Claim Missing Document
Check
Articles

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dan Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita Di Desa Tasikmadu Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Amania Fajriati; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 8 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan tubuh kepada seseorang dengan Memasukkan imunisasi agar kebal terhadap suatu penyakit. Dibuktikan pada wilayah kerja Puskesmas Sumurgung menduduki posisi ke-4 yang belum tercapai targetnya. Meskipun di puskesmas sumurgung target yang dicapai hampir terpenuhi tetapi perlu mendapat perhatian karena balita mudah terpapar penyakit menular jika tidak diberikan imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mendeskripisikan Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dan status imunisasi dasar lengkap pada balita berdasarkan karakteristik ibu. Desain penelitian menggunakan deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang memiliki balita Di Desa Tasikmadu Kecamatan palang Kabupaten Tuban Yang Berjumlah 235 Orang dengan besar sampel 156 orang, Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Variabel penelitian adalah tingkat pengetahuan ibu dan status imunisasi dasar lengkap. Intrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif dengan tabel, distribusi frekuensi dan presentase. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap pada balita dalam kategori cukup dan hampir seluruhnya balita di desa Tasikmadu memiliki status imunisasi yang tidak lengkap. Pemberian imunisasi dasar yang lengkap kepada anak-anak generasi mendatang akan melindungi mereka dari penyakit menular tertentu seperti polio, campak, hepatitis, difteri, batuk rejan, dan tetanus. Adapun pengetahuan ibu yang cukup dikarenakan masih banyak ibu yang beranggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat dan tidak sedikit orang tua yang khawatir terhadap efek samping dari beberapa vaksin. Untuk ibu yang memiliki pengetahuan cukup tentang pemberian imunisasi di posyandu, ada saran berikut yang dapat disampaikan yaitu memberi nasihat atau penyuluhan tentang pengertian imunisasi dan dampak jika tidak diberikan iminisasi akan mengakibatkan anak mudah terpapar penyakit.
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumurgung Kabupaten Tuban Haura Ilma Nafi’a; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih; Yasin Wahyurianto
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 8 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium laprae. Penyakit Kusta menyerang saraf tepi/perifer, kemudian kulit, dan juga dapat menyerang organ tubuh lainnya seperti mata, mukosa saluran nafas, otot, tulang dan terkadang testis. Penyakit kusta selain mengganggu Kesehatan dapat juga mengganggu kesejahteraan penderita dikarenakan stigma Masyarakat yang buruk terhadap penyakit kusta. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Sumurgung”. Desain penelitian yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada di RW 2 dan RW 6 Desa Ngimbang Wilayah Kerja Puskesmas Sumurgung Kabupaten Tuban dengan sejumlah 240 KK. Dengan Teknik Sampling sejumlah 150 KK. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Kusta. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan masyarakat di Desa Ngimbang Wilayah Kerja Puskesmas Sumurgung terbanyak memiliki Tingkat pengetahuan cukup yaitu 74 orang (49%) dan hanya sebagian kecil yang berpengetahuan kurang yaitu 25 orang (17%). Pengetahuan mengenai penyakit kusta harus dimiliki dengan baik oleh masyarakat karena pengetahuan tersebut sangat bermanfaat untuk sikap positif masyarakat kepada penderita kusta. karena dengan adanya pandangan positif masyarakat, penderita kusta tidak perlu takut akan dijauhi oleh masyarakat dan bisa menjalani pengobatan secara maksimal.
Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Semanding Kabupaten Tuban Konie Febrianingrum; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih; Su’udi
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 8 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang tidak menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pola makan yang kurang dan aktivitas fisik yang ringan menyebabkan hipertensi sehingga berisiko menyebabkan kerusakan pada jantung, pembuluh darah hingga kematian. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Semanding Kabupaten Tuban. Desain penelitian menggunakan analisis korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota program prolanis yang berjumlah 50 orang di Puskesmas Semanding Kabupaten Tuban dengan besar sampel sejumlah 44 orang dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pola makan (Food Frequency Questionaire) dan kuisioner aktivitas fisik (Baecke Physical Activity). Analisis data menggunakan uji spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anggota prolanis memiliki pola makan kurang, seluruhnya memiliki aktivitas fisik ringan, dan sebagian besar menderita hipertensi. Hasil uji spearman rank didapatkan ada hubungan antara pola makan kurang dengan kejadian hipertensi dengan p-value = 0,001. Dan ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi didapatkan p-value = 0,001. Dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi dan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Pola makan kurang dan aktivitas fisik ringan berkaitan dengan kejadian hipertensi seseorang. Artinya apabila pola makan kurang dan aktivitas fisik ringan menyebabkan hipertensi karena dengan makanan yang tinggi garam dan tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin maka akan meningkatkan kerja jantung sehingga terjadi hipertensi.
Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Wire Kabupaten Tuban Syavira Aulia Mentari; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Wahyu Tri Ningsih; Titik Sumiatin
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 8 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ASI eksklusif yaitu pemberian ASI sejak bayi lahir yang diberikan hingga usia enam bulan tanpa pemberian makanan atau minuman tambahan lainnya, termasuk air. ASI belum dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Wilayah kerja puskesmas Wire memiliki cakupan pemberian ASI Eksklusif yang rendah. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengatuhi pemberian ASI Eksklusif Di Desa Gesing Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Desain dalam penelitian ini adalah Analitik. Analisis data menggunakan Analisis Uji Chi–Square. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Intrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu Yang Memiliki Balita Di Desa Gesing Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban Yang Berjumlah 50 Orang dengan besar sampel 44 ibu. Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p 0,520 > 0,05. Ada hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p 0,002 < 0,05. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p 0,000 < 0,05. Ada hubungan antara dukungan suami dan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif dengan nilai p 0,000 < 0,05. Faktor pengetahuan tidak mempengaruhi dengan pemberian ASI Eksklusif karena selain pengetahuan terdapat faktor lain seperti faktor usia, pendidikan, dan dukungan suami dan keluarga yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada balita.
Hubungan Pengetahuan HIV/Aids Dengan Stigma Remaja Terhadap Odha Di MAN 1 Tuban Muhammad Fredy Hardiansyah; Wahyu Tri Ningsih; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Yasin Wahyurianto
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 8 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stigma terhadap ODHA adalah sikap yang tidak adil. Stigma dan diskriminasi memiliki dampak pada kesehatan, dalam kehidupan dan kesejahteraan orang yang hidup dengan penyakit HIV atau berisiko HIV, terutama populasi kunci. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan stigma remaja terhadap ODHA di MAN 1 Tuban. Desain penelitian ini deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Tuban dengan populasi seluruh siswa kelas X MAN 1 Tuban yang berjumlah 349 Siswa, dan di dapatkan sample dari sebagian siswa kelas X MAN 1 Tuban yang berjumlah 186 Responden dengan menggunakan teknik simple random sampling. Dan variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen pengetahuan HIV/AIDS dan variabel dependen stigma remaja terhadap ODHA. Instrumen penelitian kuesioner pengetahuan dan stigma. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki pengetahuan HIV/AIDS tinggi dan sebagian besar siswa memiliki stigma positif terhadap ODHA. Hasil uji chi square didapatkan p-value = 0,004 ada hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan stigma remaja terhadap ODHA di MAN 1 Tuban. Pengetahuan di lingkungan remaja sangat berkaitan erat dengan bagaimana remaja tersebut menentukan sikap kepada orang lain, terutama pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS agar dapat bisa bersikap benar dan bijak kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) karena jika remaja yang sudah memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap HIV/AIDS terutama gejala dan cara penularannya pasti tidak akan menjauhi dan memiliki stigma negatif terhadap ODHA.
Faktor Yang Memengaruhi Pernikahan Dini Pada Remaja Di Bojonegoro Farika Izaz Salsabila; Wahyu Tri Ningsih; Wahyuningsih Triana Nugraheni; Binti Yunariyah
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 9 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pernikahan dini seringkali dilakukan oleh remaja dibawah usia 19 tahun dan dianggap sebagai tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai agama, tradisi dan adat istiadat kuno yang cenderung bersifat patriarki dan merendahkan derajat perempuan. Faktor-faktor yang memengaruhi pernikahan dini meliputi pendidikan, ekonomi, tempat tinggal dan tradisi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan faktor yang memengaruhi pernikahan dini pada remaja di Bojonegoro. Desain pada penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja yang melakukan pernikahan dini di Kecamatan Kedungadem sebanyak 38 remaja, dengan besar sampel 38 remaja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling sebuah metode non probability sampling. Variabel yang diteliti adalah faktor yang memengaruhi pernikahan dini pada remaja. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuisioner selanjutnya dianalisis menggunakan analisa deskriptif melalui tabel distribusi, frekuensi dan presentase. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (53%) remaja yang melakukan pernikahan dini pendidikan terakhirnya yaitu SMP, hampir seluruh (76%) remaja yang melakukan pernikahan dini memiliki ekonomi rendah, hampir seluruh (97%) remaja yang melakukan pernikahan dini bertempat tinggal di Desa, sebagian besar (53%) remaja yang melakukan pernikahan dini menikah karena tradisi. Remaja yang tinggal di desa akan lebih rentan melakukan pernikahan dini karena pemikiran orang desa cenderung kurang modern dan masih menganut orang tua terdahulu. Kurangnya akses pendidikan, minimnya akses kesehatan bisa menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini di pedesaan
Tingkat Kepatuhan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Palang Jerry Rian Ardiansyah; Yasin Wahyurianto; Teresia Retna Puspitadewi; Wahyuningsih Triana Nugraheni
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 9 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penatalaksanaan diabetes melitus merupakan setrategi yang efektif dalam mengendalikan kadar gula darah, namun sampai saat ini masih banyak penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol sehingga berdampak pada komplikasi diabetes melitus. Tujuan penelitian mengetahui tingkat kepatuhan penatalaksanaan diabetes melitus pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Palang. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan crossectional. Populasi penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas Palang berjumlah 113 orang dengan sampel 88 orang. Menggunakan teknik purposive sampling. Variabel penelitian yaitu penatalaksanaan diabetes melitus yang meliputi terapi nutrisi, lathan fisik, dan minum obat. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner SDSCA yang telah dimodifikasi, dianalisa menggunakan distribusi frekuensi relatif. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (52%) pasien diabetes melitus memiliki kepatuhan penatalaksanaan diabetes melitus komponen terapi nutrisi kategori sedang, sebagian besar (53%) penderita diabetes melitus memiliki kepatuhan rendah dalam melakukan latihan fisik, dan hampir seluruh (89%) pasien diabetes melitus memiliki kepatuhan terapi farmakologi dalam kategori tinggi. Kepatuhan pasien diabetes melitus komponen terapi nutrisi dalam kategori sedang, disebabkan karena sebagian besar sudah berpendidikan SLTA/sederajat. Kepatuhan pasien diabetes melitus komponen latihan fisik dalam kategori rendah, disebabkan karena terbanyak merupakan lansia. Kepatuhan dalam terapi farmakologi dalam kategori tinggi, karena hampir seluruhya menderita diabetes melitus selama 1-5 tahun, sehingga pasien lebih berpengalaman dalam terapi farmakologi. Untuk meningkatkan kepatuhan penatalaksanaan diabetes melitus pasien baik dalam semua kategori diperlukan pemberian intervensi, motivasi, dan pendidikan kesehatan lebih lanjut terkait dengan penatalaksanaan diabetes melitus pada pasien saat pemberian pelayanan kesehatan sehingga mencegah serta mengatasi komplikasi akibat diabetes.
Dukungan Petugas Kesehatan Dengan Kepatuhan Keluarga Penderita Tuberkulosis Dalam Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumurgung Lailatul Khotimah; Su’udi; Titik Sumiatin; Wahyuningsih Triana Nugraheni
Jurnal Ilmiah Kesehatan Mandira Cendikia Vol. 3 No. 9 (2024)
Publisher : YAYASAN PENDIDIKAN MANDIRA CENDIKIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam hal kematian dan morbiditas global, tuberkulosis (TB) menempati urutan pertama. Dengan meningkatnya jumlah kasus dan kematian, penyakit ini terus menjadi masalah kesehatan global yang signifikan. Sejumlah faktor berkontribusi terhadap peningkatan risiko tertular tuberkulosis, termasuk sosialisasi yang tidak merata tentang penyakit tersebut, tingkat deteksi kasus yang rendah, dan ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Jumlah kematian kumulatif dari 2015 hingga 2019 adalah 14%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kepatuhan tenaga kesehatan terhadap rencana pengobatan pada pasien tuberkulosis (TB) yang menjalani terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) di Puskesmas Sumurgung. Desain penelitian berdasarkan korelasi dan menggunakan metode cross-sectional. Dengan menggunakan pendekatan purposive sampling, kami dapat mengumpulkan data dari 40 dari total populasi 44. Variable Independen yaitu dukungan petugas kesehatan dan variable dependen yaitu kepatuhan keluarga penderita TB dalam TPT. Analisis data menggunakan uji spearman rank. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian diketahui seluruh keluarga penderita TB memiliki dukungan petugas kesehatan yang baik dan seluruhnya anggota keluarga TB memiliki kepatuhan TPT yang patuh. Hasil uji Spearman Rank didapatkan p-value = 0,015 yang berarti ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kepatuhan keluarga penderita tuberkulosis dalam TPT di wilayah kerja Puskesmas Sumurgung. Dukungan petugas kesehatan berkaitan erat dengan kepatuhan keluarga dalam TPT artinya semakin baik dukungan petugas kesehatannya, semakin patuh juga keluarga dalam TPT. Sehingga terwujudnya kualitas hidup yang lebih baik dan perilaku yang sehat.
Pemberdayaan Remaja dalam Pencegahan HIV/AIDS melaui Life Skill Education di Kabupaten Tuban Nugraheni, Wahyuningsih Triana; Yunariyah, Binti; Su'udi, Su'udi
Jurnal Pengabdian Masyarakat (ABDIRA) Vol 5, No 4 (2025): Abdira
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdira.v5i4.1145

Abstract

Adolescents face highly complex problems. Emotional and psychological pressures can lead to deviations from prevailing social norms in the community, such as environmental issues, reproductive health concerns, promiscuous sexual behavior, abortion, and sexually transmitted diseases, including HIV/AIDS. The number of HIV cases in Tuban Regency increased from 53 cases in 2021 to 163 cases in 2022. The aim of this community service program is to improve adolescents’ knowledge and life skills in preventing HIV/AIDS. The methods used included lectures, discussions, games, assignments, and demonstrations, targeting adolescents in Kembangbilo Village, Tuban Regency. The results showed that the average knowledge score on HIV/AIDS prevention life skills before the educational intervention was 42.6, increasing to 65 after the intervention. The average life skills score for HIV/AIDS prevention before the intervention was 53.5, increasing to 68.5 afterward. Empowering adolescent peer educators proved to be highly effective in enhancing life skills for HIV/AIDS prevention. In this era of advanced communication systems, it is crucial to equip adolescents with life skills to prevent HIV/AIDS.
Perilaku Makan Remaja Putri dan Kejadian Anemia Di MTS Hidayatush Shubyan Cendoro Kec. Palang Meylia Ilma Muta’adiyah; Teresia Retna P; Yasin Wahyurianto; Wahyuningsih Triana Nugraheni
Science Techno Health Journal Vol. 2 No. 2 (2024): Science Techno Health Journal
Publisher : Science Techno Health Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada remaja putri dan Wanita usia subur dikatakan anemia jika kadar hemogoblin <12 gram/dL. Program pemerintah Kesehatan dengan pemberian TTD akan tetapi masih ditemukan anemia di puskesmas sumurgung dikarenakan kurangnya kebutuhan zat besi. Faktor penyebabnya dikarenakan tingginya kebutuhan zat gizi termasuk zat besi pada masa pertumbuhan, banyaknya kehilangan darah saat siklus menstruasi, remaja putri melakukan diet ketat, mengonsumsi makanan nabati sehingga kebutuhan zat besi tidak terpenuhi dan asupan gizinya tidak seimbang. Tujuan penelitiannya untuk mengetahui gambaran perilaku makan remaja putri dan kejadian anemia Di MTS Hidayatush Shibyan Cendoro Kec. Palang. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan waktu cross sectional, Populasinya seluruh siswi kelas 7 Di MTS Hidayatush Shibyan Cendoro yang berjumlah 71 Siswi, sampel sebesar 71 siswi, Tehnik sampling yang digunakan total sampling. Variabel penelitian yaitu Perilaku Makan Remaja Putri Dan Kejadian Anemia, instrument penelitian menggunakan kuesioner. Data dianalisa secara deskriptif ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi. Hasil Penelitian hampir setengahnnya (39%) remaja putri memiliki perilaku makan kurang, sebagian besar (50.7%) remaja putri anemia, seluruhnya perilaku makan remaja putri yang baik tidak beresiko anemia (100%) dan hampir seluruhnya perilaku makan remaja putri yang kurang berisiko anemia (85,7%). Perilaku makan dapat mempengaruhi keadaan gizi, karena kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi yang akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat Anemia yang terjadi pada remaja putri sebagian besar disebabkan oleh kurangnya zat besi akibat pola makan yang kurang baik, di perlukan adanya dukungan baik dari keluarga, lingkungan sekitar, diri sendiri agar kebutuhan gizi dan perilaku makan pada remaja putri sesuai kebutuhannya.