Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Pelatihan pembuatan abon ikan sebagai alternatif pengolahan hasil tangkapan laut pada masa pandemi, di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek Wiwiek Andajani; Djoko Rahardjo; Yasinta Rizki Amelia
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2021): MEI
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v1i1.1687

Abstract

Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek berada di pinggir laut, dengan luas 2.785,412 Ha, mempunyai penduduk 12.685 jiwa, yang terdiri 6.459 jiwa laki-laki dan 6.226 jiwa wanita. Sebagian besar bekerja sebagai nelayan, di mana 4.291 KK keadaan sosial ekonominya hidup dibawah garis kemiskinan. Bulan Agustus - September, terjadi puncak panen raya, mulai ikan teri hingga ikan besar, seperti ikan tuna, kakap, tongkol dan lain sebagainya. Ikan dipasarkan di Tempat Pelelangan Ikan di lingkup Pelabuhan Prigi Nusantara, ke pedagang luar daerah dan konsumen langsung yang datang sebagai pengunjung wisata. Tetapi sejak pandemi kegiatan ekonomi tersebut terhenti, sehingga perlu solusi untuk membantu menangani permasalahan tersebut, mengingat ikan mudah rusak atau busuk, serta penurunan harga sangat merugikan pendapatan nya. Maka perlu solusi dan pendampingan untuk mengelola dan mengolah tangkapan lautnya, dan disesuaikan dengan program pemerintah untuk memanfaatkan potensi daerah dalam penguatan ketahanan pangan daerah. Tujuan kegiatan memberikan pelatihan pengolahan abon ikan laut, dan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat petani nelayan , yaitu istri petani nelayan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan keluarga, menggunakan metode pendekatan dengan prinsip partisipatif dan metode pelaksanaannya adalah langsung melakukan demo pelatihan pembuatan abon ikan tuna dan sebagai pesertanya adalah 6 orang ibu petani nelayan, di bagi menjadi 2 kelompok, karena kondisi pandemic maka harus memperhatikan protokol kesehatan. Hasilnya bahwa dapat menjadi salah satu solusi pengolahan ikan laut, dan istri petani nelayan sangat antusias sekali mengikuti peltihan pengolahan abon ikan tuna untuk ketahan pangan keluarga, dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Pengelolaan Sampah Terpadu Dan Bank Sampah Al-Ikhlas, di Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota Kediri Wiwiek Andajani; Agustia Dwi Pamujiati; Yesy Nur Gunariyati
JATIMAS : Jurnal Pertanian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2021): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jatimas.v1i2.2093

Abstract

Garbage is a social problem that requires appropriate solutions because waste is generated all the time and occurs anywhere, whether in the village or the city. Both the situation at the source (at the temporary waste disposal site (TPS), as well as the problem at the final waste disposal site (TPA)) and the problem of not segregating the waste cause unpleasant smells. Based on this situation, community service was carried out in the RW 06 Rejomulyo Village, Kota Subdistrict, Kediri City, with the aim of (1) providing education about sorting organic waste and inorganic waste from the source, (2) providing waste management training with the 4 R principles, namely Reduce, Reuse, Recycle and Replant, and (3) to get social and economic benefits from the existence of a waste bank. An example is the Al-Ikhlas waste bank in the RW 06 Rejomulyo Village, Kota Subdistrict, Kediri City. Using the Community Development method is an effort to develop community empowerment by making the community as subjects and objects directly, to increase their participation in development for their interests. The implementation method uses emancipatory participation so that there is interaction, communication, and dialogue with residents through training or counseling activities with four stages: (1) preparation stage, (2) preliminary socialization, (3) implementation of training and practice, and (4) evaluation. The Al-Ikhlas waste bank, in early 2015, consisted of 16 women. However, with increasing awareness of the benefits of waste bank activities, from waste sorting and the implementation of 4Rs that have economic value, in 2021, its members increased dramatically to 55 women.Sampah merupakan masalah sosial yang membutuhkan solusi yang tepat, karena sampah dihasilkan setiap waktu, dan terjadi di mana saja, baik di desa atau di kota. Baik masalah di sumbernya, di tempat pembuangan sampah sementara (TPS), maupun masalah di tempat pembuangan sampah akhir (TPA), juga masalah belum terpilahnya sampah yang pada waktu musim hujan akan tercium aroma yang tidak sedap dan tidak nyaman akibat sampah yang tidak terurai dengan baik. Dari pemikiran tersebut pengabdian masyarakat dilakukan di rukun warga 06 Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota Kediri, dengan tujuan : (1) memberikan edukasi tentang pemilahan sampah organik dan sampah an-organik dari sumbernya, (2) memberikan pelatihan pengelolaan sampah dengan prinsip 4 R, yaitu Reduce, Reuse, Recycle dan Replant, dan (3) untuk mendapatkan manfaat secara social, ekonomi dengan adanya bank sampah. Dalam hal ini sebagai percontohannya adalah bank sampah Al-Ikhlas di rukun warga 06 Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Kota, Kota Kediri. Menggunakan metode Community Development, merupakan upaya pengembangan pemberdayaan masyarakat dengan menjadikan masyarakat sebagai subyeks sekaligus obyek secara langsung, dalam upaya meningkatkan peran serta mereka dalam pembangunan demi kepentingan mereka sendiri. Untuk metode pelaksanannya memakai partisipasi emansipatoris, sehingga terjadi interaksi, komunikasi, dan dialog dengan warga melalui kegiatan pelatihan atau penyuluhan dengan 4 tahapan : (1) tahap persiapan, (2) sosialisasi pendahuluan, (3) pelaksanaan pelatihan dan praktek, dan (4) evaluasi. Bank sampah Al-Ikhlas, awal tahun 2015 beranggotakan 16 ibu, tetapi dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat kegiatan bank sampah, dari pemilahan sampah dan pelaksanaan 4R yang mempunyai nilai ekonomi, maka tahun 2021 anggotanya meningkat drastis menjadi 55 ibu.
Perbandingan Penghasilan Antara Petani Tembakau Rajang Serta Padi Sebagai Tanaman Rotasi di Dusun Krajan Desa Gesikan Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung Asbitatul Kusna Devi; Wiwiek Andajani; Widi Artini
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 2 No. 2 (2022): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v2i2.2747

Abstract

Along with household needs, farmers are required to have additional income. One way to overcome the income constraints is through a crop rotation system. Chopped tobacco and rice are crops that can be rotated. These two crops have been planted by farmers in the Krajan Hamlet, Gesikan Village, TuIungagung Regency. This study aimed to determine the costs and revenues of crop rotation farming of chopped tobacco and rice in the location. The sampling method used in this research was the census. Based on the survey results and these criteria, the total number of farmers was 25 people. Meanwhile, the types of data used in this research were primary and secondary data. The analytical methods used included cost, revenue, and income analysis. Comparative analysis of income using t-test. The results of the research showed that the total average production cost of tobacco farming was IDR48,840,304/ha, which was greater than the production cost of rice farming, which was IDR25,334,347, while the average total revenue for tobacco farming was IDR 80,550,000/ha. Meanwhile, the income of rice farming was IDR33.237.000/ha and the average income from tobacco farming was IDR31.709.696/ha. The result of hypothesis testing shows that the t-count value was 1.697260887, which was less than t-table 15.95651376. Therefore, the income from tobacco farming was higher than the income from rice farming statistically.
Kelayakan Upah Buruh Tani Perkebunan Kelapa Sawit Pt. Sawit Mandiri Lestari Kalimantan Tengah Agustina Irene Mantolas; Widi Artini; Wiwiek Andajani
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 2 No. 2 (2022): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v2i2.2780

Abstract

Oil palm (Elaeis guneensis Jacq.) is a plant that is grown and processed, one of which is used as cooking oil. In 2016, 52.1 million tons were utilized for consumption. It is estimated that this will continue to increase to 68 million tons in the future. Indonesia is part of the largest producer in the world, producing 50% of the world's total production in 2021. The average amount of production can meet the standard of wages for laborers for manual workers on plantations. palm. This research was conducted by the author in Bukit Indah Village, Lamandau District, Bulik Regency, Central Kalimantan. The data was used in the form of primary data and secondary data. Primary data was obtained from farmers through a list of questions that had been prepared, while secondary data was obtained from PT. The Independent Sustainable Palm Oil. The sampling method used purposive sampling by taking a sample of 30 farmers. The results of this study indicated the income of oil palm farmers at PT. Independent sustainable palm oil was profitable and feasible because the amount of income was higher than the amount of agricultural expenditure. This shows that in terms of human resources, the palm oil production company at PT. Sawit Mandiri Lestari was sustainable, it had the potential to take advantage of oil palm cultivation.
Faktor Produksi Usahatani Lada Putih (Piper nigrum L.) Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas Rosiana Selvi; Wiwiek Andajani; Eko Yuliarsha Sidhi
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 3 No. 1 (2023): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v3i1.4000

Abstract

Pepper plants in Sambas Regency, West Kalimantan Province, are included in the type of plantation crops ranked the sixth largest crop yield. Some obstacles pepper farmers face are the significant investment required, the long waiting period for the harvest, climate change, fluctuating selling prices, hard-to-find labour, and restrictions on subsidized fertilizers. Those obstacles affect pepper farmers to switch to other commodities recently. Financially, this study aimed to determine farming feasibility and production factors influencing pepper farming. Thirty farmers in the area were given equal opportunities to be selected as research respondents. Data were collected in two ways: interviews and questionnaires distributed to respondents. Data analysis was carried out quantitatively by calculating total costs, revenue, income, business feasibility, and statistical tests. The analysis showed that the total production cost of IDR52,285,255 was gained from 1,457 kg per hectare production. The price per kg was IDR68,000, which resulted in an income of IDR46,790,745 per hectare. R/C analysis of 1.89 indicated farming feasibility and profitability. Based on the results of multiple regression analysis, the independent variables (seeds, fertilizers, pesticides, labour, and land area) determined the amount of pepper production for 64.7%. Simultaneously, those independent variables significantly affected pepper production. Production factors significantly influenced production were fertilizers, pesticides, and land area. Tanaman lada di Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Bagian Barat yang masuk dalam jenis tanaman perkebunan dengan hasil tanaman terbesar nomor 6 setelah tanaman perkebunan lainnya. Beberapa kendala yang dihadapi oleh petani lada diantaranya investasi yang diperlukan besar, masa tunggu panen yang lama, iklim, harga jual fluktuatif, tenaga kerja sulit didapat, serta pembatasan pupuk subsidi Hal ini dapat menyebabkan petani lada akan beralih ke komoditas lain jika tidak dilakukan penghitungan analisis finansialnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui usahatani, kelayakan usahatani serta faktor produksi yang berpengaruh terhadap usahatani lada putih. Responden yang digunakan sebanyak 30 petani yang ditentukan dengan memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden. Data dikumpulkan dengan dua cara yakni wawancara dan juga kuisioner yang di sebar kepada responden. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menghitung biaya total, penerimaan, dan pendapatan, kelayakan usaha, serta uji statistik. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari total biaya produksi Rp52.285.255 pada produksi sebanyak 1.457 per ha yang harga per kg di harga Rp68.000, maka di peroleh pendapatan dengan besaran nilainya Rp46.790.745 per ha. Hasil perhitungan R/C ratio pada angka 1,89>1 menunjukkan hasil usaha tani pada Desa Nibung tergolong menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, variabel independen (benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan luas lahan) menentukan jumlah produksi lada putih sebesar 64,7%. Secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap produksi lada putih karena F hitung (8,781) lebih besar daripada F tabel (2,56) dengan signifikansi 0,05. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi lada putih adalah pupuk, obatobatan, dan luas lahan
Manajemen Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Sukulen di Desa Rembang, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri Yesy Nur Gunariyati; Wiwiek Andajani; Tutut Dwi Sutiknjo; Agustia Dwi Pamujiati; I Gusti Gede Heru Marwanto; Dione Tabita Shipya
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 3 No. 2 (2023): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v3i2.4722

Abstract

Kediri Regency is one of the regencies in East Java with a large population and livelihoods from agriculture. Rapid global development means that more and more agricultural land is relocated, and its use is restricted for other purposes that are considered more profitable and produce maximum results. The alternative used is succulent cultivation. Rembang Village, Ngadiluwih District, is one of the villages that develops and cultivates ornamental plants in the Kediri Regency. The objectives of this study are: (1) to find out how business management, especially the marketing management of succulents, is. (2) to determine the internal and external factors affecting succulent cactus plant marketing. (3) to determine the right business development strategy for marketing succulent cactus plants. The data analysis method used SWOT analysis, and to achieve the goal, the data was processed in Microsoft Excel, and the results were presented in tabular form and explained clearly. The results of this study were for the strategy of developing succulent ornamental plants, marketing management of succulent ornamental plants was well designed and planned to achieve profits in the company. In the application of SWOT analysis, the IFAS value was 0.7, and the EFAS value was 0.2, located in quadrant I, which means aggressive growth.  This condition was very profitable for traders because strengths and opportunities could be utilized and overcome the problem of weaknesses and threats for the company, so the strategy applied was the S-O strategy. Kabupaten Kediri yaitu salah satu Kabupaten di Jawa Timur dengan jumlah penduduk yang besar dan  bermatapencaharian  dari  pertanian.  Perkembangan  global  yang  sangat  pesat  berarti semakin banyak lahan pertanian yang direlokasi dan dibatasi penggunaannya untuk keperluan lain yang dianggap lebih menguntungkan dan membuahkan hasil yang maksimal. Alternatif yang digunakan adalah budidaya sukulen. Desa Rembang Kecamatan Ngadiluwih merupakan salah satu desa yang mengembangkan dan membudidayakan tanaman hias di Kabupaten Kediri. Maksud dari penelitian ini adalah: (1) Memahami cara mengelola bisnis, terutama dalam pemasaran  tanaman  sukulen.  (2)  Mengidentifikasi faktor-faktor internal  dan eksternal  yang berpengaruh pada pemasaran tanaman kaktus sukulen. (3) Menentukan strategi yang cocok untuk mengembangkan bisnis dalam memasarkan tanaman kaktus sukulen. Metode analisis data dengan menggunakan analisis SWOT dan untuk mencapai tujuan, data diproses di Microsoft Excel lalu hasil disajikan dalam  bentuk tabel  dan dijelaskan dengan jelas.  Hasil penelitian menyebutkan bahwa perencanaan strategi pengembangan bisnis tanaman hias sukulen yang telah dirancang dengan baik, bertujuan untuk mencapai keuntungan perusahaan. Dalam penerapan analisis SWOT, ditemukan nilai IFAS sebesar 0,7 dan nilai EFAS sebesar 0,2, yang menempatkan perusahaan pada kuadran I yang mengindikasikan pertumbuhan yang agresif. Kondisi ini sangat memberikan keuntungan pedagang karena mereka dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang sambil mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, strategi S-O dapat dilaksanakan.  
Pola Kemitraan PT BISI dan Kontribusinya pada Pendapatan Petani Jagung Benih di Kabupaten Nganjuk Rama Andika; Widi Artini; Wiwiek Andajani; Sasi Utami; Aji Priyanto
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 3 No. 2 (2023): JULY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v3i2.4725

Abstract

Seed corn is crucial in fulfilling food needs and is a vital agricultural commodity for increasing farmers' income. One commonly applied business model for seed corn is the partnership between farmers and seed companies. This research aims to analyze the income of seed corn farming within the partnership model between farmers in Patranrejo Village, Brebek District, Nganjuk Regency, and PT BISI. The study used a survey method, collecting primary data through questionnaires based on interviews with farmers and the company. Income and farming expenses were analyzed using descriptive analysis and calculating the farming profitability ratio. The research findings showed that the partnership model positively impacts farmers' income. Farmers' income under this partnership comes from sharing seed sales profits and technical assistance provided by PT BISI. With a total cost of IDR11,241,702, farmers generated an income of IDR9,564,798 per hectare. This income level is average and adequate to meet their living needs and improve their economic status. Farming can also be deemed viable with an R/C ratio of 1.8. The results of this research will provide valuable insights for farmers, seed companies, and stakeholders involved in the development of partnership-based seed corn farming. Jagung benih memiliki peranan yang krusial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan dianggap sebagai komoditas pertanian yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan petani. Salah satu model usahatani jagung benih yang banyak diterapkan adalah petani bermitra dengan dengan perusahaan benih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani jagung benih  dalam pola kemitraan antara petani di Desa Patranrejo, Kecamatan Brebek, Kabupaten Nganjuk dengan PT BISI. Penelitian menerapkan metode survei dengan pengumpulan data primer melalui wawancara berdasar kuesioner kepada pihak petani dan perusahaan. Data pendapatan dan biaya usahatani dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan perhitungan rasio keuntungan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani. Pendapatan petani dalam pola kemitraan ini didapatkan dari pembagian hasil penjualan benih dan bantuan teknis yang diberikan oleh PT BISI. Dengan biaya total Rp11.241,702 menghasilkan pendapatan sebesar Rp9.564,798 per hektar. Pendapatan petani rata-rata mencapai tingkat yang memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan meningkatkan taraf ekonomi. Usahatani juga dapat dinyatakan layak dikembangkan dengan nilai R/C rationya sebesar 1,8. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi petani, perusahaan benih, dan pihak terkait dalam pengembangan usahatani jagung benih berbasis kemitraan.
Edukasi Pengolahan Pangan Lokal Berbasis Ubi Jalar di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk Agustia Dwi Pamujiati; Wiwiek Andajani; Nugraheni Hadiyanti; Lailatul Azkiyah; Rasyadan Taufiq Probojati; Nina Lisanty; Ahmad Haris Hasanudin Slamet
Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/btjpm.v5i3.7986

Abstract

Ubi jalar merupakan salah satu jenis pangan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan. Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro menjadi salah satu produsen ubi jalar di Kabupaten Nganjuk. Namun pemanfaatan ubi jalar di Kecamatan Sukomoro masih terbatas. Padahal ubi jalar dapat diolah menjadi diversifikasi produk pangan dengan nilai ekonomi tinggi.  Maka dari itu perlu dilakukan edukasi tentang pengolahan pangan lokal berbasis ubi jalar dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang potensi serta pemanfaatan ubi jalar. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu tahap preparasi, tahap sosialisasi, tahap pelatihan dan pendampingan serta evaluasi yang dilaksanakan pada bulan April 2022. Sasaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah warga Dusun Gang-gang Malang Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk sebanyak 20 orang. Hasil pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat berjalan dengan baik dan lancar. Peserta mengikuti kegiatan secara runtut dari awal hingga akhir. Peserta kegiatan ini antusias dan memberikan respon positif dalam mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengolahan pangan lokal berbasis ubi. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil evaluasi yang baik. Para peserta mendapatkan nilai rata-rata post test (84,3) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata pre test (66,5). Hal ini berarti bahwa transfer ilmu yang dilakukan pada pengabdian kepada masyarakat ini berhasil dilakukan. Sweet potato is one of the local foods. It has the potential to be developed. Desa Sumengko Kecamatan Sukomoro became one of the sweet potato producers in Kabupaten Nganjuk. However, the utilization of sweet potatoes in Kecamatan Sukomoro is still limited. Even though sweet potatoes can be processed into diversified food products with high economic value, it is necessary to educate about local sweet potato-based food processing to increase public knowledge about the potential and utilization of sweet potatoes. The methods used in this community service are the preparation stage, the socialization stage, and the training and mentoring stage. This community service activity targets the Gang-gang Malang, Sumengko Village, Sukomoro District, Nganjuk, and Regency residents. The results of community service show that community service activities run well and smoothly. Participants took part in the activity coherently from start to finish. Participants in this activity were enthusiastic and responded positively to participating in socialization activities and sweet potato-based local food processing training.
Manajemen Faktor Produksi Usahatani Padi Dengan Pupuk Tambahan POC Wiwiek Andajani; Agustia Dwi Pamujiati; Satriya Bayu Aji; Neli Saadati; Djoko Rahardjo
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 6 No 2 (2022): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University - Faculty of Agriculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v6i2.3122

Abstract

Increasing rice production is an absolute thing to support national food security. This is inseparable from the inputs used by farmers in farming activities, one of which is the use of fertilizers. Fertilization is an important factor for nutrient supply during the plant growth cycle. There are two types of fertilizers used in the community, namely chemical fertilizers and organic fertilizers. The development of the two types of fertilizers is like two sides of a coin. Chemical fertilizers do have the advantage of speeding up the harvest process more than organic fertilizers. Some of the effects of chemical fertilizers are starting from an unbalanced ecosystem. The price of chemical fertilizers is getting more and more expensive amid the farmers' need to accelerate and increase the amount of production. This can be avoided by starting to use organic fertilizers. A study was conducted on the efficiency of rice farming with additional liquid organic fertilizer (POC). Using quantitative research methods, its approach was descriptive and associative analysis. The sample used was 50 farmers in Sawuh Village, Siman District, Ponorogo Regency. The sample was taken from 94 rice farmers who used additional POC fertilizer. Rice farming with additional POC fertilizer can be considered efficient and affects rice production. The average production per hectare was 7,296 Kg of harvested dry grain. The average cost incurred for rice farming using additional POC fertilizer was IDR18,263,319 per hectare. The income of rice farming using additional POC fertilizer per hectare was IDR14,932,207 in one growing season.Peningkatan produksi padi adalah suatu hal yang mutlak demi menunjang ketahanan pangan nasional. Hal ini tidak terlepas dari input yang digunakan oleh petani dalam aktifitas bercocok tanam, salah satunya adalah penggunaan pupuk. Pemupukan sebagai faktor penting untuk persediaan unsur hara selama siklus pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk di masyarakat ada dua jenis, yaitu pupuk kimia dan pupuk organik. Perkembangan kedua jenis pupuk tersebut seakan seperti dua sisi koin. Pupuk kimia memang memiliki keunggulan untuk mempercepat proses panen daripada pupuk organik. Beberapa dampak pupuk kimia ialah mulai dari ekosistem yang menjadi tidak seimbang. Harga pupuk kimia yang semakin hari semakin mahal di tengah kebutuhan petani untuk mempercepat dan memperbanyak jumlah produksinya. Hal tersebut bisa dihindari dengan mulai penggunaan pupuk organik. Artikel ini melakukan peneltian yang berfokus pada efisiensi usahatani padi dengan pupuk tambahan Pupuk Organik Cair (POC). Menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan analisis asosiatif. Sampel yang digunakan sebanyak 50 petani di Desa Sawuh Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Sampel tersebut diambil dari 94 petani padi yang menggunakan pupuk tambahan POC. usahatani padi dengan pupuk tambahan POC bisa dinilai efisien beserta memiliki pengaruh terhadap produksi padi. Rata-rata produksi per Hektar adalah 7.296 Kg gabah kering panen. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi yang menggunakan pupuk tambahan POC adalah sebesar Rp18.263.319 per hektar. Pendapatan usahatani padi yang menggunakan pupuk tambahan POC per Hektarnya sebesar Rp14.932.207 dalam satu musim tanam.
Kelayakan Usaha Ternak Burung Puyuh di Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk Akhris Asanit Ta’wim; Widi Artini; Wiwiek Andajani; Nina Lisanty
JINTAN : Jurnal Ilmiah Pertanian Nasional Vol. 4 No. 1 (2024): JANUARY
Publisher : Universitas Kadiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/jintan.v4i1.5290

Abstract

Prambon District in Nganjuk Regency, East Java, has shown its community's adaptation to the COVID-19 pandemic by switching to livestock businesses, significantly raising quail. With mostof the population initially working as farmers, the Work From Home (WFH) policy and Large-Scale Social Restrictions (PSBB) encouraged the Prambon community to choose livestock as an additional source of income. Research in Mojoagung Village involving 23 breeders showed that raising quail in Prambon has promising economic potential. Even though production costs reach IDR33,704,380 for 1000 quails, the net income from selling quail eggs reaches IDR77,220,620 during the production period. Additional income from selling quail meat and quail dung (fertilizer) reached IDR2,250,000 and IDR1,575,000 respectively. This livestock business is profitable and very worthy of development. Policy implications involve government support in the form of training, technical assistance, and market development to support local economic growth and diversification of livelihoods, making quail farming a sustainable option to improve the welfare of the Prambon community.   Kecamatan Prambon di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menunjukkan adaptasi masyarakatnya terhadap pandemi COVID-19 dengan beralih ke usaha peternakan, terutama beternak burung puyuh. Dengan mayoritas penduduk yang awalnya berprofesi sebagai petani, kebijakan Work From Home (WFH) dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mendorong masyarakat Prambon untuk memilih usaha peternakan sebagai sumber pendapatan tambahan. Penelitian di Desa Mojoagung melibatkan 23 peternak menunjukkan bahwa beternak burung puyuh di Prambon memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Meskipun biaya produksi mencapai Rp33.704.380 untuk 1000 ekor burung puyuh, pendapatan bersih dari penjualan telur puyuh mencapai Rp77.220.620 selama masa produksi. Pendapatan tambahan dari penjualan daging puyuh dan kotoran puyuh (pupuk) masing-masing mencapai Rp2.250.000 dan Rp1.575.000. Usaha ternak ini menguntungkan dan sangat layak untuk dikembangkan. Implikasi kebijakan melibatkan dukungan pemerintah dalam bentuk pelatihan, bantuan teknis, serta pengembangan pasar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan diversifikasi mata pencaharian, menjadikan beternak burung puyuh sebagai opsi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Prambon.