Articles
Monitoring of particulate matter 10 µm (PM10) in ambient air by means of Gent Sampler as an alternative to Beta Ray Automatic Analyzer for Air Pollution Mitigation
Rina Aprishanty;
Rita Mukhtar;
Ridwan Fauzi;
Dwiana Lestiani;
Muhayatun Santoso
Jurnal Ecolab Vol 13, No 2 (2019): Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (456.634 KB)
|
DOI: 10.20886/jklh.2019.13.2.106-114
The monitoring of Particulate Matter 10 Mikron (PM10), as one of the critical parameters of air quality in Indonesia, requires equipment that can monitor the actual concentration for 24-hours continuously. Based on that, the anticipation of mitigation against conditions before an episode of pollution occurred can be carried out especially for areas with a history of forest and land fires. This study aimed to find out the correlation between PM10 using Gent sampler and PM10 using Beta Ray Analyzer. It is important to anticipate the current condition of local capacity in fulfilling monitoring data in one area lacking of sophisticated automatic monitoring instrument like Beta Ray Analyzer. The study was conducted at Pekanbaru station which belongs to the regional environmental office in Riau Province, during January 2013 to March 2014 covering 52 available data from manual sampling 24-hour weekly period using Gent Sampler. It was found that the PM10 concentration ranges from 12.7µg/NM3-148.6µg/NM3. The statistical analysis of this preliminary study pertaining the correlation coefficient of the two instruments reading is as high as 0.803. Pearson correlation analysis was employed in drawing the statistical inference. It is of interest to conclude that the gravimetric method of Gent Sampler can be used as an alternative method in monitoring particulate in ambient air.
Evaluasi Aplikasi Penghalang Bunyi di Lingkungan Sekolah dalam Tinjauan Persepsi dan Ekonomi
Muhamad Yusup Hidayat, S.Hut, M.Si;
ridwan fauzi;
Budi Purwanto;
Melania Hanny Aryantie
Jurnal Ecolab Vol 14, No 2 (2020): Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jklh.2020.14.2.91-100
Komunikasi yang efektif antara guru pengajar kepada siswa selaku peserta didik sering terganggu karena kebisingan. Salah satu cara pengendalian kebisingan adalah pengendalian medium perambatan kebisingan dengan sound barrier. Penerapan sound barrier di lingkungan sekolah memerlukan penilaian persepsi siswa dan guru serta analisis ekonomi terhadap bahan atau materialnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi siswa dan guru serta menghitung nilai ekonomi alat penghalang bunyi (sound barrier) berdasarkan lama waktu pemanfaatan dan biaya produksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yaitu mendeskripsikan hasil skoring yang dilakukan. Analisis persepsi dilakukan dengan menggunakan analisis Likert. Penyusutan dihitung dengan nilai depresiasi alat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasangan sound barrier cukup sesuai untuk diaplikasikan di lingkungan sekolah dan meningkatkan kenyamanan kegiatan belajar mengajar karena mengurangi kebisingan yang dihasilkan dari kendaraan. Bahan sound barrier yang diaplikasikan sudah tetap dan dapat diterima responden namun perlu perbaikan aksesoris untuk meningkatkan estetika. Secara nilai ekonomi, penggunaan material kayu kamper (Dryobalanops sp.) sebagai bahan baku sound barrier cukup efisien jika dibandingkan dengan material berbahan akrilik, karena material kayu tersebut mempunyai nilai penyusutan yang rendah. Persepsi responden terhadap performa alat sound barrier cukup puas dan dapat diterima sebagai alat insulasi kebisingan.
KEMAMPUAN 11 (SEBELAS) JENIS TANAMAN YANG DOMINAN PADA RTH (RUANG TERBUKA HIJAU) DALAM MENJERAP LOGAM BERAT TIMBEL (Pb)
Bambang Hindratmo;
Edy Junaidi;
Ridwan Fauzi;
Muhamad Yusup Hidayat;
Siti Masitoh
Jurnal Ecolab Vol 13, No 1 (2019): Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (476.379 KB)
|
DOI: 10.20886/jklh.2019.13.1.29-38
Pertumbuhan industri di kota besar berimbas pada tingginya pencemaran udara. Jenis logam berat timbel (Pb) merupakan salah satu polutan yang menjadi bagian dari bahan pencemar tersebut. Upaya mitigasi dapat dilakukan dengan perbaikan lingkungan udara di kawasan industri melalui tanaman pohon yang mampu menjerap timbel dalam udara ambien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang mampu menjerap timbel. Penelitian menggunakan metode eksperimen terhadap 11 jenis tanaman. Eksperimen penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan analisis statistik ragam (ANOVA). Penyemprotan larutan timbel dengan kadar 1 ppm dilakukan setiap hari selama 90 hari. Penghitungan kandungan logam timbel di daun menggunakan metode 3030-H APHA (American Public Health Association) dengan alat berupa Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil analisis memperlihatkan serapan tertinggi dengan jenis pohon Mahoni Uganda dengan nilai 30,76 ppm dan Bintaro 24,9 ppm serta terendah pohon Kemuning dengan serapan 10,83 ppm. Pohon Mahoni Uganda dan Bintaro diunggulkan sebagai pohon petensial yang mampu menyerap timbel sehingga dapat digunakan untuk mitigasi penanganan pencemaran udara disekitar pabrik dengan udara ambient yang kadar logam berat jenis timbelnya tinggi.
DISTRIBUSI PENCEMARAN MERKURI DI DAS BATANGHARI SUMATERA
Dewi Ratnaningsih;
Ridwan Fauzi;
Muhamad Yusup Hidayat;
Alfrida Suoth;
Niniek Triana;
Yunesfi Sofyan;
Alfonsus H Harianja
Jurnal Ecolab Vol 13, No 2 (2019): Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (740.872 KB)
|
DOI: 10.20886/jklh.2019.13.2.115-123
Pencemaran merkuri menimbulkan dampak berbahaya terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai Batanghari yang melintasi Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, mempunyai potensi deposit emas, khususnya di wilayah hulu sungai yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Hal tersebut telah mendorong timbulnya penambangan emas secara tradisional dengan menggunakan merkuri yang dilakukan oleh masyarakat. Aktivitas masyarakat tersebut mengakibatkan pencemaran merkuri di Sungai Batanghari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi pencemaran merkuri di Sungai Batanghari. Pengambilan sampel dilakukan di 10 lokasi di DAS Batanghari yang berada di Provinsi Sumatera Barat dan 5 lokasi di Provinsi Jambi pada tahun 2007-2008. Data juga diambil 6 titik pantau yang berbeda yang berada di wilayah hulu Sumatera Barat dengan frekuensi pengambilan sampel dilakukan 5 kali dalam setahun dari tahun 2008-2014 yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan Hidup, Provinsi Sumatera Barat dalam kerja sama pemantauan sungai dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hasil identifikasi tersebut mengindikasikan adanya distribusi merkuri baik di air sungai maupun sedimen sungai. Merkuri di air sungai berfluktuasi pada kisaran <0,0005 mg/L – 0,32 mg/L, sedangkan pada sedimen sungai terdeteksi dengan kisaran 0,01 – 0,42 mg/kg. Keberadaan merkuri di air sungai dan sedimen sungai perlu mendapatkan perhatian agar sumber pencemar yang berasal dari pertambangan emas tradisional dapat dicegah lebih lanjut sehingga dampak negatif pencemaran merkuri dapat diminimalisasi.
Penggunaan IKA-INA dalam Penilaian Kualitas Air dengan Dua Skenario Kurva Sub-Indeks
Dewi Ratnaningsih;
Retno Puji Lestari;
Ernawita Nazir;
Ridwan Fauzi;
Budi Kurniawan
Jurnal Ecolab Vol 14, No 2 (2020): Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/jklh.2020.14.2.125-135
Indeks kualitas air merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk penilaian kualitas air. Berbagai indeks kualitas air telah dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. National Sanitation Foundation – Water Quality Index (NSF-WQI) merupakan salah satu formulasi indeks kualitas air yang banyak digunakan sebagai acuan pengembangan indeks baru. Tujuan kajian ini adalah untuk membandingkan penggunaan formulasi IKA-INA dengan skenario I menggunakan kurva sub indeks IKA-INA dan skenario II menggunakan kurva sub indeks kombinasi IKA-INA dan NSF-WQI. Kurva sub-indeks skenario II disusun dengan melakukan kombinasi kurva sub indeks NSF-WQI yang mempunyai parameter sesuai dengan kurva sub indeks IKA-INA. Uji Pearson Correlation dilakukan pada hasil indeks kualitas air skenario I dan II untuk mengetahui kedekatan dengan nilai indeks kualitas air berdasarkan penilaian pakar di lapangan. Formulasi IKA-INA dengan kurva sub indeks skenario I dan II diaplikasikan di 22 titik lokasi DAS Ciliwung dari hulu wilayah Puncak Bogor sampai ke hilir wilayah DKI Jakarta. Hasil aplikasi menunjukkan bahwa indeks kualitas air di DAS Ciliwung menunjukkan tren yang semakin memburuk ke arah hilir dengan rata-rata nilai indeks di wilayah Jakarta sebesar 38 untuk skenario I dan 32 untuk skenario II. Pemanfaatan dua skenario tersebut memberikan selisih nilai IKA yang lebih rendah untuk skenario II IKA-INA kombinasi dibandingkan skenario I. Hasil analisis menunjukkan bahwa kurva sub indeks IKA-INA masih mempunyai nilai kedekatan yang lebih tinggi dibandingkan IKA-INA kombinasi terhadap hasil IKA penilaian pakar di lapangan, namun kedua skenario tersebut masih berada pada nilai kedekatan yang sangat erat atau mendekati 1, sehingga selain skenario I, formulasi IKA-INA skenario II dengan kurva sub indeks kombinasi juga dapat dijadikan alternatif formulasi penilaian kualitas air sungai.
PENGEMBANGAN INDEKS KUALITAS AIR SEBAGAI ALTERNATIF PENILAIAN KUALITAS AIR SUNGAI
Dewi Ratnaningsih;
Retno Puji Lestari;
Ernawita Nazir;
Oktaria Diah Pitalokasari;
Ridwan Fauzi
Jurnal Ecolab Vol 12, No 2 (2018): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (554.857 KB)
|
DOI: 10.20886/jklh.2018.12.2.53-61
Pengembangan Indeks Kualitas Air (IKA) merupakan proses lanjutan dari penyusunan IKA yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL) pada tahun 2016. Pengembangan IKA dilakukan melalui verifikasi terhadap komponen penyusun IKA yang meliputi kurva sub indeks, pembobotan parameter, dan verifikasi lapangan terhadap hasil formulasi IKA. Verifikasi lapangan dilakukan pada delapan lokasi di Sungai Ciliwung. Hasil verifikasi lapangan menunjukkan bahwa nilai IKA yang diperoleh dari hasil pengujian kualitas air di laboratorium dan hasil verifikasi lapangan oleh panelis pada waktu bersamaan menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata, sehingga rumusan IKA yang telah dikembangkan sesuai digunakan untuk penilaian Sungai Ciliwung. Nilai IKA dikembangkan menjadi enam kriteria yaitu sangat baik (100 ≤ I > 90), baik (90 ≤ I ≥ 80) cukup baik (80 < I ≥ 70), sedang (70 < I ≥ 51), marginal (51< I ≥ 36), dan buruk (36 < I ≥ 0). Hasil aplikasi IKA menunjukkan bahwa salah satu sumber mata air Sungai Ciliwung di wilayah yang berada di lereng Gunung Pangrango menpunyai nilai 91 dengan kriteria sangat bagus. Sungai Condet sebagai salah satu anak sungai Ciliwung dengan sumber pencemar domestik yang tinggi berada pada nilai 35.5 dengan kriteria buruk. Enam lokasi Sungai Ciliwung lainya berada pada kriteria marginal sampai baik. Rumusan IKA yang telah diperoleh dapat diaplikasikan untuk instrumen penilaian sungai dan hasilnya dapat dimanfatkan untuk perencanaan dan evaluasi pengendalian pencemaran air sungai.
PENGARUH KONSUMSI ENERGI, LUAS KAWASAN HUTAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP EMISI CO2 DI 6 (ENAM) NEGARA ANGGOTA ASEAN: PENDEKATAN ANALISIS DATA PANEL
Ridwan Fauzi
Jurnal Ecolab Vol 11, No 1 (2017): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (804.588 KB)
|
DOI: 10.20886/jklh.2017.11.1.14-26
Perubahan iklim (climate change) yang terjadi saat ini merupakan akibat meningkatnya emisi CO2. Konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi sebagai penggerak perekonomian dianggap paling berpengaruh terhadap meningkatnya emisi CO2. Nilai hutan sebagai penyerap emisi CO2 hingga saat ini belum banyak diketahui. Maka diperlukan suatu riset empiris untuk mengetahui pengaruh konsumsi energi, pertumbuhan ekonomi, serta variabel baru berupa luas kawasan hutan yang turun terhadap peningkatan emisi CO2 di 6 (enam) negara-negara anggota ASEAN. Penelitian ini bersifat desk analysis dengan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan. Pembahasan analisis yang digunakan adalah analisis estimasi model ekonometrik dan statistika menurut panel data regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ekonometrika dari variabel konsumsi energi, pertumbuhan ekonomi dengan menambahkan variabel luas kawasan hutan mempunyai pengaruh terhadap emisi CO2 dengan tingkat kepercayaan terhadap model sebesar 97,84% dan sisanya yaitu 2,16% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar varibel tersebut. Indikasinya setiap kenaikan satu persen luasan hutan dari suatu negara akan mampu menurunkan nilai emisi CO2 sebesar 0,04% (dalam metrik ton per kapita).
Mitigasi dampak pencemaran timbel di sekitar peleburan aki bekas
Ridwan Fauzi;
Muhamad Yusup Hidayat;
Bambang Hindratmo;
Siti Masitoh;
Rahmad Onig Witama;
Alfonsus H Harianja
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (334.528 KB)
|
DOI: 10.24960/jli.v11i1.6364.39-47
Pencemaran logam berat timbel (Pb) di sekitar peleburan aki bekas sudah sangat memperihatinkan dan sangat berisiko bagi kesehatan lingkungan. Penggunaan tanaman yang mempunyai kemampuan dalam menyerap timbel perlu diaplikasikan dengan memperhatikan kondisi lanskap di sekitar peleburan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas tindakan mitigasi dampak pencemaran timbel di udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi penanaman dalam desain lanskap membuktikan tanaman dapat menjadi agen pengendali pencemaran logam berat timbel yang efektif dengan diketahuinya trend peningkatan nilai jerapan timbel dalam daun beberapa jenis tanaman yang diaplikasikan. Jenis tanaman flamboyan (Delonix regia) adalah jenis tanaman yang paling tinggi konsentrasi timbel dalam daunnya yang mencapai 3.946,05 mg/kg, apabila dibandingkan dengan jenis tanaman yang lain seperti Pinus (Pinus merkusii) yang mencapai 2.062,14 mg/kg dan Mahoni (Swietenia macrophylla) yang mencapai 910,68 mg/kg.
Karakteristik konsentrasi timbel (Pb) dalam daun 3 (tiga) jenis pohon di sekitar pabrik peleburan aki bekas di Tangerang dan Bekasi
Ridwan Fauzi;
Muhamad Yusup Hidayat;
Bambang Hindratmo;
Siti Masitoh
Jurnal Litbang Industri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (317.978 KB)
|
DOI: 10.24960/jli.v9i2.4867.97-104
Konsentrasi timbel (Pb) yang tinggi di udara, khususnya di sekitar pabrik peleburan aki bekas berisiko bagi kesehatan manusia. Tumbuhan mempunyai fungsi filtrasi terhadap polutan udara sehingga udara yang dihasilkan menjadi lebih segar. Peran tumbuhan dalam penyerapan timbel di lokasi sekitar peleburan aki bekas belum banyak dikaji. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik konsentrasi timbel dalam daun di sekitar pabrik peleburan aki bekas di kawasan industri Kadu Manis Tangerang dan kawasan industri Jababeka Bekasi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, sampel yang diambil merupakan daun pada pohon yang berada di sekitar kawasan industri Kadu Manis Tangerang dan kawasan industri Jababeka Bekasi. Sampel daun diambil sesuai arah mata angin dengan jenis pohon yang diambil adalah Trembesi (Samanea saman), Bintaro (Cerbera manghas), dan Glodokan (Polyalthia longifolia). Sampel daun diambil dalam radius 0 hingga 7,5 km dari lokasi peleburan aki bekas. Konsentrasi timbel dalam daun dihitung dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah angin berpengaruh nyata terhadap konsentrasi timbel dalam daun. Pepohonan yang berada di sebelah utara pabrik peleburan mempunyai kadar timbel paling besar dibanding tiga arah lainnya. Jarak dengan peleburan aki bekas hanya berpengaruh nyata terhadap konsentrasi timbel di kawasan industri Jababeka Bekasi.ABSTRACTThe high concentration of lead (Pb) in the air, especially around the smelter of used batteries is harmful for human health. Plants have a good filtration function for air pollutants. Effect of plants in the absorption of lead in the air, especially in locations around the smelting of used batteries has not been widely studied. This study aims to identify the characteristics of lead concentration in leaves around the smelter in industrial area of Kadu Manis, Tangerang and industrial area of Jababeka, Bekasi. This research is quantitative research, samples taken are leaves on trees that are around the smelters. Leaf samples were taken following the direction of the wind, with the tree species taken were Trembesi (Samanea saman), Bintaro (Cerbera manghas), and Glodokan (Polyalthia longifolia). Samples were taken in a radius of 0 to 7.5 km from the smelters. The lead concentration was analyzed using AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Data analysis was performed using multiple linear regression. Wind direction has a significant effect on lead concentration in leaves. Trees that are north of the smelter have the highest lead levels compared to the other three directions. The distance with lead smelting only has a significant effect on lead concentration in Jababeka Industries.
Macroscopic Fungi Species in Kelimutu National Park, East Nusa Tenggara
Ridwan Fauzi;
Muhamad Yusup Hidayat;
Grace Serepina Saragih
Jurnal Wasian Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Wasian
Publisher : Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPLHK)Manado
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1438.005 KB)
|
DOI: 10.20886/jwas.v5i2.4346
This study aims to identify macroscopic fungi species in Kelimutu National Park. The method used in this study was a combination of Visual Encounter Survey method in 5 tracking lines at altitude between 1,000 - 1,700 meters above sea level. Based on the results of the survey, there were 46 species of macroscopic fungi from 23 families in Kelimutu National Park. Some species of macroscopic fungi have the potential to be cultivated as food and medicinal ingredients. The existence of this macroscopic fungus has also given a special characteristic of Kelimutu because it only grows at an altitude between ± 1,045 - 1,616 meters above sea level.Keywords: macroscopic fungi, Visual Encounter Survey, Kelimutu National Park.