Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT JUMAT (Studi Naskah “Sulûk Al-Jâddah Fî Bayân Al-Jum’ah” Karya Syeikh Nawawi al-Bantani) Muhsin, Masrukhin
NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan Keagamaan Islam Vol 9, No 2 (2012)
Publisher : STAIN PAMEKASAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.429 KB) | DOI: 10.19105/nuansa.v9i2.159

Abstract

Makalah ini merupakan hasil penelitian naskah “Sulûk al-Jâddah Fî Bayân al-Jum’ah” Karya Syeikh Nawawi al-Bantani. Penelitian ini menggunakan pendekatan filologi. Dalam penelitian filologi dikenal dua perlakuan terhadap naskah. Pertama, memperlakukan satu naskah sebagai bagian dari naskah-naskah lainnya yang sejudul. Dalam hal ini semua naskah yang sejudul dikumpulkan di manapun adanya, dengan tujuan mendapatkan naskah asli atau dianggap paling mendekati asli. Kedua, memperlakukan naskah sebagai naskah tunggal. Dalam hal ini peneliti mengesampingkan naskah lain yang kemungkinan ada di tempat lain. Dari dua model tersebut, penelitian ini menggunakan model kedua. Alasannya, naskah Sulûk al-Jâddah fî Bayân al- Jum’ah untuk sementara dinyatakan sebagai naskah tunggal dengan indikasi tidak ditemukan naskah lain. Untuk menganalisa data naskah, dilakukan pembacaan dua tahap, heuristik dan hermeneutik. Adapun pokok-pokok bahasan yang ada dalam naskah Sulûk al-Jâddah fî Bayân al-Jum’ah adalah berisi tentang masalah shalat Jumát dan permasalahan-perasalahan yang dihadapi oleh masyarakat seputar shalat Jum’at dan shalat Jum’at yang diulang.
KRITIK MATAN HADIS Muhsin, Masrukhin
ALQALAM Vol 34 No 1 (2017): January - June 2017
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alqalam.v34i1.736

Abstract

The criticism of  hadith  practiced by muhaddithin and recognized by Muslim scholars is by using muqaranah and mu'aradah methods  proved to be more accurate, precise and comprehensive, rather than the method used by Western scholars using the common link method. The methods of muqaranah and mu'aradah essentially compare the existing concepts in one hadith with the existing concepts on the Qur'an, Hadith Mutawatir,  reason / logic and others, while the common link method compares only word per word. The same words are considered valid while different words are considered weak hadith. Keywords: Muqaranah, Mu‘aradah, Common link.
KRITIK MATAN HADIS MASRUKHIN MUHSIN
Al Qalam Vol 34 No 1 (2017): January - June 2017
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1295.254 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v34i1.1946

Abstract

The critisismMuqaranah
PERDEBATAN PENGGUNAAN HERMENEUTIKA SEBAGAI METODE PENAFSIRAN AL-QUR'AN MASRUKHIN MUHSIN
Al Qalam Vol 27 No 1 (2010): January - April 2010
Publisher : Center for Research and Community Service of UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten-Serang City-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1839.017 KB) | DOI: 10.32678/alqalam.v27i1.580

Abstract

The word hermeneutics derives from the Greek verb, hermeneuin. It means to interpret and to translate. Hermeneutics is divided into three kinds: the theory of hermeneutics, the philosophy hermeneutics, and the critical hermenmtics. Hasan Hanfi is known as the first scholar who introduces hermeneutics in the Islamic World through his work dealing with the new method of interpretation. Nashr Hamid Abu-Zaid is another figure who has much studied hermenmtics in the classical interpretation. Ali Harb is a figure who also much involved in discussing the critism of text even though he does not fully concern on literature or art, but on the thoughts. Muslim thinker who has similar view with Ali Harab in seeing that the backwardness of Arab-Islam from the West is caused by the system of thoguht used by Arah-Muslim not able to come out of obstinary and taqlid is Muhammad Syahmr. On the other side, ones who refuse hermeneutics argue that since its heginning, hermeneutics must be studied suspiciously because it is not derived from the Islamic tradition, but from the unbeliever scientific tradition, Jews and Chrtians in which they use it as a method to interpret the Bible. Practically, in interpreting the Qur'an, hermeneutics even strengthens something, namely the hegemony of scularism-liberalism in the Muslim World that Muslims must actually destroy. Keywords: Hermeneutics, Tafsir, al qur'an
Memahami Hadis Nabi dalam Konteks Kekinian: Studi Living-Hadis Masrukhin Muhsin
Holistic al-Hadis Vol 1 No 1 (2015): January - June 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v1i1.880

Abstract

Living-hadis is the comprehension of hadis under the level of practice. Based on this, the shift of what Fazlur Rahman initiates does not differ all the way around from the study of living-hadis. Such comprehensions reflected in the level of practise, however, in some cases do not correspond with how others understand the hadis in question, but more reflect the contexts of different societies, which is to say, the cotextual comprehension. Any textual and contextual comprehension of hadis which is reflected in the level of practice within any society can be regarded to as living-hadis.
METODE BUKHARI DALAM AL-JAMI’ AL-SHAHIH: Tela’ah atas Tashhih dan Tadh’if menurut Bukhari MASRUKHIN MUHSIN
Holistic al-Hadis Vol 2 No 2 (2016): Juli - Desember 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v2i2.953

Abstract

Bukhari adalah satu-satunya ahli hadits yang sangat hati-hati dalam menerima hadits, karena ia dikenal sangat teliti dan ketat dalam menverikasi hadits (al-Tashih wa al-Tadh’if). Baginya tidak cukup dikatakan sebuah hadits itu shahih jika tidak menjumpai langsung (al-Liqa’) dengan sumber asalnya (rawi atau gurunya). Metode yang dikembangkan Bukhari demikian menjadikan karya tulisnya al-Jami’ al-Shahih ditempatkan pada peringkat pertama dari kitab-kitab hadits lainnya. Metode yang dikembangkan Imam Bukhari dapat dilihat dari dua sisi: Pertama, dilihat dari penamaan kitabnya al-Jami’ al-Shahih, dan Kedua, langkah-langkah Bukhari dalam melakukan kajian dan penelitian (al-Istiqra) terhadap hadits. Bukhari hanya mengambil para perawi tingkatan pertama dari lima tingkatan murid al-Zuhri untuk diambil haditsnya. Dengan demikian baik syarat (syuruth al-Shihhah) hadits maupun tingkatan perawinya Bukhari tampaknya selalu mengambil kriteria yang tertinggi.
KRITIK MATAN HADIS Studi Komparatif antara al-A‘ẓamī dan G.H.A Juynboll Masrukhin Muhsin
Holistic al-Hadis Vol 2 No 1 (2016): January - June 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v2i1.925

Abstract

The traditional methods of criticism to the matn of ḥadîths (i.e. muqâranah and mu‘âraḍah) which are employed by the muḥaddithîn are claimed by M. M. Azami to be more accurate and comprehensive, in comparison to the common link method which is introduced by G. H. A. Juynboll. In principle, both muqâranah and mu‘âraḍah work by comparing a concept contained in a hadîth in question to the concept contained in Alqur’ân, Hadîth Mutawâtir, logic, and so on. Meanwhile, common link as a method only compares the wordings of simmilar ḥadîths in question. When the wordings are fitted, the ḥadîths are regarded as ṣaḥîḥ. In contrary, if the wordings are not compatible, the ḥadîths are then regarded weak.
Kritik Hadis: Studi Analisis Sanad dan Matan Hadis Isbal Masrukhin Muhsin
Al-Fath Vol 6 No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v6i2.3217

Abstract

Hukum Isbal adalah haram bila motivasinya adalah kesombongan, sebaliknya Isbal tidak dihukumi haram bila tidak disertai dengan kesombongan. Hadis tentang Isbal diriwayatkan oleh empat sahabat; Ibn ‘Umar ada empat hadis, Abu Hurairah ada lima haids, Abu Dhar dan Abu Sa‘id al-Khudriyi masing-masing ada satu hadis. Jadi totalnya ada sebelas hadis dengan latar belakang yang berbeda-beda. Isbal adalah memanjangkan kain melebihi mata kaki.
Menghimpun Hadis Bertema Sama (Sebuah Metode Memahami Hadis) Masrukhin Muhsin
Al-Fath Vol 5 No 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v5i1.3255

Abstract

Menghimpun hadits-hadits yang bertema sama merupakan satu upaya untuk memahami Hadits dengan baik, komprehensif, terhindar dari kesalahan, dan lebih dekat kepada kebenaran. Hadits berfungsi merinci ayat-ayat yang global, menjelaskan yang masih samar, mengkhususkan yang umum, dan membatasi yang mutlak. Hadits Isbal, misalnya, ada sejumlah umat Islam yang menolak keras kepada mereka yang tidak memendekkan pakaiannya di atas mata kaki. Padahal setelah dilakukan pemahaman hadits secara komprehensif bahwa yang dimaksud oleh sabda Nabi saw. "orang yang memanjangkan pakaiannya" adalah orang yang menjulurkan pakaiannya dan menyeret ujungnya dengan kesombongan.
PEMIKIRAN G.H.A. JUYNBOLL TENTANG HADIS Masrukhin Muhsin; syarif syarif
Al-Fath Vol 8 No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v8i2.3062

Abstract

Teori common link yang diajukan oleh sarjana barat untuk menelusuri asal usul periwayatan hadis dapat dimanfaatkan guna membuat penanggalan sebuah hadis. Penelitian ini akan menemukan perawi tertua yang meriwayatkan hadis kepada sejumlah murid hingga sampai kepada kolektor (mudawwin). Perawi tertua itulah yang kemudian disebut sebagai common link sebagai orang pertama yang mengedarkan hadis. Dengan mengabaikan interpretasi Juynboll mengenai seorang common link adalah pembuat atau pemalsu hadis, maka kita dapat menyimpulkan bahwa common link adalah tokoh yang pertama kali meriwayatkan sunnah secara verbal. Cara kerja dari teori Common Link ini ialah melalui langkah-langkah berikut: 1)menentukan hadis yang akan diteliti, 2)menelusuri hadis dalam berbagai koleksi hadis, 3)menghimpun seluruh isnad hadis. 4)menyusun dan merekonstruksi seluruh jalur isnad dalam satu bundel isnad (pohon sanad. 5)mendeteksi Common Link, periwayat yang dinilai paling bertanggung jawab atas penyebaran hadis. Kemudian metode tersebut telah mengenalkan apa yang disebut Common Link, yang menyebabkan lahirnya konsep-konsep lain seperti Partial Common Link, Spider, Single Strand dan Diving Strand.