Claim Missing Document
Check
Articles

PENGARUH BENTUK DAN CAMPURAN BUTIRAN PASIR TERHADAP PERILAKU KUAT GESERNYA Yoyon Kurniawan; Muhamad Yusa; Ferry Fatnanta
Aptek Jurnal Apliksai Teknologi (APTEK): Volume 13, No. 01, Januari 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30606/aptek.v13i1.484

Abstract

Campuran dan bentuk butiran pasir, merupakan sebagian faktor yang mempengaruhi sifat teknis pasir yaitu kuat geser, dan hal ini perlu diperhatikan supaya pengaruhnya dapat dimaksimalkan untuk konstruksi yang berhubungan dengan pasir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara menganalisis bentuk butiran pasir dan menganalisa perilaku sudut geser (ϕ) akibat pengaruh campuran dan bentuk butiran. Pengujian dilakukan dengan membuat variasi bentuk campuran pasir , dalam 5 variasi dengan kerapatan relatif sebesar 70% dan 20%, yang tertahan pada saringan No. 20. Bentuk butiran pasir terdiri dari 2 bentuk, yaitu kelompok butiran bersudut (angular) dan bulat (rounded), yang dibedakan berdasarkan nilai roundness (R), sphericity (S) dan regularity (ρ), yang diproses menggunakan imageJ. Hasil penelitian menunjukkan, analisa bentuk butiran pasir menggunakan imageJ, diperoleh tingkatan bentuk butiran dari kedua pasir, yaitu semi bersudut (sub-angular) dan semi bulat (sub-rounded). Perbandingan sudut geser bentuk pasir sub-angular lebih besar dari pada sub-rounded, hal ini disebabkan pasir berbentuk sudut saling mengikat satu sama yang lain yang disebut dengan interlocking sehingga sudut gesernya lebih besar. Hasil perbandingan sudut geser (ϕ) di antara variasi campuran bentuk butiran pasir yang dikombinasikan dengan kerapatan relative (Dr) yang sama 20%, terlihat ada perbedaan perilaku sudut geser (ϕ) di antara ketiga variasi bentuk campuran pasir, yaitu variasi sub-angular 75% ditambah sub-rounded 25%, lebih tinggi dari sampel sub-angular 50% ditambah sub-rounded 50% dan sub-angular 25% ditambah sub-rounded 75% yaitu sebesar 44,59⁰. Hal ini disebabkan karena variasi sub-angular 75% ditambah sub-rounded 25% pada bidang gesernya didominasi oleh fraksi butiran sub-angular. Hasil perbandingan sudut geser (ϕ) di antara variasi campuran bentuk butiran pasir yang dikombinasikan dengan kerapatan relative (Dr) yang sama yaitu 70%, terlihat ada perbedaan perilaku sudut geser (ϕ) di antara ketiga variasi bentuk campuran pasir, yaitu variasi sub-angular 25% ditambah sub-rounded 75%, lebih tinggi dari sampel sub-angular 50% ditambah sub-rounded 50% dan sub-angular 75% ditambah sub-rounded 25% yaitu sebesar 40,95⁰. Hal ini disebabkan karena variasi sub-angular 25% ditambah sub-rounded 75% pada bidang gesernya didominasi oleh bentuk butiran sub-Angular.
Kajian Sifat Fisik Lahan Gambut Terhadap Tahanan Listrik Dengan Alat Geolistrik (Studi Kasus: Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti) Fadli Dirga Subardi; Muhamad Yusa; Lita Darmayanti
SAINSTEK Vol. 10 No. 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35583/js.v10i1.9

Abstract

Lahan gambut merupakan tanah yang memiliki kandungan organik tinggi hasil pembusukan tanaman. Parameter karakteristik utama lahan gambut adalah kadar air, berat volume, berat jenis, kadar abu, dan kadar serat. Provinsi Riau memiliki 3,867 juta hektar lahan gambut termasuk Kabupaten Kepulauan Meranti yang sebagian besar merupakan lahan gambut. Pengujian laboratorium terhadap sifat fisik gambut membutuhkan waktu dan biaya yang mahal. Secara umum resistivitas listrik suatu material dipengaruhi oleh karakteristik fisiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara nilai resistivitas gambut dengan sifat fisiknya. Penelitian ini dilakukan dengan mengebor lahan gambut dengan interval 50 sentimeter dengan alat bor gambut tipe Rusia. Uji resistivitas dilakukan di lapangan pada soil box yang berisi sampel gambut. Sampel tanah gambut kemudian ditimbang di lapangan untuk ditentukan berat basahnya kemudian diambil untuk pengujian laboratorium lebih lanjut. Disimpulkan bahwa tipe lahan gambut yang dominan di Kabupaten Kepulauan Meranti adalah lahan gambut hemic. Hasil statistik dari penelitian ini menunjukkan korelasi yang sangat rendah antara nilai resistivitas gambut dengan sifat fisiknya, hal ini menunjukkan bahwa lahan gambut sangat heterogen
Studi Kuat Geser Lahan Gambut dengan Uji Geolistrik dan Alat Dokenbo Dian Paramita; Muhamad Yusa; Lita Darmayanti
Sainstek (e-Journal) Vol. 9 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berkembangnya zaman dan meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan penggunaan lahan marginal seperti lahan gambut tidak dapat di hindari. Lahan gambut memiliki karakteristik kepadatan rendah dan konsistensi lunak-sangat lunak. Penentuan kekuatan geser gambut baik di laboratorium maupun di lapangan tidak mudah, alat yang biasa digunakan di lapangan seperti sondir dan SPT memiliki bobot alat berat dan rentang pengukuran yang terlalu besar. Penelitian ini bertujuan mengembangkan metode untuk menentukan kekuatan geser dari nilai resistivitas. Penelitian ini menggunakan alat dokenbo portabel dan uji resistivitas. Pengujian dilakukan di Meranti, daerah yang sebagian besar terdiri dari lahan gambut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang nilai resistivitas gambut dominan yang diperoleh adalah 61-70 ohm.m dengan rentang nilai resistivitas 6,7-140 ohm.m. Rentang nilai penetrasi gambut yang dominan adalah 401-500 kN/m2 dengan rentang nilai penetrasi 125-1800 kN/m2. Rentang kohesi gambut yang dominan adalah 0,1-0,5 kN/m2 dengan rentang nilai kohesi 0,1-6,5 kN/m2. Rentang nilai sudut geser dalam gambut dominan adalah 13p-20o dengan rentang nilai sudut geser dalam 13,76o-50,2o. Hubungan dilakukan antara resistivitas dan penetrasi, resistivitas dan kohesi, resistivitas dan sudut geser. Penelitian ini menghasilkan hubungan statistik paling tinggi terjadi pada hubungan resistivitas dan kohesi sebesar R2 = 0,1788.
Perilaku Daya Dukung Grup Pondasi Tiang Bersirip Pada Tanah Lunak Lisa Trisnawati; Ferry Fatnanta; Muhamad Yusa
Sainstek (e-Journal) Vol. 9 No. 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, modifikasi pada bentuk dan perhitungan daya dukung fondasi tiang pancang terus berkembang. Banyak ditemukan jenis ataupun bentuk-bentuk dari fondasi tiang pancang yang sudah dimodifikasi, salah satunya yaitu dengan penambahan sirip pada fondasi tiang polos. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji perilaku daya dukung fondasi grup tiang sirip dengan variasi jumlah tiang pada tanah lunak, sehingga dapat diketahui perbandingan antara daya dukung fondasi grup tiang sirip dengan fondasi grup tiang polos serta dapat diketahui perbandingan nilai efisiensi antara fondasi grup tiang sirip dengan tiang polos. Hasil analisis diperoleh perilaku daya dukung fondasi grup tiang sirip dengan variasi jumlah tiang 3T, 4T, 5T, 6T dan 8T memiliki kesamaan yaitu pada akhir kurva masih menunjukkan bahwa pada akhir penurunan masih terjadi peningkatan beban. Hal ini terjadi karena daya dukung friction dan end bearing yang dihasilkan fondasi, dengan keberadaan sirip meningkatkan daya dukung end bearing fondasi. Sedangkan untuk model fondasi grup tiang polos menunjukkan daya dukung fondasi didominasi oleh friction. Daya dukung ultimate fondasi grup tiang sirip mempunyai daya dukung yang lebih besar dibandingkan dengan fondasi grup tiang polos. Peningkatan daya dukungnya mencapai 28,88 % untuk variasi 3T, 53.11 % untuk variasi 4T, 36,18 % untuk 5T, 25,49 % untuk 6T dan 23,33 % untuk 8T. Fondasi grup tiang sirip dengan variasi jumlah tiang 8 memiliki daya dukung ultimate terbesar yaitu 108,1 N dan yang terkecil fondasi grup tiang polos dengan variasi jumlah tiang 3 yaitu 47,23 N. Berdasarkan hasil pengujian, efisiensi tertinggi ada pada fondasi tiang polos variasi 3T yaitu sebesar 3,15 dan terkecil 0,33 ada pada tiang sirip variasi 8T, hal ini dipengaruhi oleh peningkatan tekanan air pori di sekitar tiang akibat adanya penambahan sirip.
Evaluasi Metode Analisis Likuifaksi Berdasarkan Cone Penetration Test (Cpt) Studi Kasus Kota Padang Muhammad Riyan Sabri; Muhamad Yusa; Gunawan Wibisono; Eko Soebowo
Aptek Jurnal Apliksai Teknologi (APTEK): Volume 15, No. 01, Desember 2022
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30606/aptek.v15i1.1506

Abstract

Likuifaksi merupakan fenomena alam yang terjadi akibat tanah jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatannya yang disebabkan oleh gempa bumi atau perubahan tegangan secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cair. Padang merupakan daerah yang rawan terjadi likuifaksi karena letaknya dekat dengan pesisir pantai dan secara geologi tanah padang merupakan tanah aluvial (Iqbal dkk, 2014). Salah satu gempa besar yang terjadi di padang yaitu gempa 2009 dengan kekuatan 7,9 SR yang banyak mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah baik itu soil settlement, sand boil, lateral spreading, dan loss of bearing strength. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi potensi likuifaksi yang terjadi di kota padang dengan metode boulanger dan idriss, Olsen, dan Shibata & Teparaksa yang akan dibandingkan dengan kenyataan di lapangan dengan studi kasus 37 titik data CPT yang tersebar di kota padang. Dari analisis yang dilakukan dapat disimpulan bahwa ketiga metode memiliki banyak kesesuaian pada kondisi setelah gempa dengan metode yang paling akurat adalah metode olsen. Jika dilihat dari nilai LPI mayoritas kota Padang berada pada LPI > 15 atau potensi likuifaksi > 78% menandakan bahwa Kota Padang memiliki potensi likuifaksi sangat tinggi.
Identifikasi Faktor Penyebab Penurunan Badan Jalan (Settlement) di Km. 128 Ruas Jalan Pekanbaru – Taluk Kuantan Muhammad Taufik; Muhardi Muhardi; Muhamad Yusa
Jurnal Rekayasa Sipil Vol 18, No 2 (2022)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrs.18.2.80-90.2022

Abstract

Ruas jalan Pekanbaru Taluk Kuantan sebagian besar melewati daerah perbukitan dengan kemiringan lereng sekitar 30o – 70o. Sepanjang daerah perbukitan ini merupakan daerah rawan longsor namun sejauh ini longsor yang terjadi masih bisa segera diatasi karena volumenya tidak besar. Hanya saja ada satu titik lokasi yang selalu bermasalah yaitu di Km. 128.  Pada lokasi ini selalu terjadi penurunan badan jalan dan miring ke arah sungai meskipun telah berulangkali diperbaiki. Usaha penanggulangan terakhir yang dilakukan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktora Jenderal Bina Marga Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Riau adalah membangun lantai bertiang sepanjang 85 m dan dinding penahan tanah dengan fondasi tiang pancang sepanjang 120 m pada sisi arah sungai. Pada saat pelaksanaan, curah hujan cukup tinggi sehingga terjadi longsor yang mengakibatkan tiang-tiang pancang yang telah terpasang banyak yang bergeser sehingga perlu dilakukan penambahan titik pemancangan. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penurunan badan jalan pada Km. 128 ini perlu diketahui struktur lapisan tanah bawah permukaan. Penelitian dilakukan dengan metode geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner – Schlumberger. Metode ini dapat memetakan struktur lapisan tanah bawah permukaan secara horizontal dan vertikal dengan baik. Hasil interpretasi geolistrik menunjukkan pada kedalaman 4,5 m terdapat lapisan lempung lunak dengan kadar air tinggi setebal + 10,5 m. Lapisan ini sangat labil apabila di atasnya bertambah bebannya. Lapisan ini diduga menjadi penyebab terjadinya penurunan badan jalan. Lapisan ini mempunyai permeabilitas yang sangat rendah sehingga air terakumulasi di dalamnya dan dapat mendorong lapisan ini ke bawah. Lapisan ini juga diduga penyebab bergesernya tiang pancang yang telah dipancang. Di bawah lapisan tanah lempung lunak ini adalah tanah lempung kelanauan dan kepasiran dengan warna abu-abu dan sangat padat.
Analisis Stabilitas Pada Teknologi Mortar Busa Dalam Perencanaan Flyover Sp.SKA Kota Pekanbaru Ropiska Alfareza; Syawal Satibi; Muhamad Yusa
SAINSTEK Vol. 11 No. 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35583/js.v11i1.186

Abstract

Hoarding on soft soil has been done in several ways so that a structure can be built properly, one of which is using light material as a pile on soft soil. Stability analysis will be carried out on the embankment using foam mortar at Flyover SP.SKA. Modeling is done using the finite element method in the plaxis 16 program, this study uses Mohr – Coulomb for selected embankments, while the Linier Elastic model is for light embankments. In the analysis in the oprit Flyover SP.SKA model of foam mortar heap, the Safety Faktor value (SF) is 7,795 for a 30 day waiting time , while in conventional heaps the Safety Faktor value (SF) is 3,910 a 30 day waiting time.
NUMERICAL MODELING OF COASTAL TIDES AND CURRENT PATTERN AT NORTHERN PEAT COAST OF BENGKALIS ISLAND Daly Riandi; Sigit Sutikno; Muhamad Yusa
Racic : Rab Construction Research Vol 9 No 1 (2024): JUNI
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/racic.v9i1.4109

Abstract

Riau Province experiences a loss of coastline every year due to erosion. The northern coast of Bengkalis Island is prone to coastal setback. Apart from land collapse, erosion is also caused by the flow of water along the coast. To be able to carry out good disaster management, accurate coastal hydrodynamic modelling is important. Some important components of hydrodynamics are tidal characteristics and current patterns. These important components are identified using numerical models. Manning parameter calibration is used to improve the model's accuracy. The tidal characteristic obtained was mixed, predominantly semidiurnal. Meanwhile, the pattern of tidal currents is known from the direction of movement. At spring tide, water moves towards the south and southwest with an average speed of 0.210 m/s and at neap tide, it moves towards the northeast with an average speed of -0.232 m/s.
Analisis Penurunan Penggunaan Teknologi Mortar Busa Dalam Perencanaan Flyover Sp. SKA Kota Pekanbaru Sihaloho, Dodi Seprades; Yusa, Muhamad; Satibi, Syawal
Journal of Infrastructure and Civil Engineering Vol. 3 No. 3 (2023)
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35583/jice.v3i3.47

Abstract

Timbunan oprit mortar busa merupakan teknologi terkini dalam pekerjaan timbunan oprit. Teknologi ini menggunakan beton ringan yang mengandung udara sebagai bahan pengisi timbunan menggantikan teknologi konvensional yang menggunakan tanah sebagai bahan pengisi timbunan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penurunan yang terjadi pada teknologi mortar busa dibandingkan dengan teknologi konvensional. Penelitian ini dimulai dari penentuan lapisan tanah berdasarkan Standard Penetration Test (SPT) dan data sekunder yang diperoleh dari literatur. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan parameter tanah pada setiap lapisannya. Parameter ditentukan melalui korelasi antar parameter. Simulasi numerik pada kedua jenis timbunan oprit dilakukan dengan Metode Elemen Hingga 2D menggunakan PLAXIS. Hasil penurunan selanjutnya akan dibandingkan dan diperiksa berdasarkan kriteria penurunan yang disyaratkan oleh Kimpraswil dan South Carolina Department of Transportation (SCDOT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan yang terjadi pada timbunan oprit mortar busa memenuhi semua kriteria penurunan yang disyaratkan, sedangkan pada timbunan oprit konvensional hanya memenuhi 4 dari 5 kriteria penurunan yang disyaratkan.
Analisis Potensi Likuifaksi Menggunakan Data CPT (Cone Penetration Test) di Teluk Bintuni Papua Barat Himmatul Azizah; Ferry Fatnanta; Muhamad Yusa
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sipil Vol. 1 No. 2 (2022): VOL 1 NO 2 (NOVEMBER 2022)
Publisher : Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1260.947 KB) | DOI: 10.56208/jtrs.v1.i2.hal44-53

Abstract

West Papua is an eastern part of Indonesia that has great potential for earthquakes. Eastern Indonesia's seismic activity was triggered by geographical conditions in three major earthquake paths, namely the zone of the confluence of the Pacific and Papua New Guinea plates, the Sorong fault line and the Tarera – Aiduna fault (Naryanto, 2019). Bintuni Bay is one of the regencies in West Papua Province, located between the south coast of Bird's Head and the coast of the Onin Peninsula, facing the Seram Sea off the west coast of Papua. The sorong fault is one of the active faults (faults) of the earthquake source in the Bintuni Bay area (Ciptakarya.pu, 2002). Liquefaction is one of the failures in the soil structure that can occur due to cyclic loads or earthquake vibrations. Liquefaction is the event of the transformation of noncohesive soil material from solid to liquid properties due to an increase in pore water pressure in the soil cavity. The liquefaction potential was analyzed using the boulanger Idriss method (2014). This method compares the value of CSR (Cyclic Stress Ratio) with CRR (Cyclic Resistance Ratio). The factor of safety value (FS) is used as a limit for potential liquefaction or not. If FS > 1 indicates that the soil layer has no potential for liquefaction, whereas if FS < 1 indicates a potential soil layer of liquefaction. The results of the analysis showed that the magnitude of ≥ 5,6 Mw with soil acceleration (amax) ≥ 0,16 g has the potential to reduce liquefaction with very low to very high categories. Coastal areas have a higher liquefaction potential than land areas.