Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Tinitus di RSUD Provinsi NTB Primaditha, Dara; Kadriyan, Hamsu; Widiastuti, Ida Ayu Eka
Jurnal Kedokteran Vol 1 No 1 (2012)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Based on previous studies in Asia, the incidence of tinnitus was about 10.9%. Tinnitus shows a close association with psychological and social disorders and leads to a decline in quality of life. Most patients complain of sleep disorders, anxiety, and even depression. There are several factors that allegedly affect the quality of life of tinnitus patients such as age, sex and location of tinnitus. This study aims to prove the influence of these factors on the quality of life of tinnitus patients. Method: This is an analytic descriptive research with cross sectional design. The sample of this study was 37 patients tinitus who visited the ENT outpatient clinic of NTB Provincial Hospital that has met the inclusion and exclusion criteria. The respondents then filled out the Tinnitus Handicap Inventory (THI) questionnaire. The data obtained are then tested for validity and reliability, followed by Mann-Withney and Kruskall-Wallis tests to determine the effect of age, sex, and tinnitus on quality of life. Results: Based on the THI score, 86.8% of tinnitus patients experienced quality of life disorders of varying degrees. From the analysis of data about the effect of age on the quality of life, p = 0.957 (p> 0,05) means that there is no difference in the quality of life of tinnitus patients in all four age groups. The test results on the sex variables gave p = 0.430 (p> 0,05), this also means there is no difference in quality of life between men and women. The test of tinnitus location variable gives p value = 0,631 (p> 0,05). This means there is no difference in the quality of life between patients with bilateral and unilateral tinnitus. Conclusion: The quality of life of tinnitus patients is not affected by age, sex, and location of tinnitus.
KAJIAN KOMPREHENSIP TENTANG BENDA ASING DALAM HIDUNG Kadriyan, Hamsu
Jurnal Kedokteran Vol 2 No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang.Benda asing dalam hidung merupakan kasus yang dapat ditangani oleh dokter umum sampai tuntas berdasarkan standar kompetensi dokter Indonesia. Angka kejadiannya cukup sering dan terutama mengenai anak usia 2-5 tahun. Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran komprehensip tentang benda asing di dalam hidung sehingga dapat menjadi rujukan dalam penatalaksanaan kasus-kasus benda asing di dalam hidung. Benda asing dihidung dapat berupa benda eksogen maupun benda ndogen. Benda eksogen dapat berupa benda organik seperti kacang-kacangan, bunga, lintah dan lain-lain, sedangkan benda anorganik seperti batu, manik-manik, potongan mainan dan lain-lain. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, krusta, cairan amnion dan lain lain. Dalam penegakan diagnosis perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang cermat untuk menentukan jenis dan lokasi benda asing, kalau perlu dapat dilakukan pemeriksaan tambahan dengan endoskopi atau pemeriksaan radiologis untuk memastikannya.Penatalaksanaan benda asing dalam hidung sangat tergantung pada jenis benda asingnya, ketersediaan peralatan dan keterampilan serta kenyamanan dokter untuk mengurangi resiko komplikasi. Simpulan.Kasus-kasus benda asing pada hidung perlu mendapatkan perhatian dari dokter baik dokter umum maupun dokter spesialis.Kasus benda asing merupakan kasus sederhana tetapi diperlukan keterampilan untuk mengeluarkannya dengan resiko komplikasi yang minimal. Kata kunci : Benda asing, kavum nasi, dokter
Korelasi antara Usia dengan Ekspresi Epstein-Barr Virus pada Kanker Nasofaring Tipe Undifferentiated Carcinoma Pratama, Aditya Agung; Yudhanto, Didit; Kadriyan, Hamsu; Djannah, Fathul
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Karsinoma nasofaring merupakan keganasan sel skuamosa epitel nasofaring yang paling sering terjadi di daerah fossa rosenmuller yang selanjutnya dapat meluas ke struktur anatomi di sekitarnya. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker nasofaring antara lain adalah genetik, infeksi Ebstein-Barr virus dan lingkungan. Pemeriksaan imunohistokimia dilakukan untuk mendeteksi Ebstein-Barr virus pada kanker nasofaring terutama LMP1. Kanker nasofaring paling banyak terjadi pada usia 40-49 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara usia dengan ekspresi Epstein-Barr virus pada pasien Kanker Nasofaring. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Sampel penelitian ini adalah pasien kanker nasofaring yang berada di Rumah Sakit Umum Nusa Tenggara Barat, yang ditentukan dengan teknik consecutive sampling. Pada sampel penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresiEpstein-Barr viruspada blok paraffin pasien kanker nasofaring menggunakan pemeriksaan imunohistokimia.Data dianalisis dengan uji korelasi koefisien kontingensi. Hasil: Sampel pada penelitian ini berjumlah 44 sampel dengan rentang usia 22-70 tahun. Jumlah sampel terbanyak pada rentang usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 13 orang. Jumlah sampel pasien yang berusia ≤45 tahun sebanyak 27 orang (61,36%) dan yang berusia >45 tahun sebanyak 17 orang (38,64%) dengan rata-rata usia 43,29 tahun. Berdasarkan hasil pemeriksaan imunohistokimia, dari 44 sampel yang diteliti, 15 orang (34,09%) mengekspresikan LMP1 positif sedangkan yang negatif sebanyak29 orang (65,90%). Sampel pasien yang berusia ≤45 tahun yang mengekspresikan LMP 1 positif sebanyak 9 orang (33,33%) dan negatif 18 orang (66,66%). Sampel pasien yang berusia >45 tahun yang mengekspresikan LMP 1 positif sebanyak 6 orang (35,29%) dan negatif 11 orang (64,70%). Hasil uji korelasi koefisien kontingensi menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang sangat lemah (r = 0,020) antara usia dengan ekspresi Epstein-Barr virus pada pasien Kanker Nasofaring dan tidak bermakna secara signifikan (p = 0,894). Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik pada hasil pemeriksaan ekspresi EBV pada sediaan blok parafin pasien kanker nasofaring dengan usia pasien kanker nasofaring.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Tingkat Pemahaman Informasi Medis pada Pasien Poli THT di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB Ru’yi, Hartini Ahadiyatur; Kadriyan, Hamsu; Cenderadewi, Muthia
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Komunikasi adalah salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter. Diketahui bahwa dengan teknik pengumpulan informasi yang baik akan menyebabkan pasien mendapatkan pelayanan yang dapat memuaskan dirinya. Pemahaman informasi medis yang diterima pasien sering kali berbeda dengan yang disampaikan oleh dokter. Oleh sebab itu penelitian ini mencoba mencari faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman medis oleh pasien poli THT di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Metodologi Penelitian : Sebanyak 52 pasien rawat jalan yang datang ke poli THT di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih berdasarkan teknik consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa statistik menggunakan analisa deskriptif, analisa bivariat menggunakan metode chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk menguji kekuatan masing-masing faktor resiko. Hasil : Didapatkan sebanyak 35 orang (67,3%) pasien rawat jalan di poli di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB memiliki tingkat pemahaman baik dan 17 orang (32,7%) memiliki tingkat pemahaman kurang baik. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis (p<0,05) yaitu faktor dokter dan lingkungan. Kesimpulan : Faktor dokter dan lingkungan didapatkan mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pemahaman Informasi Medis pada Pasien Poli THT Di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram Farahiya, Maya; Kadriyan, Hamsu; Cenderadewi, Muthia
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 2.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang : Salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter adalah komunikasi dokter-pasien dalam profesi kedokteran. Pasien yang mendapatkan informasi medis yang lengkap dapat menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Namun, pemahaman informasi medis yang diterima pasien seringkali berbeda sehingga pasien merasa tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Oleh sebab itu, penelitian ini mencoba mencari faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman medis oleh pasien poli THT di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram. Metode : Sebanyak 50 pasien rawat jalan yang datang ke poli THT di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih berdasarkan teknik consecutive sampling menjadi sampel dalam penelitian ini. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa statistik menggunakan analisa deskriptif, analisa bivariat menggunakan metode chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik untuk menguji kekuatan masing-masing faktor resiko. Hasil : Persentase pasien dengan tingkat pemahaman baik adalah 58% (29 orang) dan persentase pasien dengan tingkat pemahaman kurang baik adalah 42% (21 orang). Penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis (p<0,05). Kesimpulan : Faktor pasien didapatkan mempengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap informasi medis.
KORELASI ANTARA EKSPRESI BCL-2 DAN LMP-1 PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING WHO TIPE III Kholifaturrohmy, Muhammad Rizqi; Kadriyan, Hamsu; Yudhanto, Didit
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan pada epitel nasofaring yang sulit dideteksi secara dini karena letak keganasan awalnya yang tersembunyi. Hubungan antara karsinoma nasofaring dan infeksi virus Epstein-barr telah dinyatakan oleh berbagai peneliti, dijumpai peninggian titer antibodi anti EBV (EBNA-1) di dalam serum plasma. Selain itu, gangguan regulasi gen yang mengkodekan protein BCL-2 proapoptotic maupun antiapoptotic juga dapat menimbulkan kanker. Tujuan:Mengetahui adakah korelasi antara ekspresi BCL-2 dengan Epstein-Barr Virus (EBV) pada sediaan blok parafin karsinoma nasofaring di wilayah Nusa Tenggara Barat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik laboratoris dengan desain penelitian potong lintang (cross-sectional).Penelitian ini menggunakan uji Lambda untuk mencari korelasi antara BCL-2 dan LMP-1. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di laboratorium Rumah Sakit Islam Siti Hajar dan Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hasil:Total 44 responden. Responden terbanyak didapatkan pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu 13 orang. Responden laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu 29 orang. Jenis BCL-2 terbanyak adalah 0 ditemukan pada 15 orang. Hasil LMP-1 negatif lebih banyak dibandingkan hasil positif yaitu 29 orang. Hasil uji Lambda untuk variabel LMP-1 terikat diperoleh nilai r=0,733 menunjukkan korelasi kuat antara BCL-2 dan LMP-1 dengan arah korelasi positif. Untuk korelasi antara BCL-2 dan LMP-1 (p=0,002) artinya dalam penelitian ini terdapat korelasi bermakna secara statisik. Kesimpulan: Disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antara BCL-2 terhadap LMP-1. Meningkatnya BCL-2 akan mempengaruhi peningkatan LMP-1.
KORELASI ANTARA JENIS KELAMIN DENGAN EKSPRESI Bcl-2 PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING WHO III chaeruddin, Muhammad bagus syaiful; Kadriyan, Hamsu; Sulaksana, Mochammad Alfian; Djannah, Fathul
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Karsinoma nasofaring merupakan keganasan epitelial yang berasal dari permukaan dinding lateral dan posterior nasofaring. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker nasofaring antara lain adalah genetik, infeksi Ebstein-Barr virus dan lingkungan. distribusi Jenis kelamin di setiap kejadian karsinoma nasofaring 2 sampai 3 kali lipat lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan. Ekspresi Bcl-2 pada KNF yang tidak berdiferensiasi berhubungan dengan penghambatan proses apoptosis serta perpanjangan kelangsungan hidup sel. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang atau cross sectional. Rancangan penelitian ini adalah penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara simultan dalam satu waktu (pada waktu yang bersamaan). Sampel penelitian ini adalah pasien kanker nasofaring yang berada di Rumah Sakit Umum Nusa Tenggara Barat, yang ditentukan dengan teknik consecutive sampling dengan menyesuaikan dengan usia pasien. Pada sampel penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi Bcl-2 pada blok paraffin pasien kanker nasofaring menggunakan pemeriksaan imunohistokimia. Data dianalisis dengan uji korelasi lambda. Hasil: Berdasarkan hasil pemeriksaan imunohistokimia, dari 30 sampel yang diteliti, 10 orang (33,3%) mengekspresikan Bcl-2 (-) negatif, 8 orang (26,7%) mengekspresikan Bcl-2 (+), 2 orang (6,6%) mengekspresikan Bcl-2 (++), 10 orang (33,3%) mengekspresikan Bcl-2 (+++). Hasil uji chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara jenis kelamin dengan Bcl-2 pada karsinoma nasofaring WHO III (P= 0,965) dengan korelasi yang sangat lemah berdasarkan uji korelasi lambda (r = 0,03). Kesimpulan: Terdapat korelasi antara jenis kelamin dengan ekspresi Bcl-2 pada karsinoma nasofaring tetapi data yang di hasilkan tidak bermakna.
Manfaat Video Edukasi dalam Memutus Rantai “Lingkaran Setan” Mengorek Telinga dan Otitis Eksterna Kadriyan, Hamsu; Yudhanto, Didit; Yuliani, Eka arie; Rahayu, Luh ade dita; Haq, Abiyyu Didar; Febrian, Haldy Dwi
Jurnal Kedokteran Vol 9 No 3 (2020): Jurnal Kedokteran volume 9 no 3 2020
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v9i3.414

Abstract

Latar Belakang: Otitis eksterna merupakan penyakit yang sering ditemukan di rawat jalan THT-KL. Terdapat berbagai faktor yang memicu terjadinya otitis eksterna, antara lain kebiasaan mengorek telinga yang keliru. Kebiasaan mengorek telinga yang keliru akan menjadi suatu yang sulit dihilangkan sehingga perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat. Salah satu cara edukasi pada masa saat ini adalah dengan video edukasi yang di unggah ke kanal youtobe. Metode : Penelitian yang dilakukan secara deskriptif dengan menganalisis umpan balik yang diisi oleh responden melalui kuisioner yang dikirim melalui google form. Analisis dilakukan dengan penilaian terhadap analisis skor total dan analisis kualitatif berdasarkan peringkat baik, sedang cukup dan kurang. Variabel yang dinilai terdiri dari pemahaman dan kebermanfaatan video edukasi yang telah diunggah ke kanal youtobe. Hasil Penelitian: Terdapat responden sebanyak 46 orang selama masa penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis, 97,8% responden memahami isi video edukasi sedangkan 95,6% responden mengatakan video edukasi ini bermanfaat dalam mencegah timbulnya otitis eksterna. Secara kualitatif, pemahaman dan manfaat video edukasi ini mendapatkan nilai yang baik. Kesimpulan: Diasumsikan bahwa video ini bermanfaat dalam memutus rantai lingkaran setan korek-korek telinga dan timbulnya otitis eksterna.
Efektivitas Irigasi Nasal Dengan Larutan Salin Isotonis Terhadap Kualitas Hidup Pasien Rinosinusitis Kronis Di RSUD Provinsi NTB Yuliyani, Eka Arie; Kadriyan, Hamsu; Yudhanto, Didit
Jurnal Kedokteran Vol 9 No 3 (2020): Jurnal Kedokteran volume 9 no 3 2020
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jku.v9i3.431

Abstract

Latar Belakang: Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis pada mukosa kavum nasi dan sinus paranasalis yang dapat terjadi karena multifaktorial baik alergi maupun non alergi serta memberikan dampak pada kualitas hidup penderitanya. Penilaian kualitas hidup penderita rinosinusitis kronis dilakukan dengan Sino Nasal Outcome Test-22 (SNOT-22). Pemberian terapi standar dan cuci hidung dengan larutan salin isotonis dapat mengurangi gejala yang dikeluhkan penderita. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre-posttest control group design, dimana subjek penelitian berjumlah 30 orang dan dibagi menjadi kelompok alergi dan non alergi dengan masing-masing kelompok berjumlah 15 orang. Subjek mendapatkan terapi standar serta cuci hidung dengan salin isotonis selama 2 minggu. Dilakukan Pemeriksaan IgE dan penilaian kualitas hidup dengan kuesioner SNOT-22 sebelum dan setelah terapi untuk mengetahui efektivitas cuci hidung dengan salin isotonis pada pasien rinosinusitis kronis. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang signifikan total skor SNOT-22 sebelum dan setelah diberikan terapi standar dan cuci hidung dengan salin isotonis baik pada kelompok alergi maupun non alergi (p=0,001). Kesimpulan: Pemberian terapi standar dan cuci hidung dengan salin isotonis pada pasien rinosinusitis kronis baik yang disebabkan oleh alergi maupun non alergi dapat memperbaiki kualitas hidup pasien menjadi lebih baik.
NPC-Exosome Carry Wild and Mutant-type p53 among Nasopharyngeal Cancer Patients Hamsu Kadriyan; Eka Sunarwidhi Prasedya; Nova Audrey Luetta Pieter; Masyita Gaffar; Amsyar Akil; Agusalim Bukhari; Budu Budu; Andi Alfian Zainuddin; Rina Masadah; Achmad Chusnu Romdhoni; Abdul Qadar Punagi
The Indonesian Biomedical Journal Vol 13, No 4 (2021)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v13i4.1718

Abstract

BACKGROUND: Nasopharyngeal cancer (NPC) is known to release a specific exosome. NPC-derived exosome (NPC-Exo) could carry p53. However, information regarding the type of p53 carrier on NPC-Exo remains limited. This study aims to introduce our important findings regarding the type of p53 NPC-Exo cargo.METHODS: Serum from patients with NPC were prepared for exosome isolation with Seramir Exoquick by following the manual instructions. RT-PCR was conducted to determine the expression levels of latent membrane protein 1 (LMP-1) and p53 in the exosome isolate. Partial sequencing of p53 amplicon was conducted to determine mutation type of p53.RESULTS: There were 8 patients enrolled in this study. According to RT-PCR results, the expression levels of LMP-1 and p53 varied in the NPC-Exo isolate. Based on sequencing analysis, 1 case of p53 mutation was noticeable.CONCLUSION: According to current results, the NPC-derived exosome potentially carries not only wild type but also mutant type p53. Further research is needed to explore deeper the effect of the mutant type p53 as an exosome carrier in the clinical application.KEYWORDS: Nasopharyngeal cancer, exosome, p53, mutation