Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Intersepsi Radiasi Matahari Tanaman Kedelai (Glycine Max L.) Pada Berbagai Cekaman Kekeringan Andi Safitri Sacita
Perbal : Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v7i1.1218

Abstract

Abstrak Kedelai merupakan salah satu komoditi yang banyak dibutuhkan untuk produksi bahan pangan dalam negeri. Potensi lahan untuk pengembangan kedelai cukup luas namun sangat rentan terhadap kekeringan utamanya pada saat musim kemarau. Terjadinya perubahan iklim semakin memperparah dampak kekeringan pada suatu wilayah. Salah satu alternatif untuk menghasilkan produksi kedelai pada kondisi lahan kering yaitu menanam varietas yang toleran terhadap cekaman kekeringan. Pada kondisi tercekam tanaman akan melakukan mekanisme adaptasi seperti modifikasi tajuk tanaman untuk mencegah kehilangan air yang besar melalui transpirasi. Bersamaan dengan itu, radiasi matahari yang diintersepsi oleh tanaman juga mengalami penurunan sebab radiasi matahari diintersepsi oleh tajuk tanaman. Kurangnya radiasi yang diintersepsi oleh tajuk menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada tanaman. Dengan demikian, tanaman yang mengalami cekaman kekeringan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perlakuan cekaman kekeringan memberikan dampak yang signifikan terhadap kemampuan tanaman mengintersepsi radiasi matahari. Banyaknya radiasi yang diintersepsi menurun seiring dengan meningkatnya cekaman. Hal ini juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Kata kunci : cekaman kekeringan, intersepsi radiasi, kedelai
TINGKAT SERANGAN HAMA Helopeltis spp DAN PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) PADA BEBERAPA DOSIS PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO Andi Safitri Sacita; Muhammad Naim
Perbal : Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol 9, No 3 (2021): PERBAL : Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.382 KB) | DOI: 10.30605/perbal.v9i3.1593

Abstract

Kakao merupakan salah satu komoditi unggulan di Indonesia yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian. Namun produksi kakao terus mengalami penurunan, salah satunya disebabkan oleh tingkat serangan hama yang cukup tinggi. Salah satu solusi yaitu mewujudkan budidaya tanaman sehat melalui pemupukan berimbang dan tepat dosis agar tanaman memiliki ketahanan terhadap serangan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemupukan terhadap tingkat serangan hama Helopeltis spp. dan Penggerek Buah Kakao (PBK). Penelitian ini dilaksanakan  di Lahan Perkebunan Kakao Kab. Luwu Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2019 – Juli 2020. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan yaitu kontrol, perlakuan dosis pupuk NPK 300 gram/pohon dan perlakuan dosis pupuk NPK 500 gram/pohon. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf α 5%, dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang nyata antara perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perlakuan pupuk NPK 500 gram membuat tanaman lebih tahan terhadap serangan hama sehingga intensitas serangan hama Helopeltis spp. dan Penggerek Buah Kakao lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya.
Sosialisasi Pemanfaatan Limbah Ampas Sagu dengan Kombinasi Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Organik Padat (Bokashi) Pada Tanaman Hortikultura Andi Safitri Sacita
Abdimas Langkanae Vol. 1 No. 1 (2021)
Publisher : Pustaka Digital Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.186 KB)

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul “Sosialisasi Pemanfaatan Limbah Ampas Sagu dengan Kombinasi Kotoran Sapi sebagai Pupuk Organik Padat (Bokashi) pada Tanaman Hortikultura” dilaksanakan pada tanggal 22 - 24 Desember 2019 yang bertempatkan di Rukun Warga (RW) Tondok Alla, Kecamatan Telluwanua, Kota Palopo dengan jumlah peserta sebanyak 50 orang kelompok tani Rukun Warga (RW) Tondok Alla. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi mengenai resiko dan akibat pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh penumpukan limbah ampas sagu dan kotoran sapi yang belum dikelolah dengan baik, teknik-teknik dasar pembuatan pupuk organik padat (bokashi) dari limbah, manfaat dan kelebihan pupuk organik padat limbah ampas sagu dan kotoran sapi dibandingkan pupuk sintetik, dan cara pengaplikasian pupuk bokashi limbah ampas sagu dan kotoran sapi pada tanaman hortikultura.
Penyuluhan dan Pelatihan Pembuatan Olahan Minuman Sirup Jahe Merah Dalam Meningkatkan Sistem Imun di Masa Pandemi Covid-19 di Kecamatan Mungkajang Kota Palopo Erni Firdamayanti; Andi Safitri Sacita; Marlia Muklim
Abdimas Langkanae Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Pustaka Digital Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.681 KB) | DOI: 10.53769/jpm.v2i1.47

Abstract

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya kelompok tani terkait pemanfatatan tanaman jahe merah menjadi minuman sirup jahe merah. Komponen yang terlibat pada kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah Kelompok Wanita Tani di Kecamatan Mungkajang Kota Palopo yang diikuti sebanyak 6 peserta. Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Mungkajang pada tanggal 14-15 Desember 2020 pukul 09.00 WITA sampai selesai. Tahap pelaksanaan ini dimulai dengan sosialisasi mengenai potensi tanaman jahe merah dalam mempertahankan dan meningkatkan sistem imun dalam menghadapi masa pandemic covid-19 serta dilanjutkan dengan Pelatihan pembuatan minuman sirup jahe merah sebagai salah satu alternatife minuman praktis dimasa Pandemi. Selama kegiatan berlangsung dilakukan pula interaksi dengan mengajukan Tanya jawab terhadap peserta maupun sebaliknya, antusias peserta selama kegiatan cukup tinggi
Training Pembuatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Bagi Petani Dalam Mengamankan dan Meningkatkan Produksi Tanaman Padi di Desa Bassiang Kec. Ponrang Selatan Kab. Luwu Andi Safitri Sacita; Erni Firdamayanti
Abdimas Langkanae Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Pustaka Digital Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/jpm.v2i1.63

Abstract

Tanaman padi merupakan penghasil beras yang permintaannya terus meningkat tiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Namun produksi padi terus saja mengalami penurunan akibat kekurangan nutrisi, serangan hama dan penyakit, dan teknik budidaya yang kurang tepat. Terjadinya perubahan iklim turut memperparah tingkat serangan hama dan penyakit pada tanaman padi. Kekurangan nutrisi juga dapat memicu kerentanan tanaman terhadap serangan OPT sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan yang mampu menekan serangan hama dan penyakit, serta mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. PGPR merupakan bakteri yang diisolasi pada area perakaran yang dianggap mampu untuk menekan serangan hama dan penyakit serta mampu memenuhi kebutuhan nutrisi pada tanaman akibat adanya kandungan berbagai mikroorganisme menguntungkan yang dapat bertindak sebagai pengendali hama, pengendali mikroba penyebab penyakit serta memiliki mikroorganisme yang mampu mensuplai nutrisi untuk tanaman budidaya. Sehingga aplikasi PGPR dapat menjadi salah satu solusi pengamanan dan peningkatan produksi pada tanaman padi yang murah dan ramah lingkungan khususnya pada kondisi perubahan iklim seperti yang dirasakan sekarang ini. Kegiatan sosialisasi dan training pembuatan PGPR ini dilaksanakan di Desa Bassiang Kecamatan Ponrang Selatan Kabupaten Luwu. Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 23 – 24 Agustus 2021. Kegiatan yang dilakukan meliputi sosialisasi peran PGPR bagi tanaman serta pelatihan pembuatan PGPR kepada kelompok tani yang ada di Desa Bassiang. Desa Bassiang dipilih menjadi wilayah sosialisasi karena merupakan salah satu wilayah yang memiliki areal pertanaman padi terluas di Kabupaten Luwu. Hasil dari kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan petani terkait pertanian ramah lingkungan serta mampu membuat PGPR dan mengaplikasikan pada lahan sawah masing-masing agar produksi tanaman padi dapat tetap terjaga bahkan ditingkatkan.
Respons Pertumbuhan Tanaman Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.) Terhadap Pemberian Monosodium Glutamate (MSG) pada Media Sabut Kelapa: Growth Response of Dendrobium Orchid (Dendrobium sp.) to Monosodium Glumatate (MSG) Giving on Coconut Fiber Media Nurfadillah To Kau; Suhaeni Suhaeni; Andi Safitri Sacita
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 10 No. 3 (2022): PERBAL: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.839 KB) | DOI: 10.30605/perbal.v10i3.2112

Abstract

Anggrek dendrobium merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki daya tarik dan paling banyak diminati masyarakat diantara jenis anggrek lainnya. Sementara itu, anggrek ini merupakan tanaman dengan pertumbuhan yang cukup lambat, namun permintaan terus menerus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan tanaman anggrek yang lambat dapat dipacu dengan aplikasi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh serta konsentrasi terbaik dari pemberian Monosodium Glutamate (MSG) sebagai Zat Pengatur Tumbuh pada media sabut kelapa yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman anggrek dendrobium. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Anggrek Fakultas Pertanian UNCP pada Bulan Maret – Mei tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga dalam penelitian ini terdapat 12 unit percobaan. Adapun perlakuan yang diberikan yaitu, P0 : Tanpa perlakuan, P1 : MSG 7,5 gram/liter air, P2 : MSG 10 gram/liter air, P3 : MSG 12,5 gram/liter air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan MSG memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan tanaman anggrek dendrobium. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh P3 dengan rata-rata tinggi tanaman 16,20 cm, rata-rata jumlah daun 17,67 helai, dan rata-rata jumlah anakan 4. Dendrobium orchids are one of the most attractive types of orchids and are in great demand by the public among other types of orchids. Meanwhile, this orchid is a plant with a fairly slow growth, but the demand continues to increase every year. The slow growth of orchid plants can be stimulated by the application of Growth Regulators (ZPT). This study aims to determine the effect and the best concentration of monosodium glutamate (MSG) as a growth regulator on coconut fiber media which can stimulate the growth of dendrobium orchids. This research was conducted at the Orchid Farm, Faculty of Agriculture, UNCP in March – May 2022. This study used a Randomized Block Design (RAK) method with 4 treatments and 3 replications so that in this study there were 12 experimental units. The treatments given were, P0: No treatment, P1: MSG 7.5 grams/liter of water, P2: MSG 10 grams/liter of water, P3: MSG 12.5 grams/liter of water. The results showed that the MSG treatment gave significantly different effects on plant height, number of leaves, and number of tillers of dendrobium orchids. The best treatment was shown by P3 with an average height plant 16.20 cm, an average number of leaves 17.67, and an average number of tillers 4.
Soybean Adaptation to Water Stress on Vegetative and Generative Phases Andi Safitri Sacita; Tania June; I. Impron
Agrotech Journal Vol 3, No 2 (2018): Agrotech Journal (ATJ)
Publisher : Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31327/atj.v3i2.843

Abstract

Soybean is rich in protein and is one of the main sources of vegetable protein which essential in enhancing public nutrition. Climate change is the main trigger of the occurance of extreme weather events makes plants become more vulnerable to drought. Drought stress significantly affect the decline in soybean production, especially when it occurs during the reproductive phase. This research aimed to identify the response of soybean  to water stress as a reference for determining the adaptive and tolerant varieties. The research was arranged in split-split plot design, with main plot was varieties (Dering and Argomulyo), the development phase (vegetative and  generative phases) as the subplot, and water stress in the form of irrigation intervals (2, 5, and 10 days) as the sub-sub plots. The results showed that water stress during the vegetative phase has not statistically significant effect on soybean production. Soybean crop adapted  to water stress by reducing the number of leaves, the leaf area, stomatal openings, as well as doing motion response by folding leaves. This crop adaptation mechanisms affecting the formation of dry matter quantity, seeds yield, water use efficiency, and radiation use efficiency
Growth and Production Responses of Cabbage (Brassica oleracea L.) after Various Bat Guano Fertilizer Application Doses in Lowlands Rahman Hairuddin; Andi Safitri Sacita*; Oktafianus Toricelin
Agrotech Journal Vol 8, No 1 (2023): Agrotech Journal
Publisher : Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31327/atj.v8i1.1989

Abstract

Cabbage is a popular horticultural commodity in the community with great potential development in highlands and lowlands. Nutrient fulfillment is a factor that supports optimal cabbage growth and production. This study aimed to determine the effect of different bat guano fertilizer doses on the growth and production of cabbage in lowlands. The cabbage type used was a suitable variety at lowlands called Grand 22. This study was performed in the experimental land of the Faculty of Agriculture, UNCP at 2 masl on September – December, 2021, through a randomized group design with six treatments and four replications. The treatments included: P0 = Control (without bat guano treatment), P1 = 30 g of bat guano per crop, P2 = 60 g of bat guano per crop, P3 = 90 g of bat guano per crop, P4 = 120 g of bat guano per crop, and P5 = 150 g of bat guano per crop. The results indicate that bat guano significantly affects all observed parameters. The 150 g of bat guano per crop provides the best effect on the cabbage height (27.75 cm), leaf width (27 cm), crop-forming age (36.5 days), and crop weight (1106.5 g). 
Identifikasi Keberadaan Patogen Phytophtora sp. Menjadi Langkah Awal Seleksi Pohon Alpukat sebagai Sumber Entris di Desa Cakaruddu, Sulawesi Selatan: Identification of Phytophtora sp. Pathogen as the First Step in Selecting Avocado Trees as a Source of Scion in Cakaruddu Village South Sulawesi Indradewi, Riski; Suhaeni, Suhaeni; Andi Safitri Sacita
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 12 No. 1 (2024): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v12i1.3176

Abstract

Alpukat merupakan tanaman penghasil buah yang dapat diperbanyak secara aseksual melalui sambung pucuk dengan memanfaatkan entris dari pohon induk asalnya untuk memperoleh keseragaman populasi sehingga dibutuhkan entris yang bebas patogen. Seleksi pohon induk melalui identifikasi memungkinkan untuk menghasilkan sumber entris yang bebas dari patogen seperti Phytophthora sp. Patogen tersebut merupakan penyebab penyakit pada tanaman alpukat yang serangannya dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Tujuan dari penelitian ini yaitu memperoleh metode untuk seleksi awal pada pohon alpukat yang bebas dari patogen Phytophthora sp. Metode pada penelitian ini yaitu isolasi mikroorganisme dari pohon alpukat, seleksi isolat secara mikrokopis dan dilanjutkan denagn identifikasi tingkat molekuler menggunakan primer ITS 1 dan ITS 4. Sampel contoh yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 10% dari populasi alpukat yang ada pada satu perkebunan. Hasil pada penelitian ini yaitu telah diperoleh isolat dari lima pohon alpukat yang digunakan sebagai sampel contoh. Isolat yang diperoleh memiliki kriteria yang menyerupai dengan Phytophthora sp. Berdasarkan spora yang dimiliki dan identifikasi lebih lanjut terhadap wilayah internal transcribed spacer (ITS) dari isolat tersebut, menunjukkan bahwa isolat yang diperoleh adalah Phanerochaete sp. bukan Phytophthora sp. Identifikasi suatu patogen seperti Phytophthora sp. pada pohon alpukat perlu dilakukan hingga tingkat molekuler untuk mendapatkan bahan tanam bebas penyakit. Avocado are fruit-producing plants that can be propagated asexually through shoot grafting by utilizing entries from the original parent tree to obtain population uniformity so that pathogen-free scions are needed. Selection of parent trees through identification makes it possible to produce scions sources that are free from pathogens such as Phytophthora sp. This pathogen is the cause of disease in avocado plants, whose attack can cause death of the plant. The aim of this research is to obtain a method for initial selection of avocado trees that are free from the pathogen Phytophthora sp. The method in this research is the isolation of microorganisms from avocado trees, microscopic selection of isolates and continued with molecular level identification using ITS 1 and ITS 4 primers. The samples used in this research were 10% of the avocado population on one plantation. The results of this research were that isolates were obtained from five avocado trees which were used as sample samples. The isolate obtained had criteria similar to Phytophthora sp. based on the spores possessed and further identification of the internal transcribed spacer (ITS) region of the isolate, it showed that the isolate obtained was Phanerochaete sp. not Phytophthora sp. Identification of a pathogen such as Phytophthora sp. on avocado trees needs to be done at the molecular level to obtain disease-free planting material.
Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Wortel (Daucus carota L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Kombinasi Air Kelapa dan Bonggol Pisang di Dataran Rendah: Growth and Production Response of Carrot Plant (Daucus carota L.) to Feeding Liquid Organic Fertilizer Made From a Combination of Coconut Water and Banana Humps in the Lowland Sacita, Andi Safitri; Sajdah Fatur Rahman
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 11 No. 3 (2023): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v11i3.4428

Abstract

Wortel merupakan salah komoditi hortikultura yang memiliki permintaan cukup tinggi di pasaran. Tanaman wortel memiliki potensi untuk dibudidayakan di dataran rendah meskipun pada umumnya dibudidayakan di dataran tinggi. Berbagai varietas khusus dataran rendah telah banyak dikembangkan untuk dibudidayakan di dataran rendah. Pemenuhan kebutuhan nutrisi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman wortel di dataran rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian Pupuk Organik Cair (POC) kombinasi antara air kelapa dan bonggol pisang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman wortel di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian UNCP pada Januari – April tahun 2023. Penelitian ini didesain menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat 24 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan antara lain, P0: tanpa perlakuan, P1: POC air kelapa + bonggol pisang 100 ml/polibag, P2: POC air kelapa + bonggol pisang 125 ml/polibag, P3: POC air kelapa + bonggol pisang 150 ml/polibag, P4: POC air kelapa + bonggol pisang 175 ml/polibag, P5: POC air kelapa + bonggol pisang 200 ml/polibag. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut BNJ taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian POC kombinasi air kelapa dan bonggol pisang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot umbi, namun tidak berbeda nyata pada parameter panjang umbi. Perlakuan terbaik yaitu P5 pada parameter tinggi tanaman dengan nilai 50,75 cm, jumlah daun 103,5 helai, dan bobot umbi 60,75 gram. Sedangkan pada parameter panjang umbi terbaik pada perlakuan P3 dengan nilai 10,88 cm. Carrots are a horticultural commodity that has quite high demand on the market. Carrot plants have the potential to be cultivated in the lowlands even though they are generally cultivated in the highlands. Many special lowland varieties have been developed for cultivation in the lowlands. Meeting nutritional needs is one effort to increase the productivity of carrot plants in the lowlands. The aim of this research was to determine the effect of giving liquid organic fertilizer a combination of coconut water and banana weevils on the growth and production of carrot plants in the lowlands. The research was carried out at the experimental field of Agriculture Faculty UNCP in January – April 2023. This research was designed using a Randomized Block Design (RBD) with 6 treatments and 4 replications so that there were 24 experimental units. The treatments given include, P0: no treatment, P1: liquid organic fertilizer of coconut water + banana hump 100 ml/polybag, P2: liquid organic fertilizer of coconut water + banana hump 125 ml/polybag, P3: liquid organic fertilizer of coconut water + banana hump 150 ml/polybag, P4: liquid organic fertilizer of coconut water + banana hump 175 ml/polybag, P5: liquid organic fertilizer of coconut water + banana hump 200 ml/polybag. The research data were analyzed using variance analysis (ANOVA) and BNJ advanced test at 5% level. The results showed that giving liquid organic fertilizer a combination of coconut water and banana hump had a significantly different effect on the parameters of plant height, number of leaves and tuber weight, but not significantly different on the parameter of tuber length. The best treatment was P5 for plant height parameters with a value of 50.75 cm, number of leaves 103.5, and tuber weight 60.75 grams. Meanwhile, the best tuber length parameter was in the P3 treatment with a value of 10.88 cm.