Claim Missing Document
Check
Articles

Tingkat Pengetahuan Keluarga Dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Tuban Lintang Padharani Atmajaningtyas; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih; Teresia Retna Puspitadewi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1935

Abstract

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, terutama menyerang paru-paru. Meski penanggulangan terus dilakukan, kasus TBC Paru di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya pengetahuan keluarga dalam mencegah penularan. Di wilayah Puskesmas Tuban, kasus TBC meningkat dari 51 (2022), menjadi 69 (2023), dan 75 kasus (2024). Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat pengetahuan keluarga dalam pencegahan penularan TBC Paru. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Crossectional. Populasi penelitian adalah seluruh keluarga pasien tuberkulosis paru tahun 2024 di Pukesmas Tuban berjumlah 75 orang dengan sampel 64 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Variabel penelitian yaitu tingkat pengetahuan keluarga dalam pencegahan penularan tuberkulosis paru. Data diambil dengan kuesioner dan diolah dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (95%) keluarga penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tuban berusia 19–59 tahun, sebagian besar (58%) berpendidikan SMA, dan sebagian besar (55%) memiliki pekerjaan. Namun, hampir setengahnya (41%) keluarga penderita memiliki pengetahuan yang kurang dalam pencegahan penularan TBC. Namun, seluruhnya (100%) keluarga penderita dengan pengetahuan kurang berumur 10–19 tahun, seluruhnya (100%) keluarga penderita berpendidikan SD, dan hampir setengahnya (48%) keluarga penderita dengan pengetahuan kurang memiliki pekerjaan. Upaya menurunkan angka TBC Paru dapat dilakukan melalui motivasi dan konseling selama pengobatan, serta peningkatan penyuluhan, motivasi, dan pelayanan oleh tenaga kesehatan, khususnya kepada keluarga yang memiliki anggota terinfeksi TBC Paru.
Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Remaja Di SMA Negeri 3 Tuban Zahra Aulia Sari; Teresia Retna Puspitadewi; Yasin Wahyurianto; Wahyuningsih Triana Nugraheni
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1952

Abstract

Gastritis merupakan kondisi peradangan pada dinding lambung dan menimbulkan gejala nyeri perut, mual, dan muntah. Secara umum, penyakit ini dikenal dengan istilah maag dan sering dijumpai di kalangan masyarakat luas terutama banyak dialami usia remaja dan dewasa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran Perilaku Pencegahan Gastritis pada Remaja di SMA Negeri 3 Tuban. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi yang diteliti adalah seluruh siswa kelas 10 di SMAN 3 Tuban sebanyak 252 remaja, dengan sampel sebanyak 155 remaja yang dipilih. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Variabel yang diteliti adalah perilaku pencegahan gastritis pada remaja. Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner, kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS untuk menganalisis persentase hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (67%) remaja berjenis kelamin perempuan dan sebagian besar (52%) penghasilan orangtua remaja berdasarkan UMR ≤ 3.000.000. Perilaku pencegahan gastritis pada remaja di SMAN 3 Tuban sebagian besar (56%) memiliki perilaku cukup. Sebagian besar (63%) remaja berjenis kelamin laki laki dan sebagian besar (61%) remaja dengan penghasilan orangtua UMR ≤ 3.000.000 memiliki perilaku cukup dalam pencegahan gastritis. Perilaku pencegahan gastritis pada remaja di SMAN 3 Tuban menunjukkan Perilaku Cukup, dimana masih banyak remaja yang mengabaikan tentang kesehatan lambungnya seperti tidak makan tepat waktu, kebiasaan konsumsi makanan pedas dan asam yang dapat mengiritasi lambung. Remaja SMAN 3 Tuban bisa mencari informasi tentang penyakit gastritis melalui beberapa media yang baik dan benar guna menambah informasi mengenai penyakit gastritis dan perilaku pencegahan gastritis.
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Wasting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Semanding Kabupaten Tuban Laura Azhira Ladya Sheril; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih; Yasin Wahyurianto
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1953

Abstract

Masalah gizi akut yang sering ditemukan pada balita ialah wasting, yaitu kondisi berat badan rendah dibandingkan panjang/tinggi badan atau bisa dikatakan kegagalan menambah berat badan dan mengalami penurunan berat badan. Jumlah balita wasting di wilayah kerja Puskesmas Semanding mengalami peningkatan pada tahun 2022 hingga 2024. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi terjadinya wasting pada balita usia 1-5 tahun. Desain penelitian menggunakan analitik korelasi dengan tujuan untuk menganalisis factor yang mempengaruhi terjadinya wasting pada balita usia 1-5 tahun. Populasi sebanyak 78 dan besar sampel sebanyak 65 ibu yang memiliki balita. Teknik sampling menerapkan purposive sampling, instrument penelitian mengimplementasikan kuesioner serta buku KMS. Data dianalisis uji Chi-square. Temuan studi mengindikasikan bahwa mayoritas (57%) balita mengalami wasting, dan termuat korelasi antara pemberian asi eksklusif dengan terjadinya wasting (p= 0,041), pemberian MPASI dengan terjadinya wasting (p= 0,037), imunisasi dasar dengan terjadinya wasting (p= 0,029), pola hidup bersih dan sehat dengan terjadinya wasting (p= 0,024), serta tak termuat korelasi antara diare dengan terjadinya wasting (p= 0,339), pemberian vitamin A dengan terjadinya wasting (p= 0,919), lingkungan rumah dengan terjadinya wasting (p= 0,339). Terdapat korelasi antara pemberian asi eksklusif, imunisasi dasar dengan terjadinya wasting dikarenakan berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh anak. Terdapat korelasi antara pemberian MPASI dengan terjadinya wasting karena kurangnya kecukupan gizi setiap makanan, serta pola hidup bersih sehat dengan terjadinya wasting karena mampu memunculkan penyakit infeksi pada balita.
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Resiko Tinggi Kehamilan 4t (Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, Terlalu Banyak) Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuban Ariska Ristiani; Titik Sumiatin; Su’udi; Wahyuningsih Triana Nugraheni
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1955

Abstract

Kehamilan berisiko besar yang dapat memicu masalah medis serius pada ibu maupun bayi, serta berkontribusi pada tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Faktor 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak) secara signifikan berkontribusi terhadap peningkatan risiko komplikasi dan kematian ibu. Pemahaman ibu hamil mengenai bahaya kehamilan berisiko sangat penting untuk mencegah komplikasi dan menurunkan AKI. Studi ini dilakukan untuk mengukur derajat pemahaman ibu hamil tentang risiko tinggi kehamilan 4T di wilayah kerja Puskesmas Tuban. Penelitian menggunakan desain Analisis kuantitatif deskriptif menggunakan metode cross-sectional. Subjek penelitian ini mencakup semua ibu hamil trimester 1 sampai trimester 3 tahun 2025 di wilayah kerja Puskesmas Tuban, Kelurahan Perbon dan Sugiharjo. Sampel berjumlah 49 responden yang diambil menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner terstruktur yang telah diuji validitas serta konsistensinya. Data diproses secara deskriptif guna memetakan karakteristik dan pemahaman responden. Temuan riset mengindikasikan mayoritas ibu hamil di area layanan Puskesmas Tuban memiliki derajat pemahaman mengenai kehamilan berisiko kehamilan 4T dalam kategori baik (55%), kategori sedang (35%), dan kategori kurang (10%). Pentingnya pelaksanaan edukasi kesehatan yang berkelanjutan dan terarah menjadi salah satu strategi utama untuk memperluas wawasan ibu hamil, sehingga risiko komplikasi kehamilan 4T dapat diminimalkan di masa mendatang.
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Dan Penanganan Awal Diare Dirumah Pada Balita Di Desa Kembangbilo Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban Widyawati Maratus Soleha; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih; Titik Sumiatin
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1956

Abstract

Diare merupakan masalah utama Kesehatan Masyarakat sebab kerap muncul dalam bentuk kejadian luar biasa (KLB) dengan angka mortalitas yang cukup tinggi. Kondisi ini terutama berisiko pada balita, mengingat sistem imun mereka yang belum matang sepenuhnya sehingga meningkatkan kerentanan terhadap infeksi bakteri penyebab diare. Jumlah kasus penyakit diare di Puskesmas Tuban pada tahun 2024 sebanyak 993 balita dan masih menjadi masalah karena setiap tahunnya semakin meningkat. Studi ini mempunyai tujuan mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai pencegahan serta penanganan awal diare pada balita. Desain penelitian ini menerapkan deskriptif dengan tujuan guna mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu mengenai pencegahan serta penanganan awal diare di rumah. Populasi pada studi ini ialah semua ibu yang mempunyai balita di Desa Kembangbilo dengan total 240 orang. Sampel diambil sebanyak 150 orang memakai teknik purposive sampling. Instrumen yang dipakai berupa kuesioner. Data analisis menerapkan deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta presentase. Hasil penelitian mengindikasikan bahwasannya hampir setengah (49,3%) ibu yang mempunyai balita berusia 26–35 tahun, dan sebagian besar (52,7%) ibu yang memiliki balita berpendidikan SMA. Hampir seluruh 77,3% ibu yang mempunyai balita mempunyai pengetahuan baik mengenai pencegahan diare serta sebagian besar 71,3% ibu yang mempunyai balita mempunyai pengetahuan yang baik mengenai penanganan awal diare. Ibu dengan usia dewasa awal dan pendidikan menengah lebih mudah memahami informasi dari petugas kesehatan, mengikuti penyuluhan, dan mengakses informasi dari media. Pengetahuan yang baik ini diharapkan mampu mendorong praktik nyata dalam mencegah dan menangani diare secara mandiri di lingkungan rumah, serta dasar dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat ketika anak mengalami gejala diare.
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stunting Dan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Semanding Firnanda Gita Putri Oktavia Riningsih; Wahyu Tri Ningsih; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Binti Yunariyah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1958

Abstract

Masalah gizi yang penting adalah stunting. Tingkat prevalensi stunting di Indonesia diperkirakan mencapai 14% pada tahun 2024, menurut rencana pemerintah. Sementara itu, tingkat stunting di Provinsi Jawa Timur sebesar 17,7%, sedangkan di Kabupaten Tuban mencapai 20,7%. Meskipun target nasional stunting adalah 14% dan insiden aktual di Kabupaten Tuban pada tahun 2024 sebesar 21,5%, angka terakhir ini masih lebih rendah daripada target nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kondisi gizi balita di wilayah pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat Semanding serta tingkat kesadaran ibu-ibu tentang stunting. Metodologi penelitian ini menggunakan desain deskriptif cross-sectional. Sebanyak 111 ibu dengan balita menjadi kelompok penelitian. Ada 87 peserta dalam studi ini. Peneliti menggunakan strategi sampling yang disebut sampling purposif. Faktor-faktor penelitian meliputi kesadaran ibu tentang stunting dan kebiasaan makan balita. Pertanyaan diajukan untuk mengumpulkan informasi. Kami menggunakan tabel frekuensi untuk analisis deskriptif data. Survei menemukan bahwa 93,1% ibu memiliki pemahaman yang baik. Dari semua balita, mayoritas (71,3%) memiliki berat badan normal, dan sebagian besar ibu (64,4%) dari balita tersebut juga memiliki pengetahuan yang memadai. Tenaga kesehatan dapat berperan dalam menurunkan angka stunting dengan memberikan nasihat kepada orang tua setiap bulan di pusat kesehatan mengenai pentingnya memantau berat dan tinggi badan balita mereka seiring pertumbuhannya. Untuk memantau asupan gizi mereka, ibu balita sebaiknya sering membawa anak mereka ke dokter. Untuk mencegah stunting, diperlukan peningkatan pengetahuan disertai bimbingan perilaku dan pemantauan yang rutin.
Gaya Hidup Sehat Penderita Hipertensi Di Puskesmas Semanding Kabupaten Tuban Siti Nurkusaeni; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih; Sri Utami
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1961

Abstract

Kondisi yang dikenal sebagai hipertensi adalah saat tekanan darah seseorang meningkat hingga mencapai 140/90 mmHg atau lebih tinggi.”Penyakit ini berbahaya karena sering tanpa gejala sehingga dikenal sebagai “The Silent Killer”. Di Kabupaten Tuban, prevalensi hipertensi meningkat 14% pada tahun 2022–2023.” Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyajikan gambaran komprehensif mengenai penerapan gaya hidup sehat oleh penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Semanding, Kabupaten Tuban. Metode penelitian yang diterapkan pada penelitian ini ialah deskriptif. Penelitian ini melibatkan 44 orang anggota Prolanis yang menderita hipertensi. Seluruh populasi tersebut dijadikan sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berfokus pada variabel utama, yaitu gaya hidup sehat penderita hipertensi. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan persentase. Temuan studi ini memperlihatkan bahwa responden didominasi oleh perempuan yang berusia 51 hingga 60 tahun, dengan latar belakang pendidikan SMA. Mayoritas dari mereka dilaporkan memiliki gaya hidup sehat dengan kategori "cukup". Faktor usia, jenis kelamin, dan pendidikan memengaruhi penerapan gaya hidup. Upaya peningkatan dapat dilakukan melalui diet hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah rutin.
Pola Makan Tinggi Garam Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Semanding Tria Ayu Mahmudah; Wahyu Tri Ningsih; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Su’udi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 4 No. 10 (2025)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70570/jikmc.v4i10.1962

Abstract

Masalah serius serta kematian di Kabupaten Tuban dan di seluruh Indonesia disebabkan oleh hipertensi, salah satu penyakit kronis tidak menular. Pola makan tinggi garam ialah salah satu faktor risiko yang dapat dikontrol, namun tetap saja dilakukan secara luas, terutama di kalangan orang dewasa dan lansia. Hipertensi dan tekanan darah tinggi keduanya diperburuk oleh pola makan tinggi garam. Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisa hubungan antara pola makan tinggi garam dengan kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas Semanding. Metodologi penelitian yang dipergunakan dalam studi ini ialah analisa kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Dengan memanfaatkan total sampling, sebanyak 44 orang dari populasi seluruh peserta Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) di wilayah Puskesmas Semanding. Tensimeter dan kuesioner merupakan bagian dari peralatan penelitian. Peneliti menerapkan uji chi-square untuk menganalisis data. Temuan studi memperlihatkan sebagian besar responden mempunyai pola makan tinggi garam (95,5%) dan terdiagnosis hipertensi (84,1%). Hasil uji chi-square memperlihatkan p-value = 0,001 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara pola makan tinggi garam dengan kejadian hipertensi di wilayah Puskesmas Semanding. Pola makan tinggi garam memiliki kontribusi besar terhadap kejadian hipertensi. Edukasi terkait pembatasan asupan natrium harian sangat penting untuk mencegah komplikasi lanjut, terutama pada kelompok usia berisiko. Mengurangi konsumsi makanan cepat saji, makanan olahan, serta penggunaan bumbu instan yang berlebihan merupakan langkah penting dalam pengendalian tekanan darah.
Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Di SMP N 6 Tuban Amara Cantika Septionona; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 8 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obesitas kerap terjadi karena beberapa faktor termasuk aktivitas fisik. Obesitas kerap dialami oleh remaja, dimana remaja mengalami penurunan aktivitas fisik setiap tahunnya, kurangnya aktivitas fisik pada remaja akan mengalami resiko tinggi terjadinya obesitas. Survey awal yang yang dilakukan di SMP N 6 Tuban menunjukkan bahwa masih terdapat remaja yang mengalami obesitas yang sebenarnya obesitas pada remaja bisa dicegah dengan cara pola hidup sehat, pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup (Damayanti Rusli Syarif, 2014). Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP N 6 Tuban. Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 6 Tuban tahun ajaran 2023/2024 yang berjumlah 256 siswa. Besar sampel adalah 150 siswa menggunakan teknik Quota Sampling. Variabel independen yaitu aktivitas fisik remaja dan variabel dependen yaitu kejadian obesitas. Pengambilan data dengan kuesioner dan observasi tinggi dan berat badan. Analisa data menggunakan uji spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruhnya remaja memiliki tingkat aktivitas fisik rendah dengan sebagian besar remaja memiliki berat badan normal serta sebagian kecil mengalami berat badan berlebih dan obesitas tingkat I. Dari hasil uji spearman rank, didapatkan p-value = 0,001 dengan korelasi koefisien -0,459 artinya, terdapat hubungan anatara aktivitas dengan tingkat hubungan yang cukup antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja di SMP N 6 Tuban. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan ketidakseimbangan energi yang cenderung positif, yang berarti tubuh menyimpan lebih banyak energi dan berpotensi mengalami peningkatan berat badan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan obesitas.
Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Tentang Diare Dan Pencegahan Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuban Nadya Khoirun Nisa; Wahyu Tri Ningsih; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Titik Sumiatin
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 8 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diare sampai saat ini masih menjadi suatu penyakit yang jadi permasalahan kesehatan oleh masyarakat di Indonesia. Diare adalah bertambahnya frekuensi seseorang mengalami buang air besar lebih dari 3 kali dalam satu hari serta konsistensi feses cair . Diare dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor lingkungan, risiko ibu, dan risiko anak. Upaya mengatasi diare harus dilaksanakan dengan tepat dan akurat untuk menangani dampak diare seperti kekurangan cairan dan kekurangan gizi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku ibu tentang diare dan pencegahan pada balita di wilayah kerja puskesmas Tuban. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dalam desainnya. Populasi penelitian terdiri dari 50 ibu yang memiliki balita di posyandu Perbon di wilayah kerja puskesmas Tuban. Sampel sebanyak 50 orang diambil dengan metode Total Sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis secara deskriptif menggunakan tabel frekuensi. Hasil penelitian didapatkan hampir seluruh Ibu memiliki pengetahuan baik (92%), Sedangkan untuk perilaku hampir seluruh ibu memiliki perilaku baik sebesar (76%). Hampir seluruh ibu memiliki pengetahuan baik dan perilaku baik yaitu sebesar (78,3%). Pengetahuan dan perilaku yang baik dapat membantu dalam mencegah dan mengatasi dampak buruk dari diare pada balita. Dengan demikian, upaya-upaya untuk terus meningkatkan edukasi dan pemahaman mengenai faktor-faktor risiko serta penanganan yang tepat akan menjadi kunci dalam mengurangi prevalensi diare dan dampaknya di masyarakat.