was set at some ZMAP critical points. The purpose of this study is to identify the system of water distribution networks, evaluate and map the distribution pattern of the pressure of water distribution networks, as well as to compare the simulation results with today’s condition. Besade on data processing result, ZAMP’s peak hour occurred at 07.00 and its lowest occurred at 04.00 o’clock. Based on Epanet 2.0’s simulation results, there existed 3 nodes that have pressure <10m. These can be due to the differences in elevation, increasing distance from the source water, and the mismatching in pipe dimensions. Keywords:, distribution network system, Epanet 2.0, pressure, ZAMP.
APLIKASI RAIN GARDEN UNTUK MEMPERINDAH DAN MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN KOTA THE APPLICATION OF RAIN GARDEN TO BEAUTIFY AND IMPROVE ENVIRONMENTAL QUALITY OF CITY Nova Annisa; Rony Riduan; Hafiizh Prasetia
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 2, No 2 (2016): SEPTEMBER 2016
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v2i2.2309

Abstract

Adanya pembangunan fasilitas umum seperti perumahan, jalan, dan fasilitas lainnya menyebabkan terjadi perubahan bentang alam dari yang alami menjadi serba kaku dan keras. Menyebabkan air hujan yang turun didaerah ini tidak terserap dan menjadi air limpasan yang akan mengganggu lingkungan sekitar. Salah satu cara untuk dapat mengelola air hujan tersebut dengan cara membangun rain garden di lokasi tersebut. Rain garden dibuat dengan cara yang sederhana dan tidak memerlukan adanya persiapan atau perlakukan khusus. Namun, keberadaan rain garden dapat memberikan keuntungan yang besar bagi manusia dan lingkungannya. Kata kunci: rain garden, mengelola air hujan, kualitas lingkungan The construction of public facilities such as housing, roads, and other facilities led to a change of the natural landscape becomes completely stiff and hard. Causing rain water that fell in this area is not absorbed and becomes water runoff that would disturb the neighborhood. One way to manage the rainwater by building a rain garden at the site. Rain garden made in a way that is simple and does not require any preparation or special treatment. However, the existence of a rain garden can provide great benefits for humans and the environment. Keywords: rain garden, managing rainwater, environmental quality 
8. MODEL RAIN GARDEN UNTUK PENANGGULANGAN LIMPASAN AIR HUJAN DI WILAYAH PERKOTAAN Nova Annisa; Rony Riduan; Hafiizh Prasetia
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 2, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v2i1.1056

Abstract

PEMETAAN INDEKS KENYAMANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU Garu Ujwala; Rijali Noor; Nova Annisa; Rony Riduan
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.214 KB) | DOI: 10.20527/jukung.v4i2.6588

Abstract

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru merupakan salah satu RTH dalam bentuk hutan kota yang juga menjadi ruang aktivitas publik. Sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sekaligus menjadi ruang aktivitas publik maka lingkungan di dalamnya harus dikondisikan senyaman mungkin karena nyamannya suatu RTH akan meningkatkan produktifitas orang di dalamnya.  Sebaran indeks kenyamanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru berada pada kriteria nyaman dan sebagian tidak nyaman dan hanya wilayah Perpustakaan cabang dan sebagian wilayah Fakultas Kedokteran yang memiliki kriteria indeks tidak nyaman. Persepsi responden mahasiswa dan civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru tentang tingkat kenyamanan adalah nyaman, kondisi suhu udara adalah agak panas, kondisi kelembaban udara adalah sedang, kondisi angin adalah sepoi-sepoi, dan kondisi penerimaan matahari adalah sedang. Kata kunci: Hutan Kota, Indeks Kenyamanan, Ruang Terbuka Hijau. ABSTRACTLambung Mangkurat Banjarbaru University is one of the Green Open Space in the form of urban forest which is also a space for public activities. As a Green Open Space which is also a space for public activities, the environment in it should be as comfortable as possible because the comfort of an Green Open Space will increase the productivity of people in it. Distribution of temperature humidity index of Lambung Mangkurat Banjarbaru University were on comfortable criteria and some were uncomfortable criteria and only Library area and some areas of Medical Faculty that have uncomfortable index criteria. The respondents perception of student and the academic community of Lambung Mangkurat Banjarbaru University about temperature humidity index is comfortable, the air temperature condition is rathert hot, the air humidity is medium, the wind condition is the breezy, and the condition of the sun reception is moderate.  Keywords: Green Open Space, Urban Forest, Temperature Humidity Index
PENGOPTIMALAN LUASAN LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETERSEDIAN AIR PADA DAERAH IRIGASI TAMPA KABUPATEN BARITO TIMUR Rony Riduan; Asmara Hadisaputro
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 7, No 2 (2021): SEPTEMBER 2021
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v7i2.11953

Abstract

Daerah Irigasi Tampa yang terletak di Kecamatan Paku, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan dengan luas baku sawah pada 2000 Ha, memiliki layanan jaringan irigasi sebesar 1.278 ha, Namun pada hanya terdapat 500 Ha yang dapat di manfaatkan untuk pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan serta kebutuhan air untuk pola tanam yang optimal. Penelitian ini memberikan solusi pola tanam yang optimal terhadap luasan lahan pertanian menggunakan sorfware bantu (weap, cropwat dan pomqm). Penelitian ini menggunakan beberapa perhitungan antara lain perhitungan curah hujan efektif, evapotranspirasi serta debit andalan. Selanjutnya dilakukan perhitungan ketersediaan air eksisting pada Daerah irigasi Tampa sesuai pola tanam yang ada. Tahapan selanjutnya dilakukan perhitungan kebutuhan air untuk pola tanam optimal. Hasil analisis ketersedian air dan kebutuhan air memberikan nilai debit maksimum 0,226 m3/dtk dan untuk debit minimum sebesar 0,154 m3/dtk dan kebutuhan air maksimum sebesar 9,684 mm/hr. Pengoptimalan dilakukan dengan 2 alternatif pola tata tanam dan menggunkan jenis tanaman padi unggul yakni alternatif pertama padi-padi-palawija dan alternatif ke dua padi-palawija-padi. Hasil perhitungan alternatif pertama adalah kebutuhan air maksimum sebesar 0,117 m3dtk dan kebutuhan minimum sebesar 0,003 m3/dtk. Untuk alternatif ke dua didapat kebutuhan air maksimum sebesar 0,146 m3/dtk dan kebutuhan minimum adalah sebesar 0,025 m3/dtk. Hasil pengoptimalan alternatif kedua didapat tanaman Padi 109 Hektar dan 111 hektar. Untuk Hasil Optimasi alternatif ke dua didapat 378,52 hektar padi dan 250,9 hektar tanaman palawija. Berdasarkan analisis diatas, alternatif pola tata tanam ke dua lebih optimal dalam memberikan produktifitas hasil tanaman dengan asumsi untuk padi unggul adalah 10 ton/ha dan palawija 2,3 ton/ ha maka didapat sebesar 3785,2 ton/ tahun untuk tanaman padi unggul dan 577,1 ton/ tahun untuk tanaman palawija. Kata kunci: irigasi tampa, kebutuhan air, ketersediaan air, pengoptimalan.  The Tampa Irrigation Area, which is located in Paku District, East Barito Regency, Kalimantan Province, with an area of 2000 Ha of raw rice fields, has an irrigation network service of 1,278 ha, however only 500 Ha can be utilized for agriculture. This study aims to analyze the availability and demand for water for optimal cropping patterns. This research provides optimal cropping pattern solutions for agricultural land area using auxiliary software (weap, cropwat and pomqm). This study uses several calculations including the calculation of effective rainfall, evapotranspiration and mainstay discharge. Furthermore, the calculation of the availability of existing water in the Tampa irrigation area is carried out according to the existing cropping pattern. The next step is to calculate the water requirement for optimal cropping patterns. The results of the analysis of water availability and water demand give a maximum discharge value of 0.226 m3/s and for a minimum discharge of 0.154 m3/s and a maximum water requirement of 9.684 mm/day. Optimization is done with 2 alternative cropping patterns and using superior types of rice plants, namely the first alternative is rice-rice-palawija and the second alternative is rice-palawija-rice. The result of the first alternative calculation is that the maximum water requirement is 0.117m3 s and the minimum requirement is 0.003 m3/s. For the second alternative, the maximum water requirement is 0.146 m3/s and the minimum requirement is 0.025 m3/s. The results of the second alternative optimization obtained rice plants of 109 hectares and 111 hectares. For the second alternative optimization results obtained 378.52 hectares of rice and 250.9 hectares of secondary crops. Based on the above analysis, the second alternative cropping pattern is more optimal in providing crop productivity with the assumption that for superior rice is 10 tons/ha and palawija 2.3 tons/ha, it is obtained 3785.2 tons/year for superior rice plants and 577 ,1 ton/year for secondary crops. Keywords: optimization, tampa irrigation, water availability, water demand.
EVALUASI DAN ANALISIS POLA SEBARAN SISA KLOR BEBAS PADA JARINGAN DISTRIBUSI IPA SUNGAI LULUT PDAM BANDARMASIH Elma Sofia; Rony Riduan
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 3, No 2 (2017): September 2017
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v3i2.4023

Abstract

ABSTRAK Disinfektan yang sering sekali digunakan adalah senyawa klor. Dari khlorinasi air mengakibatkan adanya residu dari klor. Residu klor terdapat dalam 2 bentuk yaitu residu klor terikat, dan residu klor bebas. Menurut Permenkes No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, keberadaan senyawa klor bebas dalam distribusi jaringan  yang diperbolehkan adalah 0,2 – 0,5 mg/l. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh letak posisi injeksi, dosis serta waktu injeksi klor terhadap sebaran sisa klor bebas , mengidentifikasi pola distribusi sebaran sisa klor selaras dengan persepsi masyarakat Sungai Lulut dan menyusun model yang dapat mempresentasikan simulasi lokasi,dosis dan waktu injeksi klor. Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis kuisioner dan simulasi dengan menggunakan software EPAnet. Analisis kuisioner menggunakan analisis diskriptif. Simulasi dilakukan beberapa kali dengan skenario yang berbeda-beda sehingga mendapatkan simulasi yang dapat mempresentasikan letak posisi injeksi, dosis serta waktu injeksi klor yang tepat. Dari hasil simulasi kondisi eksisting dapat disimpulkan bahwa letak injeksi klor berpengaruh terhadap sisa klor yang diterima pelanggan.Semakin jauh pelanggan dari letak injeksi klor semakin sedikit sisa klor yang didapat, begitupula dosis injeksi klor. Hasil persepsi masyarakat juga selaras dengan hasil sampling dimana saat pengambilan samping dirumah pelanggan yang jaraknya jauh dari tempat injeksi klor, terdapat keluhan-keluhan tantang air yang mereka terima.Untuk hasil simulasi yang tepat adalah penambahan injeksi dengan jarak 1464 m dari injeksi awal. Kata Kunci : Disinfektan, konsentrasi injeksi klor, sisa klor bebas, jarak distribusi air, waktu injeksi klor ABSTRACT A disinfectant that is often used is chlorine compound. From chlorination of water resulted in the presence of residue from chlorine. Chlorine residual contained in two forms, namely are bound chlorine residue and free chlorine residue. According to Minister of Health No.492/Menkes/PER/IV/2010 regarding terms quality of drinking water requirements, the presence of free chlorine in the distribution network that is allowed is 0.2-0.5 mg/l. This study aims to analyze the influence of position of injection, dose and time of chlorine injection on the distribution of free chlorine residual , identify the distribution patterns of chlorine residue in tune with perception of Sungai Lulut society and arrange a model that can present a location simulation, dose and time of chlorine injection.The research was conducted by analyzing the questionnaire and simulation using EPAnet software. Questionnaire analysis using descriptive analysis. The simulation was done in several times with different scenarios so get the simulation that can present the position of injection, dose and time of chlorine injection in appropriate.Based on the simulation results of the existing conditions, it can be conclude that the location of chlorine injection can affect the remaining chlorine received by customer. The further the customer from the location of chlorine injection, the less chlorine residual obtained,  as well as dose of chlorine injection. The results of society perceptions are also aligned with sampling results which when taking side of the customer house is far from where the injection of chlorine, there are complaints about water they receive. For proper simulation results is the addition of injection with a distance of 1464 m from initial injection. Keywords : Disinfectant, concentration of chlorine injection, free chlorine residue, distance of water distribution, time of chlorine injection. 
EVALUASI KEBERADAAN SISA KLOR BEBAS DI JARINGAN DISTRIBUSI IPA SUNGAI LULUT PDAM BANDARMASIH Elma Sofia; Rony Riduan; Chairul Abdi
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 1, No 1 (2015): September 2015
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.04 KB) | DOI: 10.20527/jukung.v1i1.1043

Abstract

ABSTRAK Disinfektan yang sering sekali digunakan adalah senyawa klor.Dari khlorinasi air mengakibatkan adanya residu dari klor.Residu klor terdapat dalam 2 bentuk yaitu residu klor terikat, dan residu klor bebas. Menurut Permenkes No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, keberadaan senyawa klor bebas dalam distribusi jaringan  yang diperbolehkan adalah 0,2 – 0,5 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengaruh konsentrasi injeksi klor terhadap sisa klor bebas di pelanggan dan pengaruh jarak distribusi pada sistem jaringan distribusi IPA Sungai Lulut PDAM Bandarmasih. Penelitian menggunakan  software EPANET 2.0 untuk mengetahui kondisi Eksisting serta simulasi  jaringan distribusi air PDAM Bandarmasih. Pada simulasi jika menggunakan injeksi konsentrasi klor di awal distribusi air sebesar 0,8 mg/l maka akan dihasilkan sisa klor yang memenuhi batas sisa klor yang diijinkan yaiu 0,2-0,5 mg/l namun itu hanya terjadi pada pelanggan yang dekat dengan reservoir. Untuk pelanggan yang jarak distribusi air cukup jauh dari reservoir sisa klor akan habis pada sistem jaringan sehingga sisa klor yang dihasilkan pada pelanggan yang jauh dari reservoir kurang dari 0,2 mg/l. Hal ini dapat berdampak negatif karena apabila sisa klor kurang dari 0,2 mg/l pada pelanggan maka bakteri patogen yang berada di dalam air masih tersisa. Sehingga dapat disimpulkan, sisa konsentrasi klor di jaringan distribusi bergantung pada injeksi konsentrasi klor di awal distribusi dan jarak distribusi air dari reservoir ke pelanggan.Semakin besar injeksi konsentrasi klor maka semakin besar pula sisa klor yang dihasilkan di air yang diterima oleh pelanggan.Semakin jauh jarak distribusi air dari reservoir ke pelanggan maka semakin kecil sisa klor yang sampai ke pelanggan.Kata kunci : konsentrasi injeksi klor, sisa klor bebas, jarak distribusi air
EVALUASI KINERJA RESERVOIR PADA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH IPA I PDAM BANDARMASIH Elma Sofia; Rony Riduan; Endrico Pratama
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 4, No 2 (2018): SEPTEMBER 2018
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.525 KB) | DOI: 10.20527/jukung.v4i2.6580

Abstract

Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sebagai pihak terkait.  Dengan sistem pengolahan dan sistem jaringan perpipaan yang ada, PDAM Bandarmasih diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang ada di kota Banjarmasin.  Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kinerja reservoir pada sistem distribusi perpipaan air bersih dari Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) sampai kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja reservoir PDAM Bandarmasih, khususnya kinerja reservoir S. Parman yang merupakan reservoir distribusi yang melayani distribusi air bersih ke zona 1 dan zona 4 wilayah layanan IPA (Instalasi Pengolahan Air) I PDAM Bandarmasih.  Pada penelitian ini digunakan perangkat lunak Epanet 2.0 sebagai alat bantu pemodelen hidrodinamika sistem distribusi air bersih.  Berdasarkan hasil simulasi dengan menggunakan Epanet 2.0, pada saat jam puncak 06.00 reservoir S. Parman mampu melayani kebutuhan air bersih masyarakat dan node terjauh mempunyai tekanan terendah 11,21 m dengan tinggi muka air terendah reservoir S. Parman terjadi pada jam 09.00 yaitu 0,75 m. Secara umum, reservoir masih mampu memenuhi kebutuhan air bersih pelanggan khususnya pada saat jam puncak. Kata kunci: Epanet, jaringan distribusi air bersih, PDAM, reservoir.   Clean water is a basic need for humans, requirement of clean water is considered important by the PDAM (Regional Water Company) as a related party. With the existing treatment system and piping network system, Bandarmasih PDAM is expected to be able to meet the community's clean water needs in Banjarmasin city. One of crucial things is the performance of reservoir in piped water distribution system from the Clean Water Treatment Plant.This study aims to evaluate the reservoir performance of the Bandarmasih PDAM, specifically the performance of S. Parman reservoir, which is a distribution reservoir that serves the distribution of clean water to zone 1 and zone 4 of the Water Treatment Plant (IPA) I PDAM Bandarmasih. In this study Epanet 2.0 software was used as a hydrodynamic modelling tool. Based on the simulation results, at peak hours 06.00 a.m. reservoir S. Parman is able to serve the community's clean water needs. The farthest node has the lowest pressure of 11.21 m, and the lowest water level of the reservoir S. Parman occurs at 09.00 a.m. which is 0.75 m. In general, the reservoir is still able to meet community's clean water needs, especially during peak hours. Keywords: reservoir, clean water distribution network, Epanet, PDAM
EVALUASI ELEVASI LANTAI SEKAT KANAL GOHONG NO. 9 DALAM MENAIKAN MUKA AIR TANAH MENGGUNAKAN PEMODELAN ALIRAN AIR TANAH Rony Riduan; Wahyu Candraqarina
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 6, No 2 (2020): SEPTEMBER 2020
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v6i2.9263

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh MAS terhadap tinggi MAT di sekitarnya. Selanjutnya dimodelkan dan disimulasi hingga memperoleh elevasi peletakan lantai sekat kanal yang tepat untuk menaikan MAT mencapai kedalaman rata-rata  ≤ 0,4 m dari permukaan tanah. Kajian dilakukan di area penelitian seluas 600m x 300m. Sekat kanal yang dimodelkan adalah sekat kanal no.9/Gohong, Desa Gohong, Kec. Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.  Gambut di lokasi penetian tergolong hemik. Angka pori berada pada angka 2,1 sd 7,7 cm3 dan porositas cukup besar yaitu antara  67 sampai 88%. Tanah tergolong bertekstur Lempung (Loam). Nilai permeabilitasnya adalah 2,76.10-4 cm/det atau setara dengan  23,85 cm/hari atau 0,994 cm/jam.  Analisa MAT berdasarkan data pengukuran 9 September 2019 menunjukan kedalaman elevasi MAT lebih dari 0,4 m dari permukaan lahan. Elevasi sekat terlalu rendah sehingga tidak banyak air yang tertahan di saluran. Untuk mengefektifkan fungsi sekat yang sudah terpasang lantai sekat perlu dinaikan. Perbaikan peletakan lantai sekat kanal dengan pemodelan menggunakan aplikasi Hydrus 2D. Dari simulasi diperoleh informasi bahwa dengan memasukan nilai pressure head  sebesar 98 cm akan terjadi pengaruh pressure head di rentang ketinggian 89,40 sampai dengan 7,15 cm artinya kedalaman MAT ≤ 0,4 m dari permukaan tanah dapat dicapai.  Saran dari penelitian ini adalah, untuk menaikan MAT agar kedalaman rata-ratanya berada pada kedalaman ≤ 0,4 m dari permukaan tanah, maka lantai sekat kanal yang semula berada pada elevasi z=48.856 perlu dinaikan ke z=49.416. Sehingga pada saluran yang awalnya hanya tergenang setinggi 42 cm akan memiliki genangan 98 cm terjadi kenaikan MAS sebesar 56 cm. Kata Kunci: Gambut, mas, mat, sekat kanal.  This research was conducted to analyze the influence of CWL  on peat GWL. Furthermore, a model simulation will be made to get the appropriate elevation of the canal blocking floor that can raise the GWL to reach average depth ≤ 0,4 m from land surface. The study was conducted in a research area of 600m x 300m. The canal block is modeled by canal no.9 / Gohong, in Gohong Village, Jabiren Raya District, Pulang Pisau Regency, Central Kalimantan Province.  Peat was classified as hemic. The pore number is in the range of 2.1 to 7.7 cm3 and the porosity is quite large, between 67 to 88%. The soil at the study site is classified as Clay Textured (Loam). The permeability value is ,76.10-4 cm/det or equal to 23,85 cm/day atau 0,994 cm/hour.  GWL analysis based on measurement data 9 September 2019 shows the depth of elevation GWL is more than 0.4 m from the surface of the land. Elevation of canal blocking is too low so there is not much water retained in the channel, the floor needs to be increased by modeling using Hydrus 2D. From the simulation it is known that by entering a pressure head value of 98cm, pressure head effect will occur in the height range of 89.40 to 7.15 cm meaning that a depth of MAT ≤ 0.4 m from the ground surface can be achieved.  the recommendation is, to raise the GWL to reach an average GWL at a depth of ≤ 0.4 m from the ground surface, the floor of canal blocking that installed at  the elevation  z = 48,856 needs to be increased to z = 49,416 . So the channel which was originally only flooded as high as 42 cm will have a pool of 98 cm, there will be an increase in the CWL by 56 cm. Keywords: Canal blocking, cwl, gwl, peat