Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

UNREPORTED HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN PANCING TONDA DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU Regi Fiji Anggawangsa; Eko Sri Wiyono; Vita Rumanti Kurniawati; Wudianto Wudianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.28.2.2022.51-60

Abstract

Data hasil tangkapan di hampir semua perikanan di dunia terindikasi tidak tepat atau salah dalam pelaporan, misreported, termasuk di Indonesia. Penelitian identifikasi dan kuantifikasi besaran serta faktor-faktor penyebab ketidaktepatan pelaporan pada perikanan pancing tonda dilakukan melalui analisis data pendaratan selama 10 tahun terakhir dan dengan melakukan sampling kepada 30 kapten kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu. Hasil studi menunjukkan bahwa potensi misreported terjadi dari hasil tangkapan yang tidak dilaporkan karena digunakan sebagai umpan, dikonsumsi di atas kapal, sebagai jatah ABK, upah pada saat bongkar muatan serta hasil tangkapan lain yang tidak terlaporkan. Hasil rekonstruksi data menunjukkan bahwa data hasil tangkapan armada pancing tonda di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terindikasi misreported sebesar 46,52 – 228,02 ton/tahun atau mencapai 11,7 – 28,8% per tahun pada periode tahun 2012-2022 di bawah tangkapan yang sebenarnya. Secara tidak langsung, ketidaktepatan dalam pelaporan hasil tangkapan dapat berimplikasi pada tidak akuratnya data statistik perikanan, sehingga merubah pendekatan pengelolaan serta penilaian terhadap perikanan tersebut, baik secara ekonomi maupun sosial. Diperlukan perbaikan sistem pendataan dengan melakukan identifikasi dan kuantifikasi adanya potensi misreported khususnya pada data produksi hasil tangkapan.The catch data in almost all fisheries in the world is indicated to be inaccurate or misreported, including in Indonesia, one of which is the troll line fishery in Palabuhanratu Fishing Port. To identify and quantify the magnitude and factors causing misreport in troll line fishery, a study was conducted by analyzing landing data for the last ten years and sampling 30 troll line skippers. The study's results have identified several factors that cause misreported catch data: unreported catch, fish used as bait, consumed on board, crew share, and unloading fee. The analysis results show that the catch data of the troll line in Palabuhanratu Fishing Port are indicated to be misreported at 46.52 - 228.02 tons/year o, reaching 11.7 - 28.8% in the period 2012-2022 below the actual catch. Indirectly, inaccuracy in reporting catch data can have implications for inaccurate fisheries statistics, thus changing the management approach and assessment of the fishery both economically and socially. Therefore, it is necessary to improve the data collection system by identifying and quantifying the potential for misreported, especially in catch production data.
Evaluasi palka ikan sebagai upaya pemenuhan standar penanganan ikan yang baik pada kapal bouke ami: Evaluation of fish cold storage as an effort to fulfill good quality fish on the fishing vessel of bouke ami Aulia Azhar Wahab; Budhi Hascaryo Iskandar; Yopi Novita; Vita Rumanti Kurniawati; Uju Uju
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 26 No 2 (2023): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 26(2)
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v26i2.46083

Abstract

Kapal bouke ami adalah salah satu kapal yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman dengan durasi pengoperasian yang lama di laut. Permasalahan yang dihadapi oleh kapal dengan durasi trip panjang adalah ketersediaan palka sebagai fasilitas penanganan ikan di kapal sesuai standar yang sudah ditetapkan untuk menjaga kesegaran ikan di atas kapal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator sebagai acuan standar palka yang diatur secara legal oleh pemerintah dan mengkaji kesesuaian kondisi palka kapal bouke ami terhadap indikator acuan standar palka yang ditetapkan secara legal di Indonesia, khususnya pada kapal bouke ami yang berbasis di PPSNZ Jakarta. Metode yang digunakan yaitu studi literatur terhadap peraturan mengenai palka sebagai fasilitas penanganan di atas kapal yang diatur oleh pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan dan melalui Badan Standardisasi Nasional serta observasi terhadap 30 unit kapal bouke ami. Hasil penelitian menunjukkan indikator yang digunakan dalam penetapan standar fasilitas penanganan di atas kapal adalah material, desain, dan instrumen pelengkap yang diatur melalui Permen KP No. 7 tahun 2019, No. 33 tahun 2021, SNI 01-4872.1-2006, SNI 2729:2013, dan SNI 4110:2014. Terdapat beberapa indikator yang tidak sesuai dengan standar pada palka kapal bouke ami antara lain material masih terbuat dari besi yang dapat menyebabkan korosif, desain palka tidak memungkinkan untuk dilakukan sistem penyimpanan first in first out, serta ketersediaan instrumen pelengkap yaitu pengukur suhu, tempat sampah serta ketersediaan fasilitas higienis untuk ABK masih kurang diperhatikan
KARAKTERISTIK TEKNIS ALAT BANTU PENANGKAPAN BUBU RAJUNGAN DI PESISIR KABUPATEN KARAWANG Hadi Saputra, Rahmad Surya; Iskandar, Budhi Hascaryo; Kurniawati, Vita Rumanti; Desrial, Desrial; Purbayanto, Ari
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.28.3.2022.111-122

Abstract

Rajungan merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam perdagangan internasional. Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan komoditas unggulan Kabupaten Karawang. Bubu lipat sangat populer digunakan oleh nelayan dan dioperasikan dengan sistem longline sehingga memerlukan alat bantu penarik untuk mempermudah dan mempercepat dalam operasi penangkapan. Informasi karakteristik teknis alat bantu penangkapannya masih sangat minim oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik teknis alat bantu penarik bubu rajungan terutama terkait desain, kebisingan dan konsumsi bahan bakar. Karakteristik teknis alat bantu penarik bubu rajungan dideskripsikan sesuai kondisi saat ini, sedangkan untuk kebisingan dan konsumsi bahan bakar dilakukan analisis deskripsi komparatif. Alat bantu penarik bubu pada nelayan pesisir Karawang terdapat perbedaan pada pereduksi putaran (gear box). Tenaga penggerak menggunakan mesin diesel dengan daya 8 – 12 PK, roda piringan penarik (line spool plate) terbuat dari bahan besi plat dan kayu serta karet ban bekas sebagai pelapis dengan diameter 17 – 50 cm. Gear box menggunakan gardan bekas dan roda gigi cacing (worm gear set). Kebisingan yang dihasilkan mesin penggerak pada area nelayan bekerja melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu 91 dB dengan lama paparan lebih dari 2 jam. Dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran yaitu ketulian. Besaran nilai konsumsi bahan bakar mesin penggerak alat bantu dengan daya 8 dan 12 PK mesin penggerak pabrikan Jepang lebih unggul. Konsumsi bahan bakar pada kondisi putaran minimum dan maksimum untuk mesin berdaya 8 PK adalah 1,48 dan 5,93 liter, sedangkan mesin berdaya 12 PK adalah 2,35 dan 10,35 liter.Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is a fishery resource that has the potential to utilize because it has high economic value in international trade. Portunus pelagicus is a leading export fisheries commodity in Karawang Regency; collapsible pots are very popular fishing gear fishermen use. The fishing is operated with a longline system that requires auxiliary hauling equipment to simplify and speed up the fishing operation. Information on auxiliary fishing equipment's technical characteristics is still minimal; therefore, further studies are needed. This study analyzes the pot hauler's technical characteristics, especially regarding design, noise, and fuel consumption. The technical characteristics of the pot hauler are described following the existing conditions, while a comparative descriptive analysis was carried out for noise and fuel consumption. There are differences in the gearbox for the fishing traps for fishermen in the coastal area of Karawang. The driving force uses a diesel engine with a power of 8-12 HP, the towing wheel (line spool plate) is made of iron plate and wood, and used rubber tires as a coating with a diameter of 17-50 cm. The gearbox uses a used axle and a worm gear set. The noise generated by the auxiliary equipment engines in the fishermen's working area exceeds the set noise limit value of 91 dB with an exposure period of more than 2 hours. In the long term, this could cause deafness to the fishermen. Theoretically, the fuel consumption value of the auxiliary equipment engines, with a power of 8 and 12 HP of the Japanese manufacturer, is superior. The fuel consumption at the minimum and maximum rotation conditions for the 8 HP engine is 1.48 and 5.93 liters, while the 12 HP engine is 2.35 and 10.35 liters, respectively.
Sistem Pendataan Hasil Tangkapan Ikan Wiyono, Eko Sri; Anggawangsa, Regi Fuji; Wudianto, Wudianto; Kurniawati, Vita Rumanti
Policy Brief Pertanian, Kelautan, dan Biosains Tropika Vol 4 No 4 (2022): Policy Brief Pertanian, Kelautan dan Biosains Tropika
Publisher : Direktorat Kajian Strategis dan Reputasi Akademik IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agro-maritim.0404.359-361

Abstract

Illegal, unreported, and unregulated fishing yang disingkat menjadi IUU fishing telah mengakibatkan kerugian global hingga 10-23.5 miliar USD. Penanganan IIU Fishing selama ini lebih fokus pada illegal fishing, padahal dampak dari pelanggaran unreported fishing juga tidak kalah dahsyatnya. Unreported fishing menyebabkan kesalahan data perikanan yang banyak digunakan dalam penentuan kebijakan perikanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data hasil tangkapan armada pancing tonda pada periode tahun2012-2022 di PPN Palabuhan ratu terindikasi terjadi misreported sebesar 46,52–228,02 ton/tahun atau mencapai 11,7–28,8% dibawah tangkapan yang sebenarnya. Ketidaksesuaian dan kesalahan pendataan tersebut disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah: penggunaan hasil tangkapan untuk umpan, dikonsumsi di atas kapal, jatah ABK dan upah tenaga kerja pada saat bongkar muatan. Beberapa fakta tersebut mendorong perlunya perbaikan sistem pendataan hasil tangkapan dengan melakukan identifikasi dankuantifikasi adanya potensi terjadinya misreported data hasil tangkapan sehingga pengelolaan perikanan dapat dilakukan secara tepat dan benar.
Determining Critical Points in Fish Distribution and Calculation of Income UD. Sumber Rezeki Laut, Tuban Regency Iqbal, Muhammad Nur; Mustaruddin, Mustaruddin; Kurniawati, Vita Rumanti; Novita, Yopi
ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal) Vol 11, No 2 (2024): ECSOFiM April 2024
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ecsofim.2024.011.02.02

Abstract

This study aims to evaluate the fish distribution activities in UD. Sumber Rezeki Laut, alongside the fish handling during distribution, and critical points of fish quality decline during distribution. This research uses descriptive analysis, critical point analysis, organoleptic tests, and income analysis. Distribution handling is divided into two types, namely direct distribution handling and indirect distribution handling. The most important handling of both types of distribution includes maintaining the right temperature during the process, transferring fish to UD. Sumber Rezeki Laut, changing fish containers, cleaning and soaking fish, and distributing fish to Balekambang Market. However, the long travel distance required to distribute the fishes has the potential to reduce the quality of the fish, as evidenced by the decrease in fish quality observed during the distribution trials. Organoleptic test results showed that the quality of the fish decreased from when it was purchased until it reached the wholesaler. Meanwhile, when calculating distribution costs, the highest result for direct distribution was IDR1,335,987, and the lowest was IDR372,995. The highest income from indirect distribution was IDR1,544,001, while the lowest was IDR399,993. To ensure good fish quality, UD. Sumber Rezeki Laut needs to improve its human resource capabilities to become more efficient and produce quality products for consumers.
PERSYARATAN EKSPOR TUNA TUJUAN UNI EROPA, AMERIKA SERIKAT, DAN JEPANG Astagia, Alif; Nurani, Tri Wiji; Kurniawati, Vita Rumanti
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 6 No. 1 (2022): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.6.1.057-066

Abstract

Perdagangan ekspor ikan tuna Indonesia, masih dihadapkan pada banyaknya kasus penolakan karena tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh negara eksportir. Hal ini berdampak pada kerugian ekonomi yang dialami baik oleh pengusaha maupun pemerintah. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melakukan ekspor ke Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang dan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dengan responden dan studi literatur. Metode analisis yang digunakan adalah desktiptif komparatif. Persyaratan kualitas dan keamanan oleh negara Uni Eropa sama dengan, Amerika Serikat, dan Jepang yaitu eksportir sudah menerapkan GMP dan SSOP, dan penerapan HACCP. Persyaratan keberlanjutan untuk kapal tujuan ekspor ke UE, AS dan Jepang harus melakukan pendaftaran kapal terlebih dahulu kepada RFMO,setelah itu melakukan pemberitahuan hasil tangkapan kepada organisasi regional yaitu BESD (IOTC) dan (CDS-CCSBT). Persyaratan sertifikat pihak ketiga oleh UE adalah ISO 22000 dan MSC. AS menerapkan sertifikasi ISO 22000. Jepang menerapkan sertifikasi ISO 22000 dan MELJ. Persyaratan Ketelusuran oleh negara UE adalah SHTI. Persyaratan sertifikat pihak ketiga oleh negara AS adalah SIMP. Untuk negara Jepang tidak mewajibkan Persyaratan sertifikat pihak ketiga. Jika buyer meminta maka SHTI dilampirkan dalam transaksi ekspor. Kata kunci: keberlanjutan, ketelusuran, kualitas dan keamanan, persyaratan, tuna
JENIS DAN UKURAN LOBSTER (Panulirus spp) YANG DIDARATKAN DI TEMPAT PENDARATAN IKAN KABUPATEN KEBUMEN Wahyuningrum, Prihatin Ika; Widianti, Elvanri Anggi; Kurniawati, Vita Rumanti; Bangun, Tri Nanda Citra; Nurani, Tri Wiji
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 6 No. 3 (2022): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.6.3.323-332

Abstract

Lobster merupakan salah satu komoditas ekspor yang banyak ditangkap oleh nelayan di pesisir selatan Kabupaten Kebumen. Nelayan Kebumen menangkap lobster sepanjang tahun. Pemerintah perlu memonitor perikanan lobster agar pengelolaan lobster berkelanjutan. Dibutuhkan baseline data lobster terutama panjang berat untuk menduga status pemanfaatan lobster. Namun, informasi yang minim menjadi tantangan untuk mengestimasi dan menganalisis status stok terutama pada perikanan skala kecil. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis spesies lobster yang didaratkan dan menghitung ukuran lobster yang didaratkan di tiga pendaratan ikan Perairan Kebumen pada Maret-Agustus 2022. Data yang dibutuhkan yaitu jenis, panjang karapas dan berat lobster yang didaratkan di tiga TPI di Kabupaten Kebumen. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis lobster yang tertangkap pada saat penelitian, yaitu; lobster pasir, lobster mutiara dan lobster bambu. Jumlah total hasil tangkapan lobster mencapai 3.530 ekor. Rata-rata panjang karapas lobster yang didaratkan adalah 40-112 mm dengan rata-rata berat mencapai 32-355 gram. Ukuran lobster yang tertangkap sudah dapat dikatakan dalam status yang layak tangkap. Jumlah lobster serta rata-rata ukuran panjang karapas dan distribusi berat mengalami penurunan jika dibandingkan hasil tangkapan periode November-Desember 2020 dan Januari 2021. Sebaiknya lobster ditangkap pada musim puncak penangkapan lobster. Kata kunci: jenis, Kebumen, lobster (Panulirus spp), ukuran
Konsumsi BBM Perikanan Tangkap Tuna Cakalang Tongkol dengan Pancing Ulur di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Jauza Zahira Rachman; Vita Rumanti Kurniawati; Tri Nanda Citra Bangun
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 14, No 2 (2024)
Publisher : JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33512/jpk.v14i2.29332

Abstract

Pondokdadap Coastal Fisheries Port (PPP) produces tuna, skipjack, and tuna (TCT) capture fisheries. TCT catches in 2021 reached 1,385,883 tons. The high TCT catch is also influenced by the large number of fishing fleets, which can affect the fuel consumed. This research aims to calculate fuel consumption for TCT catches at PPP Pondokdadap using a fleet of hand-line fishing vessels. The research methods used were interviews and literature studies. The sample selection used accidental sampling and purposive sampling techniques. The number of samples used was 32 ships measuring 9-28 GT. Based on the research results, the highest TCT catch in 2022 was 6,299 tons. The total fuel consumption is 15,126 kg/year and is used by ships measuring 21-24 GT. The average fuel consumption value is IDR 60,361,897.00 with an average fish production of IDR. 465,812,241. Meanwhile, the average value of Fuel Use Intensity of BBM per 1kg of fish is 0.66 kg and the average FUI value of income obtained is 137.55. The cost of purchasing fuel tends to be lower than the cost of income, so it can be concluded that fishermen do not experience losses.
Composition and distribution of Lutjanus johnii and other species using wire traps in the waters of Rigaih, Aceh Jaya Regency Nasruddin, Nasruddin; Baskoro, Mulyono S; Yusviandayani, Roza; Kurniawati, Vita Rumanti; Iskandar, Dahri
Depik Jurnal Ilmu Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan Vol 14, No 2 (2025): JUNE 2025
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.14.2.46225

Abstract

The catch results show that wire traps are an effective and selective fishing gear for Lutjanus johnii, with a total catch of 244.1 kg. The bycatch, consisting of 10 species, amounted to 208.1 kg, also caught using wire traps in the waters of Rigaih. This study aimed to identify the composition of the bycatch, the ratio between the target catches and the bycatch, and the size range of the dominant bycatch species caught during L. johnii fishing operations in Rigaih waters. The research was conducted in the waters of Rigaih during NovemberDecember 2024 using wire traps (dimensions: length x width x height = 120 x 100 x 75 cm). The results showed that the primary catch using wire traps was dominated by L. johnii, with a total of 135 individuals (48.7%) weighing 244.1 kg. The bycatch amounted to 208.1 kg (46.1%). The bycatch species included Caranx sexfasciatus with 42 individuals (15.2%) weighing 18.4 kg (4.1%), Lutjanus gibbus with 24 individuals (8.7%) weighing 31.9 kg (8.7%), and Epinephelus malabaricus with 24 individuals (8.7%) weighing 114.5 kg (25.3%). The dominant bycatch size classes caught in the wire traps included L. campechanus with a total length range of 1820 cm, L. campechanus with a total length range of 3045 cm, and Epinephelus malabaricus with a total length range of 4075 cm. The proportion of the target catch to bycatch by weight was 53.9% to 46.1%. This means that for every 1 kg of L. johnii caught, approximately 0.85 kg of bycatch was also captured.KeywordsLutjanus johniiwire trapAceh Jayasex ratiofish composition
Carbon emissions analysis for tuna transportation from Samudera Kutaraja fishing port Salsabila, Umiralaska; Iskandar, Budhi Hascaryo; Kurniawati, Vita Rumanti; Sondita, Muhammad Fedi Alfiadi
Depik Jurnal Ilmu Ilmu Perairan, Pesisir, dan Perikanan Vol 13, No 2 (2024): AUGUST 2024
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.13.2.39940

Abstract

The tuna fishing industry significantly contributes to greenhouse gas (GHG) emissions primarily through fuel oil usage. This study investigates the environmental impact of tuna transportation, focusing on emissions from fishing vessels and vehicles. Carbon footprint calculations for fishing vessels utilize the IPCC, 2006 formula as referenced in KLH, 2012. Smaller purse seiners (10-20 GT) emit 2.88 kg CO2per trip per kilogram of tuna, while those (20-30 GT) in PPS Kutaraja emit 3.58 kg CO2. Larger purse seiners exhibit higher emission rates: 7.3 kg CO2 (20-30 GT), 9.9 kg CO2 (30-40 GT), 8.6 kg CO2 (40-50 GT), and 8.4 kg CO2 (50-60 GT) per trip per kilogram of tuna. Vehicle emissions for tuna transport vary, with the Honda Blade FI 125 emitting 0.00625 kg CO2, Supra X 125 emitting 0.00450 kg CO2, Viar Tiga Roda emitting 0.00458 kg CO2, Revo Fit emitting 0.0007 kg CO2, Jupiter emitting 0.00063 kg CO2, and Vega ZR Yamaha emitting 0.0006 kg CO2 per kilogram of tuna.Keywords:Carbon FootprintEmissionFsihing VesselsGreen TransportationsSupply ChainFishing Activties