Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Keragaman Agronomis dan Morfologis Padi Gogo Lokal Sultra dan Timor-Leste Ditanam Pada Kondisi Air Sub-Optimal dan Optimal Gago, Cornelio; Pasolon, Yulius Bara; Boer, Dirvamena
Berkala Penelitian Agronomi Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.664 KB) | DOI: 10.33772/bpa.v6i1.7518

Abstract

Ketersediaan pangan dalam hal ini beras merupakan masalah yang cukup serius bagi semua petani, karena selain perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, juga timbulnya permasalahan baru yaitu perubahan musim kering yang panjang, keterlambatan dan perubahan waktu tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pengkondisian air sub-optimal dan air optimal dan macam kultivar lokal terhadap keragaan agronomi morfologi dan fisiologi padi gogo lokal Sultra dan Timor Leste, sebagai upaya pendekatan yang dapat diaplikasikan pada lahan kering sawah tadah hujan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Plastik lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari. Percobaan disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial (Faktorial RAK) yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah kondisi air sub-optimal dan optimal yang terdiri atas empat taraf perlakuan yaitu kadar air 150%  (W4), kadar air 100%  (W3), kadar  air 50%  (W2), dan kadar air 25%  (W1). Faktor kedua adalah macam kultivar yang terdiri atas empat taraf perlakuan yaitu Kultivar Pae Bakala (K1), Kultivar Ernina (K2), Kultivar Pae Pehela (K3), dan Kultivar Kokodeli Leimea (K4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa macam kultivar berpengaruh pada semua karakter pengamatan kecuali shoot-root ratio. Pada kondisi air sub-optimal dan optimal berpengaruh terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, berat jerami per rumpun, umur berbunga, panjang malai isi, dan berat gabah kering per rumpun . Keragaman lingkungan dan sifat genetik tanaman berpengaruh terhadap perubahan sifat baik itu jumlah anakan maksimum, umur berbunga, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, panjang malai isi, dan berat gabah kering per rumpun, karena pada kondisi air sub-optimal maupun optimal setiap kultivar menunjukan respon yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan yang adaKata Kunci : Keragaman, Agronomis, Morfologi, Kondisi Air, Padi Gogo
Pengaruh Letak Buah pada Berbagai Umur Tanaman Terhadap Mutu Kakao (Theobroma cacao L.) Asrianingsi, Asrianingsi; Mamma, Sarawa; Boer, Dirvamena
Berkala Penelitian Agronomi Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.967 KB) | DOI: 10.33772/bpa.v6i1.7519

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak buah dan perbedaan umur tanaman terhadap mutu kakao. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2015. Pengambilan sampel dilakukan di lahan petani kakao di Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe. Penelitian dilakukan pada tanaman kakao jenis hibrida (Trinitario) warna hijau umur 8, 10, 12 dan 14 tahun. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan tersarang dengan pola RAL dengan 3 ulangan. Umur tanaman yaitu umur 8, 10, 12 dan 14 tahun; serta umur letak buah tersarang pada umur tanaman meliputi batang, cabang primer dan cabang sekunder. Setiap plot terdiri dari 3 unit percobaan dan setiap unit percobaan  terdiri dari 3 tanaman sehingga jumlah tanaman menjadi 36 tanaman kakao dan 108 buah kakao. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam dan hasil analisis yang menunjukkan pengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa letak buah kakao berpengaruh sangat nyata terhadap semua variabel penelitian kecuali pada variabel berat buah yang berpengaruh tidak nyata. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin tua tanaman kakao maka semakin menurun mutu kakaonya. Umur tanaman kakao terbaik terhadap mutu kakao diperoleh pada umur 8 tahun. Kata kunci: Kakao, kualitas biji, letak buah, umur tanaman
Keanekaragaman Tanaman Pekarangan Dan Pemanfaatannya Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Di Kecamatan Wakorumba Selatan Feriatin, Feriatin; Boer, Dirvamena; Jamili, Jamili
Berkala Penelitian Agronomi Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.955 KB) | DOI: 10.33772/bpa.v5i2.7561

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, struktur dan indeks keanekaragaman tanaman  serta pola pemanfaatan untuk mendukung ketahanan pangan  di kecamatan Wakorumba Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuadrat. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah struktur vegetasi yang meliputi densitas, densitas relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, nilai penting dan indeks keanekaragaman sedangkan data yang dianalisis secara kualitatif meliputi deskriptif komposisi tanaman dan pola pemanfaatan tanaman dilahan pekarangan untuk mendukung ketahanan pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis tanaman yang terdapat di lahan pekarangan  kecamatan Wakorumba Selatan diperoleh sebanyak 25 famili dari  44 jenis tanaman, dimana 22 jenis tanaman tahunan dan 22 jenis tanaman musiman. Untuk struktur vegetasi tanaman yang diusahakan pada lahan pekarangan di kecamatan Wakorumba Selatan ditinjau dari segi nilai penting tertinggi untuk tingkat pohon ditunjukkan oleh spesies Cocos nucifera yaitu 201,85 % terdapat pada desa Wambona sedangkan nilai terendah ditunjukkan oleh spesies Eugenia aquea Burm. F, yaitu 5,54 % terdapat pada desa Wakorumba. Untuk tingkat tihang nilai tertinggi ditunjukkan oleh spesies Theobroma cacao L. yaitu 125,55 % sedangkan nilai terendah yaitu spesies Syzygium malacensis dengan nilai 7,12 % terdapat pada desa Wambona. Tingkat sapihan nilai tertinggi ditunjukkan oleh spesies Carica papaya L. yaitu 103,59 % terdapat pada desa Bakealu sedangkan nilai terendah  spesies Tamarindus indica L. dengan nilai 3,38 % terdapat pada desa Wakorumba. Untuk tingkat semai nilai tertinggi ditunjukkan oleh spesies Cocos nucifera 83,33 % terdapat pada desa Bakealu sedangkan nilai terendah ditunjukkan oleh spesies Nephelium lappaceum yaitu 5,85 % terdapat pada desa Wakorumba. Indeks keanekaragaman tanaman didesa Wakorumba, Pure, Bakealu, Wambona dan kelurahan Labunia tergolong sedang, terkecuali pada tingkat sapihan desa Bakealu tergolong rendah. Pola pemanfaatan tanaman yang diusahakan pada lahan pekarangan oleh penduduk di kecamatan Wakorumba Selatan yaitu sebagai sumber karbohidrat (18,18 %), sebagai sumber protein (11,36 %), sumber vitamin (45,45 %), sumber mineral (22,73 %) dan pemanfaatan sebagai sumber lemak (2,27 %).Kata kunci:   Komposisi Tanaman Pekarangan, Struktur Vegetasi, Indeks   Keanekaragaman, Pola Pemanfaatan
The Use of Bokashi to Enhance Agricultural Productivity of Marginal Soils in Southeast Sulawesi, Indonesia. Karimuna, La; Rahni, Nini Mila; Boer, Dirvamena
Journal of Tropical Crop Science Vol 3 No 1 (2016): Journal of Tropical Crop Science
Publisher : Department of Agronomy and Horticulture, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.134 KB) | DOI: 10.29244/jtcs.3.1.1-6

Abstract

The yield of agriculture crops tends to be decreasing in many parts of world including in Indonesian farmers’ land.  One of the causes of the decreased yields is the reduction of organic matter in the soil. Peanut is one of the important crops in southeast Sulawesi and is usually intercropped with maize. However, the yield of peanut and maize crops were low as they were grown in marginal lands that have low nutrient contents, low CEC, high acidity, and low organic matter. The objectives of this paper were to summarize the results of our studies on the use of bio fertilizer bokashi plus fertilizer to improve peanut yields grown in marginal soil in southeast Sulawesi, Indonesia. The study also examined the agronomical performance of several local peanut varieties which had high adaptability to the local conditions and marginal lands. The results of this study demonstrated that application of mulch and bokashi increased maize and peanut production, seed dry weight and 100-seed weight. This practice has potentials to be applied in other agricultural lands of southeast Sulawesi region with similar soil and climatic condition to increase peanut yield, and promote the sustainable agriculture production of the region.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG PELARUT PHOSPHATE DARI RIZOSFER GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNST) DAN BAMBU (DENDROCALAMUS ASPER) Suleman, Darwis; Sani, Asrul; Ambardini, Sri; Yanti, Nur Arfa; Boer, Dirvamena
Berkala Penelitian Agronomi Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/bpa.v7i2.10564

Abstract

Fosfor (P) merupakan hara utama kedua yang membatasi produksi tanaman, namun ketersediaannya di dalam tanah sangat masalah karena reaksi presipitasi dengan Al+3 dan Fe+3 pada tanah masam atau Ca+2 pada tanah alkalin. Selama beberapa tahun terakhir, pemanfaatan mikroba tanah di anggap sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan ketersediaan P untuk tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi kapang pelarut fosfat dari rizosfer bambu dan gadung. Isolasi kapang pelarut fosfat dilakukan pada kondisi in vitro, melalui serangkaian pengenceran dengan menggunakan media Pikovskaya padat. Hasil penelitian diperoleh dua isolat dari rizosfer gadung dan satu isolat dari rizosfer bambu. Namun, hasil uji kelarutan P hanya satu isolat dari gadung yang menunjukkan zona bening di sekitar koloni. Secara kualitatif, kelarutan P bervariasi antara 2,405 dan 2,052 untuk gadung dan bamboo. Analisis numerik-fenetik mengungkapkan bahwa isolat kapang dari gadung terdeteksi sebagai Talaromyces aculeatus dengan indeks kesamaan 100% dan isolat kapang dari bambu teridentifikasi sebagai Fuzarium proliferatum dengan indeks kesamaan 89,7% dibandingkan dengan kapang acuan.Kata kunci : Asam organik, kapang, phosphate,  pelarut, rizosfer
MIKROPROPAGASI PISANG MAS KIRANA (Musa acuminata L) MEMANFAATKAN BAP DAN NAA SECARA IN-VITRO Kasutjianingati, Kasutjianingati; Boer, Dirvamena
Jurnal Agroteknos Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Agroteknos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this research was to study the effects of cytokinine and auxin (BAP and NAA) on micropropagation of banana cv Mas Kirana (AA).  The experiment used completely randomized design, with a single factor of multiplication media, consisted of 4 media i.e. MS + BAP 4 ppm,  MS + BA 6 ppm, MS + BAP 4 ppm + NAA 0,1 ppm,  MS + BA 6 ppm + 0.1 ppm. The experiment treatment of BAP 4 ppm produced the highest shoot number (100% small bud). The best shoot of Mas Kirana morphogenesis produced when the shoots sub-cultured in media MS0. The treatment 4 ppm BAP after sub-cultured at MS0 produced big plantlet ready to acclimatization for up to 43% (9 plantlets). Key words:   BAP, NAA, morphogenesis, big plantlet
SKRINING KETAHANAN BEBERAPA JENIS TANAMAN CABAI RAWIT TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN APRIZAL, MUHAMMAD; BOER, DIRVAMENA; HADINI, HAMIRUL; SADIMANTARA, I GUSTI RAY; MUHIDIN, MUHIDIN; ANIMA HISEIN, WAODE SITI
Jurnal Agroteknos Vol 13, No 1 (2023)
Publisher : Jurnal Agroteknos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this research is to obtain information on the resistance of several local cayenne pepper varieties from Southeast Sulawesi to drought stress. The study was conducted at Field Laboratory II, Faculty of Agriculture, Halu Oleo University, Kendari, which took place from January to June 2022. The research consisted of two experiments, namely the seed phase and the plant phase. The first experiment used a Factorial Randomized Block Design (RAK). The first factor was drought stress, consisting of 3 levels of PEG concentration (0, 7.5, and 15%). The second factor was the type of cayenne pepper, including 2 national varieties: Dewata and Bara, as well as 4 local cultivars from Konsel, Konawe, Muna, and Kendari. The second experiment also used a Factorial Randomized Block Design (RAK). The first factor was watering with field capacity (KL): 100, 50, and 25%. The second factor was the same as in the first experiment, which was the type of cayenne pepper. The first experimental variables were germination ability, germination weight, and drought stress index in the seed phase. The second experimental variables were plant height, number of leaves, root length, fruit weight, and stress tolerance index in the plant phase. Observational data were analyzed using variance analysis, followed by the BNJ test with a 95% confidence level. The results of the research showed that there was an interaction between the drought stress treatment and the type of cayenne pepper plant, which had a significant effect on plant height, root length, and fruit weight per plant. However, for germination ability, germination weight, and the number of leaves, each factor had an independent effect. With the 15% PEG treatment in the germination phase, the resistant cayenne pepper varieties were the cultivars from Muna and Konsel, while the 25% field capacity treatment for the plant phase of resistant cayenne pepper were Dewata and Bara varieties, cultivars from Muna and Konsel.
ANALISIS MORFOLOGI JAMBU METE (Anacardium occidentale L.) BERDASARKAN KARAKTER VEGETATIF DI TIGA KABUPATEN SULAWESI TENGGARA NAWIR, NAWIR; BOER, DIRVAMENA; LAREKENG, SITI HALIMAH; SUAIB, SUAIB; HADINI, HAMIRUL; HISEIN, WAODE SITI ANIMA; ARSYAD, MIRZA ARSIATY
Jurnal Agroteknos Vol 12, No 2 (2022)
Publisher : Jurnal Agroteknos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cashew is a promising plant in Southeast Sulawesi due to its reasonably high economic value. This species has been cultivated for years in Southeast Sulawesi, particularly in South Konawe, Konawe, and East Kolaka, with 20 to 30-years-old average plant age. This research aimed to identify morphological variations at the vegetative stage of the cashew in three evaluated Southeast Sulawesi populations (South Konawe, Konawe, and East Kolaka). The descriptive observations were carried out on the leaf apex shape, leaf shape, leaf margin, leaf venation, the color of young and mature leaves, branching pattern, tree habit, ease of peeling bark from the twig, leaf texture, as well as leaf aroma. We indicated the morphological variations in the evaluated cashew. The variations were observed in leaf shape (obovate, oblong, and circular), leaf apex shape (pointed, rounded, and indented), leaf venation (curved up, curved down, and flat), branching pattern (intensive and extensive), tree habit (upright and open, upright and compact, spreading), ease of peeling bark from twigs (difficult and easy), leaf texture (smooth and rough), and aroma (mango-like and guava-like).
ANALISIS VARIABILITAS GENETIK DAN KOEFISIEN LINTAS BERBAGAI KARAKTER AGRONOMI DAN FISIOLOGI TERHADAP HASIL BIJI DARI KERAGAMAN GENETIK 54 ASESI JAGUNG ASAL INDONESIA TIMUR Boer, Dirvamena
Jurnal Agroteknos Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Jurnal Agroteknos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The experiment was conducted to evaluate genetic variability, heritability, genetic gain, genetic and phenotypic correlation using path-coefficient analysis for some agronomic and physiology characters of 54 accessions of maize from East Indonesia.  The experiment was  arranged in  a  randomized completely block  design  with  tree  replications using  54 accesions.   Characters observed were plant high/TTM, number of leaves/JDT, number of leaves  above  ear/JDA,  Length  of  branches  part  of  tassel/PTM, length  of  peduncle/PMA, length of ear/PTO, diameter of ear/DTO, number of kernel rows per ear/JBT, flowering time of  male  flower/UBJ,  flowering  time  of  female  flower/UBB,  maturity  time/UMT,  seed size/UBJ, leaf area index/ILD, and seed yield/BBJ.   The result of the experiment indicated that genetic variability, broadsense heritability and genetic gain for all agronomic and phisiology characters were high.  Maize seed yield improvement can be effectively done by selecting for number of leaves, maturity time and seed size. Keywords:    Genetic variability, heritability, correlation, path-coefficient analysis
HUBUNGAN KEKERABATAN AKSESI PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Formatypica) DI KABUPATEN MUNA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN PENANDA RAPD Wijayanto, Teguh; Boer, Dirvamena; Ente, La
Jurnal Agroteknos Vol 3, No 3 (2013)
Publisher : Jurnal Agroteknos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Twenty-four accessions that belong to four groups of kepok banana in Muna Regency have   been   analyzed   for   their   genetic   diversity   based   on   morphological   characters (qualitative and quantitative characters), and a few accessions based on RAPD markers. This study aimed to determine the genetic diversity and phylogenetic relationship of accessions of kepok bananas based on 52 qualitative and 12 quantitative morphological characteristics and DNA characteristics.   Results of clustering analysis showed the euclidian values ranged between 0.50 to 1.00 for the qualitative data, 0.01 to 0.50 for quantitative data, and 0.83 to 0.88  for  DNA  profile  data.  Combined  qualitative  and  quantitative  data  had  similarity coefficient ranged from 0.00 to 2.50.  Dendogram of each character produced 2 main groups. The main group 1  formed subgroups. Although the qualitative and quantitative characters resulted in different accession   groupings, the combined data analysis of quantitative and qualitative  data  showed  that kepok  banana  in  Muna  regency  was  classified into    4  sub groups namely banana Manuru, Bugisi, Jiwaka and Manuru Lakabu. Keywords:   cluster   analysis,   kepok   banana,   qualitative   and   quantitative   characters, morphology, RAPD markers.