Berpikir komputasi telah menjadi keterampilan penting di era digital abad ke-21, yang melibatkan kemampuan memecahkan masalah, menganalisis data, dan membuat keputusan menggunakan prinsip komputasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, keterampilan CT dapat dipengaruhi oleh perbedaan gender. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengkaji perbandingan kemampuan berpikir komputasi matematis siswa laki-laki dan perempuan, serta mendeskripsikan kemampuan berpikir komputasi matematis siswa ditinjau dari gender dalam menyelesaikan soal barisan dan deret. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method dengan desain sequential explanatory yang menekankan pada pengumpulan data kuantitatif lebih dulu kemudian data kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP di Kota Bandung dengan melibatkan 18 orang siswa, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data terdiri dari tes kemampuan berpikir komputasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir komputasi siswa laki-laki dan perempuan. Sedangkan secara kualitatif, menunjukkan siswa laki-laki dan perempuan menyelesaikan persoalan dengan proses yang berbeda khususnya pada keterampilan dekomposisi dan abstraksi, lalu pada keterampilan pengenalan pola dan berpikir algoritmik tidak ditemukan perbedaan. Computational thinking (CT) has become an essential skill in the digital age of the 21st century, involving the ability to solve problems, analyze data and make decisions using computational principles. According to previous research, gender differences can impact CT skills. This study aimed to compare male and female students' mathematical CT abilities and describe students' mathematical CT abilities in terms of gender in solving sequence and series questions. The research method used is a mixed method with a sequential explanatory design that emphasizes collecting quantitative data first, then qualitative data. This research was conducted on class VIII students of junior high schools in Bandung City, involving 18 students, consisting of 7 male students and 11 female students. The data collection technique consisted of a CT ability test and an interview. The results revealed no statistically significant difference between male and female students' CT abilities. While qualitatively, it shows that male and female students solve problems with different processes, especially in decomposition and abstraction skills, there is no difference in pattern recognition and algorithmic thinking skills.