Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

ANALISIS INTENSI KEIKUTSERTAAN JKN SECARA MANDIRI BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG OBAT GENERIK MASYARAKAT KABUPATEN BANJAR Mardiati, Nurul
PARMACEUTICAL AND TRADITIONAL MEDICINE Vol 2, No 2 (2018): Pharmaceutical and Traditional Medicine
Publisher : Politeknik Medica Farma Husada Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejak masa operasional per 1 Januari 2014, berdasarkan website resmi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per 1 September 2018 mencapai 201.660.548 peserta. Meski demikian, tidak dipungkiri masih ada sebagian masyarakat yang enggan mendaftakan diri sebagai peserta JKN dengan berbagai alasan. Menurut survei yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan, ada segelintir masyarakat yang berpikir bahwa program JKN merupakan program berobat murah bahkan gratis untuk masyarakat kelas bawah. Data kependudukan Kabupaten Banjar baru  menunjukkan 39,08% penduduknya yang memiliki Jaminan Kesehatan. Persepsi, permintaan dan kebutuhan masyarakat akan obat generik dinilai bukan sebagai penyebab rendahnya penggunaan obat generik tetapi lebih disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi pengaruh tingkat pengetahuan tentang obat generik dengan intensi keikutsertaan JKN secara mandiri masyarakat Kabupaten Banjar. Rancangan penelitian yaitu deskriptif-analitik. Penelitian menggunakan desain survey cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan proportional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan survei menggunakan kuesioner checklist. Data dilakukan dengan analisis unvariat (statistik deskriptif) dan bivariat uji t (chi-square, alternatif uji kolmogorov-smirnov). Hasil penelitian menunjukkan intensi keikutsertaan JKN secara mandiri pengetahuan tentang obat generik tidak dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang obat generik.
PERSEPSI PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS OBAT GENERIK Mardiati, Nurul; Sampurno, Sampurno; Wiedyaningsih, Chairun
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.148

Abstract

Upaya peningkatan penggunaan obat generik sebenarnya sudah dilakukan pemerintah jauh sebelum pemberlakuan skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Akan tetapi, persepsi pasien terhadap obat generik di masa penerapan JKN ini dinilai oleh banyak pengamat masih buruk. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pasien terhadap kualitas obat generik ditinjau dari dimensi safety, efficacy, dan acceptability serta mengidentifikasi pengaruh karakteristik pasien dengan persepsi pasien. Rancangan penelitian adalah penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan kuantitatif, desain survei cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 150 responden. Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah 1, Yogyakarta, Indonesia. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data meliputi analisis deskriptif, analisis bivariat (uji Chi-square dengan alternatif yaitu uji Kolmogorov-Smirnov) dan analisis multivariat regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien terhadap kualitas obat generik mayoritas tergolong baik, yaitu sebesar 113 responden (75,3%), rata-rata skor mulai dari yang terbesar berturut-turut safety (3,02), efficacy (2,75), dan acceptability (2,73). Hal ini bermakna bahwa pasien percaya dengan kualitas obat generik. Analisis bivariat menunjukkan persepsi pasien tidak dipengaruhi secara signifikan oleh usia dan jenis kelamin. Analisis multivariat menunjukkan persepsi pasien secara positif dan signifikan dipengaruhi tingkat pendidikan dan status kepemilikan asuransi kesehatan, namun tidak signifikan dipengaruhi tingkat penghasilan per bulan.
PENGARUH IKLAN OBAT FLU DI TELEVISI TERHADAP PERILAKU SWAMEDIKASI Mardiati, Nurul; Islamiyah, Robiatul; Fitriah, Rahmayanti
Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia Vol 3 No 1 (2021): Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia
Publisher : APDFI (Asosiasi Pendidikan Diploma Farmasi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33759/jrki.v3i1.103

Abstract

The high prevalence of flu and the easy availability of drugs in the market and at relatively affordable prices are one of the driving forces for self-medicating by the community. In addition, increasingly sophisticated technological advances make it easy for people to get information, one of which is drug advertisements on television that can influence consumer behavior in the selection of drugs used in self-medication. This research was conducted with the aim of knowing the effect of cold medicine advertisements on television on self-medication behavior in the community of Karang Intan District. This research method is a descriptive observational study with a cross sectional design. The sampling technique was carried out using non-random sampling method, namely accidental sampling, and the number of respondents was 100 people. The data collected comes from questionnaire data, which is filled in by respondents accompanied by researchers. Descriptive data analysis was performed by using the chi square test. The results showed that the effect of cold medicine advertisements on television on self-medicated behavior in the community of Karang Intan District has a significant p value of 0.000. The conclusion is that the advertisement of cold medicine on television has an influence on self-medication behavior in the community of Karang Intan District.
PENGARUH FAKTOR KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG OBAT GENERIK Nurul Mardiati; Depy Oktapian Akbar
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina (JIIS): Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol 4 No 1 (2019): JIIS
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.463 KB) | DOI: 10.36387/jiis.v4i1.200

Abstract

Kebijakan penggunaan obat generik telah menjadi salah satu implikasi yang diharapkan Pemerintah Indonesia melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pasalnya melalui program JKN maka seluruh fasilitas kesehatan diwajibkan mengacu pada Formularium Nasional (Fornas) yang notabene sebagian besarnya merupakan obat generik. Jauh sebelum program JKN digulirkan oleh Pemerintah, sebenarnya Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan guna terus mendorong peningkatan penggunaan obat generik. Akan tetapi hingga sejauh ini, penggunaan obat generik di Indonesia secara umum hanya mempunyai pasar sekitar 7% dibandingkan dengan obat branded generik. Pengetahuan yang buruk tentang obat generik dapat menyebabkan angka penggunaan obat generik pada masyarakat sulit untuk meningkat. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi pengaruh faktor sosiodemografi terhadap pengetahuan tentang obat generik. Rancangan penelitiannya deskriptif-analitik. Penelitian menggunakan desain survey cross sectional. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan proportional stratified random sampling. Cara pengumpulan datanya dilakukan dengan survey menggunakan kuesioner checklist dalam dua pilihan jawaban yaitu benar dan salah. Analisis data dilakukan dengan analisis unvariat (statistik deskriptif) dan bivariat uji t (chi-square, alternatif uji kolmogorov-smirnov). Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan tentang obat generik dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat penghasilan per bulan dan sumber utama informasi obat-obatan.
PROMOSI KESEHATAN “TANYA LIMA O” DI DESA BERUNTUNG JAYA, SUNGAI TIUNG, CEMPAKA, BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN Nurul Mardiati; Ika Maulida Nurrahma; Muhammad Nazarudin
Jurnal Pengabdian Masyarakat Khatulistiwa Vol 3, No 1 (2020): APRIL
Publisher : STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.921 KB) | DOI: 10.31932/jpmk.v3i1.679

Abstract

Perkembangan teknologi saat ini memudahkan masyarakat dalam memperoleh obat melalui sistem online. Di lain pihak, semakin mudahnya masyarakat dalam memperoleh obat juga meningkatkan dilakukannya swamedikasi oleh masyarakat. Dalam pelaksanaannya swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat Swamedikasi yang dilakukan  secara tidak tepat dan tidak disertai informasi yang memadai, dapat menyebabkan tujuan pengobatan tidak tercapai. Program Promosi Kesehatan “Tanya Lima O” bertujuan untukmeningkatkan pengetahuan dan  pemahaman tentang penggunaan obat  yang benar  dan rasional.   Kegiatan promosi Kesehatan ini pengabdian masyarakat ini dilaksanakan diDesa Beruntung Jaya, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka,Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Metode pelaksanaan promosi kesehatan dilakukan dengan mempresentasikan materi seputar “Tanya Lima O” yang merupakan lima pertanyaan minimal yang harus terjawab sebelum seseorang mengomsumsi obat merujuk pada kata “obat”dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab serta games untuk pembagian doorprize. Media yang digunakan adalah LCD, slide presentasi microsoft power point, dan beberapa sampel obat.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembuatan Lulur Tradisional dari Beras dan Kunyit di Kecamatan Cempaka Banjarbaru Helmina Wati; Rahmi Hidayati; Eny Hastuti; Nurul Mardiati
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 6 No 6 (2021): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v6i6.2225

Abstract

As we get older, the skin will undergo an aging process. Aging is caused by a variety of factors both from within and from outside the body. As a traditional raw material, turmeric (Curcuma longa L) contains natural metabolite compounds in the form of curcumin. Rice and turmeric are ingredients often found in the community. The use of rice for beauty is still very little known to the public. The target of this activity is the community of Cempaka Banjarbaru, South Kalimantan. The objective of this activity is to improve the community's skills in making traditional scrubs. The method is to provide training/demonstrations in making scrub preparations. The result of this community service activity is that people can practice making scrubs from turmeric and rice. This activity concludes that the scrub products processed by the community service team can be well received by the residents, which is indicated by the enthusiasm of the residents asking questions and trying the scrub products made.
Analisis Intensi Keikutsertaan JKN secara Mandiri berdasarkan Minat tentang Obat Generik Nurul Mardiati; Depy Oktapian Akbar
Pharmed: Journal of Pharmaceutical Science and Medical Research Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas PGRI Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25273/pharmed.v3i1.5989

Abstract

Sejak program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) resmi per 1 Januari 2014, hingga kini berdasarkan website resmi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) jumlah peserta JKN per 31 Januari 2020 mencapai 223.238.892 peserta. Jumlah tersebut masih didominasi oleh kelompok Penerima Bantuan Iuran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PBI APBN) yaitu mencapai 96.643.511 peserta. Sementara itu kelompok peserta Bukan Pekerja (sektor non formal) menduduki kelompok peserta terendah yaitu hanya mencapai 5.016.641 peserta. Ada kecenderungan beberapa kalangan  masyarakat enggan mendaftarkan diri sebagai peserta JKN dengan berbagai alasan.Survei yang dilakukan BPJS kesehatan menunjukkan bahwasanya ada sebagian masyarakat yang berpikir bahwa program JKN merupakan program berobat murah untuk masyarakat kelas bawah. Jumlah kepesertaan JKN di Kabupaten Banjar masih di bawah 50% atau terendah dari 7 Kabupaten kota yang berada di bawah cakupan BPJS Kesehatan Cabang Banjarmasin. Minat masyarakat dalam menggunakan obat generik tergolong masih rendah. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi pengaruh minat tentang obat generik dengan intensi keikutsertaan JKN secara mandiri masyarakat Kabupaten Banjar. Rancangan penelitian yaitu deskriptif analitik. Penelitian menggunakan desain survey cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik proportional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan survei menggunakan kuesioner checklist. Data dianalisis dengan menggunakan analisis unvariat (statistik deskriptif) dan bivariat uji t (chisquare, alternatif uji kolmogorov-smirnov). Hasil penelitian menunjukkan intensi keikutsertaan JKN secara mandiri tidak dipengaruhi minat tentang obat generik. 
ANALISIS WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RACIKAN DAN NON RACIKAN DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT SUAKA INSAN BANJARMASIN ANALYSIS OF WAITING TIME FOR CONCOTION AND NON CONCOTION PRESCRIPTION SERVICES IN OUTPATIENT UNIT PHARMACEUTICAL INSTALLATION HOSPITALS SUAKA INSAN BANJARMASIN Rahmayanti Fitriah; Gracia Therecella Anabella Role Sinaga; Nurul Mardiati
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 3 No 1 (2019): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Waktu tunggu pelayanan resep adalah masa tenggang antara waktu dimulainya pasien menyerahkan resep sampai dengan pasien menerima obat. Waktu tunggu berpengaruh pada kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit dengan jenis pelayanan farmasi yaitu kategori lama waktu tunggu pelayanan resep di Intalasi Farmasi Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin dan pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Waktu penelitian yaitu pada bulan April 2018. Dilakukan pengambilan data waktu tunggu pelayanan resep obat racikan dan non racikan kemudian melakukan analisis terhadap kesesuaian dengan standar pelayanan waktu tunggu di Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin. Jumlah resep yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 181 resep dengan 90 resep racikan dan 91 resep non resep racikan. Waktu tunggu rata-rata obat racikan adalah 31 menit 46 detik sedangkan waktu tunggu rata-rata obat non racikan adalah 19 menit 02 detik. Hal tersebut belum sesuai dengan standar Surat Keputusan Nomor : 121A/DIR/SK/25-VI-2016 tentang Kebijakan Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin yang mengatakan bahwa waktu tunggu untuk resep racikan 15-30 menit dan resep non racikan 10-15 menit. Namun hasil penelitian ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kepmenkes RI No : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Kata Kunci : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit , Waktu Tunggu, Resep Racikan, Resep Non Racikan ABSTRACT The waiting time for the drug service is the grace period for the patient to submit the prescription until receiving the drug. Waiting time has an effect on service quality and patient satisfaction. This study aims to analyze the Minimum Service Standards (SPM) of Hospitals with the types of pharmaceutical services in the old category of prescription service time in Pharmacy Outpatient Unit Installation in Banjarmasin Hospital and sample collection using purposive sampling method. The time of the study was in April 2018. Data was taken for waiting time for prescription services for concoction and non-concoction drugs and then carried out an analysis of the suitability of service standards for waiting time at the Banjarmasin Hospital of Suaka Insan. The number of recipes examined in this study were 181 recipes with 90 concoction recipes and 91 non-recipe concoction recipes. The average waiting time for concoction drugs is 31 minutes 46 seconds while the average waiting time for non concoction drugs is 19 minutes 02 seconds. This is not in accordance with the standard Decree Number: 121A / DIR/ SK / 25-VI-2016 concerning Pharmaceutical Services Policy of Banjarmasin Hospital of Suaka, which states that the waiting time for concoction recipes is 15-30 minutes and recipe for non-concoction is 10-15 minutes . But it is in accordance with the standards set by the Minister of Health of Republic of Indonesia No: 129 / Menkes / SK / II / 2008 concerning the Minimum Hospital Service Standards. Keywords: Minimum Hospital Service Standards, Waiting Times, Concoction Recipes, Non-concoction Recipes
THE INFLUENCE OF SOCIODEMOGRAPHIC FACTORS ON KNOWLEDGE AND ATTITUDES ABOUT THE USE OF ANTIBIOTICS IN RURAL COMMUNITIES: OBSERVATIONAL STUDY IN CEMPAKA BANJARBARU DISTRICT Rahmayanti Fitriah; Nurul Mardiati
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis Vol 7 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/pharmacy.v7i1.3181

Abstract

Antibiotics are examples of drugs that are often used incorrectly. Such misuse is often influenced by the lack of knowledge and attitudes towards the use of antibiotics, so in this study we want to know what sociodemographic factors have an influence on knowledge and attitude on antibiotic use in rural communities at Cempaka Banjarbaru District, South Kalimantan, Indonesia. This type of research is descriptive analytic with a sampling technique that is proportional stratified random sampling using a questionnaire. There are 380 respondents taken as a sample. Analysis data used is univariate and bivariate with chi-square test. The result of public knowledge research on the use of antibiotics included in the good category that is 58.2 % and attitudes included in the positive category that is 98.4 %. Statistical test results show that there is a significant influence between sociodemographic factors of recent education and income on the level of knowledge, while sociodemographic factors of age, sex and occupation on the level of knowledge have no significant effect. On the results of statistical tests sociodemographic factors (age, sex, occupation, last education and income) on attitudes do not have a significant effect.
SOSIALISASI DAN EDUKASI PENCEGAHAN COVID-19 PADA ANAK USIA SEKOLAH DI TPA NOOR IMAN, SUNGAI BESAR, BANJARBARU SELATAN, KOTA BANJARBARU Nurul Mardiati; Muhammad Reza Pahlevi; Atni Primanadini
Jurnal Bakti untuk Negeri Vol 1 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.086 KB)

Abstract

The coronavirus pandemic (COVID-19) has been declared a public health emergency or extraordinary event (KLB) and has spread to many countries and regions. The consequences of the COVID-19 pandemic are enormous and are felt by everyone around the world, including children who are growing and developing. In the Coronavirus Disease 2019 pandemic situation, which is abbreviated as COVID-19, every child without exception has the right to receive rights, protection, and clear information about the prevention and transmission of COVID-19. "Socialization and Education of COVID-19 Prevention for School-Age Children at TPA Noor Iman" is a health promotion activity for the movement of wearing masks, washing hands, and keeping a distance (3M) to prevent transmission of COVID-19. This community service activity was carried out at TPA Noor Iman Sungai Besar, Banjarbaru, South Kalimantan. This program is expected to become a medium to increase students' knowledge so that they can better understand COVID-19. Another goal, students can properly practice how to use masks and wash their hands according to WHO standards. This Community Service activity was carried out by filling in material about the causes, symptoms, and ways to prevent COVID-19. The media used are PowerPoints, videos, and props for dolls made of used socks and singing the COVID-19 jingle, which is a composition of the Rainbow song - familiar with children's daily lives. Furthermore, the children were also educated to properly practice how to use masks and wash their hands according to WHO standards. In the final session, the students who seemed to be the most active during the implementation of the program were then used as little ambassadors for COVID-19