Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

ISOLASI DNA GENOM DAN IDENTIFIKASI KEKERABATAN GENETIK NANAS MENGGUNAKAN RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLIMORFIC DNA) Murtiyaningsih, Hidayah
AGRITROP Vol 15, No 1 (2017): Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.181 KB) | DOI: 10.32528/agr.v15i1.795

Abstract

Beberapa   jenis   nanas   lokal   di   Indonesia   umumnya   diberi   nama berdasarkan nama daerah atau lokasi, sehingga klon yang secara genetik sama kemungkinan dapat berbeda namanya. Dengan demikian identifikasi nanas berdasarkan marka biokimia maupun molekuler sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan  memperoleh  informasi  mengenai  teknik  isolasi  DNA  daun  nanas dengan metode CTAB dan kekerabatan genetik nanas lokal dengan metode yang lebih  valid  yaitu  dengan  RAPD  (Random  Amplified  Polimorfic  DNA).  Hasil isolasi DNA daun nanas  menggunakan metode CTAB menunjukkan kemurnian yang bagus yaitu diantara 1,8 – 1,9. Hasil analisis RAPD dan dendogram menunjukkan bahwa kisaran kekerabatan antara kedua kelompok nanas tersebut berkisar antara 0.95 - 1.00. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman antara ketiga jenis  nanas  kode  1,  2  dan  4  sangat  rendah  meskipun  memiliki  fenotip  yang berbeda. Kata Kunci: RAPD, Kekerabatan Genetik, Nanas, Ananas sp.
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM SELULASE PADA BAKTERI SELULOLITIK ASAL TANAH SAMPAH Murtiyaningsih, Hidayah; Hazmi, Muhammad
AGRITROP Vol 15, No 2 (2017): Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.454 KB) | DOI: 10.32528/agr.v15i2.1185

Abstract

Bakteri selulolitik merupakan bakteri penghasil enzim selulase yang mampu mendegradasi substrat selulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri selulolitik asal tanah sampah, melakukan karakterisasi morfologi serta mengukur aktivitas enzim selulase ekstrak kasar pada bakteri selulolitikyang diisolasi pada salah satu tanah sampah di dramaga Bogor. Isolasi bakteri selulolitik dilakukan dengan menggunakan media selektif Carboxy Methyl Cellulose 1% (CMC 1%) dengan metode spread plate. Karakterisasi dilakukan dengan cara menumbuhkan isolat murni terpilih pada media CMC 1% selanjutnya ditetesi congo red 0,1% untuk menguji potensi selulolitiknya (potensi selulolitik ditandai dengan munculnya zona bening di sekitar koloni). Hasil isolasi bakteri diperoleh 4 isolat yang berpotensi mendegradasi selulosa. Indeks aktivitas selulolitik paling besar dimiliki isolat 10.1 yaitu 0.875. Uji secara kuantitatif dengan metode spektrofotometri DNS menunjukkan bahwa aktivitas enzim tertinggi terjadi pada masa inkubasi hari ke-9.
Pengukuran Indole- 3-Acetic Acid (IAA) pada Bacillus sp dengan Penambahan L-Tryptopan Astriani, Meli; Murtiyaningsih, Hidayah
BIOEDUSCIENCE Vol 2 No 2 (2018): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.055 KB) | DOI: 10.29405/j.bes/22116-1212233

Abstract

Background: Indole acetic acid (IAA) is a plant growth hormone that has an important role for stimulation growth of plants. The exogenous IAA produced by bacteria is able to accelerate the plant growth in improving process of root differentiation to form root hairs. Rhizosphere bacteria mostly known as a producer of IAA. Bacillus sp is one of rhizosphere bacteria on plants. The aim of this study was to determine IAA content from Bacillus sp by measuring the levels of IAA using colorimetric method. Methods: Stages of this study are as follows: recultures of testing isolates, manufactures IAA standard curve and measures levels of IAA which reacted to Salkowsky reagent. Results: Results showed that IAA content of Bacillus sp which were obtained by adding L- tryptophan was 39.92 ppm. Conclusions: IAA content which produced by Bacillus sp is high enough to be applied as a plant growth promoter bacteria (PGPR).
Efektifitas Madu Sebagai Substituen Media Induksi Kalus Sorgum (Sorghum bicolor) Secara In Vitro Laras Sekar Arum; Levinia Wuri Safitri; Hidayah Murtiyaningsih; Muhammad Hazmi
Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Winaya Mukti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35138/paspalum.v10i1.377

Abstract

Sorghum is one of the five most important cereal crops  in the world, due to its multi-beneficial usages and wide adaptability, so it has the high potential to be developed. One of the current efforts to develop sorghum is through a modern technique, molecular-based. Thus, in vitro culture is an indispensable basic technique, especially in the callus formation process. In addition to commercial synthetic chemicals, various organic materials found in nature have the potential to be used as PGR in initiating callus formation, one of which is honey. This study aims to obtain the optimum concentration of honey as a substituent of sorghum callus induction medium. The research design used a completely randomized design with one factor (honey concentration), which consisted of 5 dffrent levels (0, 5, 15, 25 and 35 gL-1). Observation variables consisted of callus formed (hsi), percentage of callus formation (%) and callus morphology. Data were analyzed using the F variance test and DMRT test at the 5% level. The test results of this study indicate that the two variables are significantly different. The fastest callus formation was in the M0 medium (0 gL-1.), while in the percentage of callus formation. The best results were in the M4 honey treatment (35 gL-1) of 77.78%. Thus it can be seen that the administration of honey as a substituent of in vitro culture media can help increase the success of sorghum callus formation.
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM SELULASE PADA BAKTERI SELULOLITIK ASAL TANAH SAMPAH Hidayah Murtiyaningsih; Muhammad Hazmi
AGRITROP Vol 15, No 2 (2017): Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agr.v15i2.1185

Abstract

Bakteri selulolitik merupakan bakteri penghasil enzim selulase yang mampu mendegradasi substrat selulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri selulolitik asal tanah sampah, melakukan karakterisasi morfologi serta mengukur aktivitas enzim selulase ekstrak kasar pada bakteri selulolitikyang diisolasi pada salah satu tanah sampah di dramaga Bogor. Isolasi bakteri selulolitik dilakukan dengan menggunakan media selektif Carboxy Methyl Cellulose 1% (CMC 1%) dengan metode spread plate. Karakterisasi dilakukan dengan cara menumbuhkan isolat murni terpilih pada media CMC 1% selanjutnya ditetesi congo red 0,1% untuk menguji potensi selulolitiknya (potensi selulolitik ditandai dengan munculnya zona bening di sekitar koloni). Hasil isolasi bakteri diperoleh 4 isolat yang berpotensi mendegradasi selulosa. Indeks aktivitas selulolitik paling besar dimiliki isolat 10.1 yaitu 0.875. Uji secara kuantitatif dengan metode spektrofotometri DNS menunjukkan bahwa aktivitas enzim tertinggi terjadi pada masa inkubasi hari ke-9.
ISOLASI DNA GENOM DAN IDENTIFIKASI KEKERABATAN GENETIK NANAS MENGGUNAKAN RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLIMORFIC DNA) Hidayah Murtiyaningsih
AGRITROP Vol 15, No 1 (2017): Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agr.v15i1.795

Abstract

Beberapa   jenis   nanas   lokal   di   Indonesia   umumnya   diberi   nama berdasarkan nama daerah atau lokasi, sehingga klon yang secara genetik sama kemungkinan dapat berbeda namanya. Dengan demikian identifikasi nanas berdasarkan marka biokimia maupun molekuler sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan  memperoleh  informasi  mengenai  teknik  isolasi  DNA  daun  nanas dengan metode CTAB dan kekerabatan genetik nanas lokal dengan metode yang lebih  valid  yaitu  dengan  RAPD  (Random  Amplified  Polimorfic  DNA).  Hasil isolasi DNA daun nanas  menggunakan metode CTAB menunjukkan kemurnian yang bagus yaitu diantara 1,8 – 1,9. Hasil analisis RAPD dan dendogram menunjukkan bahwa kisaran kekerabatan antara kedua kelompok nanas tersebut berkisar antara 0.95 - 1.00. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman antara ketiga jenis  nanas  kode  1,  2  dan  4  sangat  rendah  meskipun  memiliki  fenotip  yang berbeda. Kata Kunci: RAPD, Kekerabatan Genetik, Nanas, Ananas sp.
Pengukuran Indole- 3-Acetic Acid (IAA) pada Bacillus sp dengan Penambahan L-Tryptopan Meli Astriani; Hidayah Murtiyaningsih
BIOEDUSCIENCE Vol 2 No 2 (2018): BIOEDUSCIENCE
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.055 KB) | DOI: 10.29405/j.bes/22116-1212233

Abstract

Background: Asam indol asetat (IAA) merupakan salah satu hormon pertumbuhan tanaman yang berperan penting dalam menstimulasi pertumbuhan tanaman. Peran IAA yang diproduksi eksogen dari bakteri mampu mempercepat pertumbuhan tanaman dalam memacu proses diferensiasi pada akar dalam membentuk rambut akar. Bakteri rizosfer kebanyakan sebagai penghasil IAA. Bacillus sp. merupakan salah satu bakteri rizosfer dari tanaman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan IAA dari Bacillus sp. dengan melakukan pengukuran kadar IAA menggunakan metode kolorimetri Metode: Tahapan penelitian meliputi peremajaan isolat uji, pembuatan kurva standar IAA dan mengukur kadar IAA dengan direaksikan menggunakan reagen Salkowsky. Hasil: Hasil dari penelitian ini diperoleh kandungan IAA dari kultur Bacillus sp. yang ditambahkan L-triptofan yaitu sebesar 39,92ppm. Kesimpulan: Kandungan IAA yang dihasilkan Bacillus sp. tergolong cukup tinggi untuk dapat diaplikasikan sebagai bakteri pemacu pertumbuhan tanaman (PGPR).
Regenerasi Sorgum (Sorghum bicolor) melalui Kultur In Vitro Mega Silvia; Muhammad Hazmi; Hidayah Murtiyaningsih; Laras S Arum
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2021.17.1.68

Abstract

Sorghum has great potential to be developed as a food source in Indonesia. This study aims to regenerate sweet sorghum in vitro, by adding coconut water and garlic powder to tissue culture. The experiment used a completely randomized design with two treatment factors, and with 2 replications. The first factor was the concentration of coconut water (A), consisting of: A0 (0 mL/L), A1 (50 mL/L), A2 (100 mL/L), A3 (150 mL/L), and A4 (200 mL/L). The second factor was the concentration of garlic powder (B), consisting of : B0 (0 g/L), B1 (10 g/L), B2 (20 g/L), B3 (30 g/L), and B4 (40 g/L). Data were analysis by the analysis of variance wth the F test and DMRT follow-up test at a 0,05 level. The results of the F test showed that the variables of the time of shoot emergence, shoot height at the age of 3, 12, 15, and 18 days after initiation (DAI) were not significantly affected by treatments A, B, and their interaction (A×B), also the percentage of shoot emergence in treatments A, B, and shoot height in treatments B. Variables of shoot number and shoot height at 6 DAI were affected by treatments A, B, and A×B, also the percentage of shoot emergence in treatment A, and shoot height 9 DAI in treatments A and B. DMRT test results showed that the A4 treatment gave the best results on shoot percentage, shoot height at 6 and 9 DAI, and treatment B2 on shoot number. The addition of 200 mL/L coconut water increased shoot height and 20 g/l garlic powder increased the number of shoots in this study. Keywords: coconut water, concentration, garlic, in vitro regeneration, sorghum. ABSTRAK Sorgum memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai sumber pangan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meregenerasi sorgum manis secara in vitro, dari kultur jaringan. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor perlakuan, dan dengan 2 ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi air kelapa (A), terdiri dari: A0 (0 mL/L), A1 (50 mL/L), A2 (100 mL/L), A3 (150 mL/L), dan A4 (200 mL/L). Faktor kedua adalah konsentrasi bubuk bawang putih (B), terdiri B0 (0 g/L), B1 (10 g/L), B2 (20 g/L), B3 (30 g/L), dan B4 (40 g/L). Data dianalisis dengan analisis ragan dengan uji F dan uji lanjut DMRT pada taraf 0,05. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel saat munculnya tunas, tinggi tunas pada umur 3, 12, 15, dan 18 hari setelah inisiasi (HSI) tidak nyata dipengaruhi oleh perlakuan A, B, maupun interaksinya (A×B), demikian juga persentase munculnya tunas pada perlakuan A, B, serta tinggi tunas pada perlakuan B. Variabel-variabel jumlah tunas, tinggi tunas 6 HSI dipengaruh secara nyata oleh perlakuan A, B, maupun A×B, demikian juga persentase munculnya tunas pada perlakuan A, serta tinggi tunas 9 HSI pada perlakuan A dan B. Hasil uji DMRT menunjukkan bahwa perlakuan A4 memberikan hasil terbaik pada persentase tunas, tinggi tunas 6 dan 9 HSI, serta faktor B2 pada jumlah tunas. Penambahan air kelapa 200 mL/L meningkatkan tinggi tunas dan 20 g/L bubuk bawang putih meningkatkan jumlah tunas pada penelitian ini. Kata kunci: air kelapa, bawang putih, konsentrasi, regenerasi in vitro, sorgum
Pemanfaatan Jamur Entomopatogen Metarhizium anisopliae (Metsch) Sebagai Bioinsektisida Dalam Mengendalikan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp) Pada Kakao (Theobroma cacao L) M. Luthfi Ryzaldi; Oktarina Oktarina; Hidayah Murtiyaningsih; Hudaini Hasbi; Gracia Melsiana Aldini
Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Eksakta Vol. 2 No. 1 (2022): September
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/trilogi.v2i1.39

Abstract

Helopeltis spp merupakan salah satu hama pada kakao yang dapat menyebabkan penurunan produksi pada budidaya kakao. Pengendalian hama ini masih banyak menggunakan pestisida kimiawi, efek dari Penggunaan pestisida berbahan aktif kimiawi sulit terdegradasi menyebabkan berbagai dampak negatif bagi lingkungan seperti hilangnya keragaman hayati, dan berdampak pada hama sasaran yaitu memiliki ketahanan terhadap insektisida (resisten). Untuk itu diperlukan pengendalian yang ramah lingkungan dan aman. Salah satu penggunaan agensia hayati seperti jamur M.anisopliae, yang masih perlu untuk diteliti. Tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui larutan bioinsektisida dari jamur Metarhizium anisoplae dapat mengurangi aktivitas makan hama Helopeltis pada buah kakao (Theobroma cacao L) dan Mengetahui efektivitas dari berbagai konsentrasi bioinsektisida dari jamur Metarhizium anisopliae terhadap mortalitas hama Helopeltis pada buah kakao (Theobroma cacao L ). Penelitian ini bertempat di Laboratorium Proteksi Tanaman (Puslitkoka). Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial yang terdiri dari 6 perlakuan. Setiap unit percobaan terdiri dari 10 ekor instar V sampai Imago Helopeltis spp. Perlakuan terdiri dari K0 (control), K1 (10 g/L), K2 (15g/L), K3 (20 g/L), K4 (25 g/L), dan K5 (1 ml/L) kimiawi sebagai pembanding. Data yang diperoleh di analisis ragamnya (anova) dan di uji lanjut menggunakan BNJ 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bioinsektisida jamur M.anisopliae berpengaruh terhadap peningkatan mortalitas hama Helopeltis spp pada konsentrasi (25 g/L) dengan tingkat mortalitas 97,5 % Bioinsektisida jamur M.anisopliae berpengaruh terhadap penurunan aktivitas makan hama Helopeltis spp terdapat pada konsentrasi (25 g/L) dengan jumlah 140,5 tusukan
Efektifitas Pestisida Nabati Ekstrak Daun Pepaya Dan Kenikir Terhadap Intensitas Serangan Ulat Grayak (Spodoptera litura)vDan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Galuh Widya Nanda; Oktarina Oktarina; Hidayah Murtiyaningsih
National Multidisciplinary Sciences Vol. 1 No. 2 (2022): Proceeding SEMARTANI 1
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.145 KB) | DOI: 10.32528/nms.v1i2.73

Abstract

Sawi hijau (Brassica juncea L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Salah satu masalah berat bagi petani tanaman sawi (Brassica juncea L.) adalah serangan hama. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) memiliki beberapa cara, salah satunya adalah menggunakan pestisida nabati. Daun pepaya (Carica papaya) dan kenikir (Cosmos caudatus) merupakan salah satu bahan alam yang dapat dijadikan pestisida nabati. Tujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi ekstrak daun pepaya dan daun kenikir terhadap tingkat intensitas serangan Spodoptera litura dan hasil tanaman sawi. Serta interaksi perlakuan jenis dan konsentrasi ekstrak pestisida nabati yang paling efektif terhadap intensitas serangan hama Spodoptera litura dan hasil tanaman sawi. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Universitas Muhammadiyah Jember Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juli sampai September 2021 dengan ketinggian 89 mdpl. Rancangan yang digunakan RAK faktorial dengan 3 kali ulangan meliputi: faktor pertama jenis ekstrak: D1: Ekstrak Daun Pepaya, D2: Ekstrak Daun Kenikir, D3: Ekstrak Daun Papaya Dan Kenikir, faktor kedua konsentrasi ekstrak: K1: 20%, K2: 40%, K3: 60%. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Pemberian perlakuan jenis ekstrak pestisida nabati daun pepaya dan kenikir berpengaruh terhadap intensitas serangan dan hasil tanaman sawi, perlakuan D3 (ekstrak daun pepaya dan kenikir) memiliki efektifitas terbaik terhadap intensitas serangan hama dan hasil tanaman sawi. Sedangkan konsentrasi ekstrak pestisida nabati daun pepaya dan kenikir berpengaruh terhadap intensitas dan hasil tanaman sawi, perlakuan K3 (60%) memiliki efektifitas terbaik terhadap intensitas serangan hama hasil tanaman sawi. Interaksi jenis dan konsentrasi ekstrak tidak berpengaruh terhadap intensitas serangan hama. Namun, berpengaruh terhadap hasil tanaman sawi dan perlakuan D1K3 (ekstrak daun pepaya 60%) merupakan perlakuan dengan efektifitas terbaik terhadap hasil tanaman sawi.