Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Perubahan Kenampakan Fisik Perkotaan Akibat Penerapan Permendikbud 51/ 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Studi Kasus: Denpasar Utara-Bali Parthami Lestari, Ayu Putu Utari; Primadewi, Siluh Putu Natha
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora Vol 4, No 2 (2020): Oktober
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.576 KB) | DOI: 10.23887/jppsh.v4i2.29990

Abstract

Urban as a macro architecture that is formed not only physically, but also socially, culturally, even politically, is always interesting to be observed. The 2019/2020 school academics year, for example, is the first time for new student enrolment which is based on their zoning residence. Permendikbud 51/2018 then regulates the discussion of student admission in public schoolssuch as atJunior, Middle and Senior. It is been recognized that urban traffic at the time of entry and return from school is one of the urban load, so schools often become the source of traffic. Due to the implementation of this regulation, students have to attend to school whereas neartheirhome is. It is then hoped that cities congestion will be reduced because students are no longer need to ride their vehicles to school. The research location will be focused on North Denpasar as the area with the largest number of public schools in Denpasar. The research method used is field observation, distributing questionnaires, interviews and literature studies. From the research results, it is concluded that in areas with high land use density, congestion still occurs due to school traffic. Meanwhile, in areas with low density, the phenomenon of land use to settlements has emerged. 
SETRA BADUNG SEBAGAI BENTENG TERAKHIR RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DI DENPASAR Ayu Putu Utari Parthami Lestari
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.641 KB)

Abstract

Diakui bahwa sebagai ibukota dari provinsi yang menjadi daerah tujuan utama di Indonesia, memenuhi amanat dari UU No. 26 tahun 2007 tentang RTH (Ruang Terbuka Hijau), yaitu sebesar 30% untuk ruang terbuka hijau kota, bukanlah prioritas pemerintah kota Denpasar. Ketersediaan ruang terbuka publik (tanpa “hijau”) kota saja sebenarnya juga sudah tergantikan dengan pusat-pusat tujuan wisata yang tersebar di seluruh penjuru kota. Namun kebutuhan akan ruang terbuka “hijau” kota yang berkualitas agaknya belum terpenuhi secara maksimal. Keterlambatan pemerintah untuk melihat pentingnya ruang terbuka hijau kota diakhiri dengan kesulitan untuk pembebasan lahan, sehingga baru beberapa tahun terakhir, pemerintah kota Denpasar mencoba sedikit kreatif. Membangun ruang-ruang kota yang tersisa untuk menjadi ruang terbuka hijau. Untuk menjadi lebih kreatif lagi, pemerintah kota Denpasar sebenarnya memiliki solusi atas keterbatasan lahan, yaitu mengoptimalkan perkuburan kota. Di kota-kota lain di Indonesia seperti di Jakarta, kedinasan pemakaman dan pertamanan adalah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam bidang pemerintahan kota. Namun di tengah adat dan kebiasaan masyarakat tradisional di Bali, pekuburan masih dianggap sebagai hal sakral yang sebaiknya tidak dicampur dengan kegiatan profan seperti fungsi ruang terbuka hijau. Penelitian akan dilakukan dengan metode kualiatif dengan beberapa literatur sebagai pegangannya, dilengkapi dengan studi lapangan. Satu-satunya hambatan dalam mengimplentasian ide ini adalah bahwa pekuburan sudah didesign untuk menjadi menyeramkan, sedangkan fungsi barunya sebagai ruang terbuka hijau kota mengharuskan perancangan ruang yang menyenangkan. Sehingga diambil jalan tengah untuk hanya memanfaatkan sebagian kecil saja dari fungsi setra sebagai ruang terbuka hijau yang bisa dikunjungi tanpa merasa takut dengan tanpa menghilangkan fungsi-fungsi awal dan ke adatan dari setra bagi desa adat. Sedangkan setra yang dimanfaatkan sebagai studi banding adalah Setra Badung di Denpasar. Paper ini bertujuan untuk membuka kesadaran akan banyaknya ruang-ruang kosong yang bisa dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan orang banyak.Kata Kunci : ruang terbuka hijau; setra; Denpasar; sakral
RUANG PUBLIK MENUJU KOTA DENPASAR YANG MANUSIAWI Ayu Putu Utari Parthami Lestari
Jurnal Teknik Gradien Vol 8 No 1 (2016): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan Denpasar sebagai kota (berwawasan) budaya tidaklah cukup dengan menggelar pentas seni budaya atau festival serta membangun ikon fisik budaya saja tetapi perlu dibarengi usaha strategis dan rekayasa sosial untuk membangun budaya kota. Salah satu upaya untuk membangun budaya kota adalah menciptakan warga kota yang cinta pada kotanya. Kota Denpasar harus menjadi kota yang humanis dan manusiawi yang tidak hanya menyediakan tempat tinggal, bekerja dan menuntut ilmu, tetapi warga kotanya juga harus menjadi betah dan bangga menjadi bagian dari kota. Hal termudah yang bisa dilakukan salah satunya adalah memastikan kebutuhan akan rekreasi warga kota tercukupi, yang dapat diwujudkan dengan pemenuhan ruang publik kota yang adil. Adil artinya tidak hanya bisa diakses oleh golongan warga yang berduit, tetapi juga masyarakat yang tersisih dari pembangunan. Ruang publik ini kemudian diartikan sebagian dari ruang terbuka hijau kota. Walau tidak banyak data mengenai besar ruang publik di Kota Denpasar, ruang-ruang semi publik yang dimiliki sebagian kelompok masyarakat tradisional sebenarnya bisa dimanfaatkan secara maksimal, seperti wantilan, dan balai banjar di sudut-sudut kota atau bahkan jelinjingan dan telabah di ruang-ruang pribadi warga kota. Kegiatan seperti minum kopi, mejejahitan, gotong royong membuat ogoh-ogoh hingga kegiatan publik lain seperti tajen juga dilakukan di ruang publik tradisional kota. Sehingga tidak mengherankan bahwa setiap ada pemilihan umum seperti pilkada, pileg atau pilpres, Denpasar dan kota-kota lain di Bali tidak pernah kesulitan mencari lokasi tempat pemungutan suara. Kesulitan dari penyediaan ruang publik di Denpasar adalah jumlah dan kualitasnya yang harus meningkat. Padahal jumlahnya terancam terus berkurang berbanding dengan jumlah penduduk yang bertambah serta kualitasnya yang kadang kurang memperhatikan fasilitas pendukungnya, sehingga bisa ditinggalkan sewaktu-waktu. Perlu ada studi lebih rinci mengenai jenis-jenis kebutuhan ruang publik yang harus disediakan pemerintah kota, lengkap dengan fasilitas yang memadai.
KAWASAN MIXED USE BUILDING PERDAGANGAN DAN PERKANTORAN MODERN DI KABUPATEN TABANAN Made Suhartadana; Agus Wiryadhi Saidi; Ayu Putu Utari Parthami Lestari
Jurnal Teknik Gradien Vol 9 No 2 (2017): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan kawasan menjadi alternatif untuk mengatasi keterbatasan lahan yang terjadi saat ini, pengembangan kawasan tersebut dikenal dengan mixed use building. Mixed Use Builiding merupakan penggunaan campuran berbagai tata guna lahan atau fungsi dalam bangunan Diterapkannya Mixed use building di Bali menjadi alternatif untuk mengatasi keterbatasan lahan yang semakin sempit, pengembangan kawasan ini dapat membantu perencanaan tata guna lahan di Bali. Kabupaten Tabanan dipilih dalam pengembangan kawasan dengan lokasi di Kecamatan Kerambitan, mengingat kondisi Kabupaten Tabanan yang masih kekurangan fasilitas kota. Dengan tema rancangan Neo-Vernakular yang menekankan budaya lokal dan memiliki luasan 3,76 Ha akan dibangun mall dan kantor sewa yang didukung dengan fasilitas penunjang seperti ruang serbaguna dan bioskop.
PERANCANGAN RUMAH SAKIT KANKER DI DENPASAR I Wayan Putu Yoga Wismawan; Ida Bagus Idedhyana; Ayu Putu Utari Parthami Lestari
Jurnal Teknik Gradien Vol 11 No 2 (2019): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknikgradien.v11i2.286

Abstract

Kanker menjadi permasalahan yang cukup serius di Indonesia, prevalensi yang meningkat dan minimnya fasilitas pengobatan seperti rumah sakit dan alat radioterapi menunjukan betapa dibutuhkannya rumah sakit kanker di Indonesia. Bali dan khususnya Denpasar menjadi daerah yang cukup strategis untuk dibangunnya rumah sakit kanker. Posisi Denpasar yang termasuk dalam wilayah Indonesia Tengah memudahkan pasien dari seluruh Indonesia untuk menjangkaunya. Selain itu rencana pembangunan rumah sakit kanker di Denpasar pun sempat didengungkan pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2018. Dengan kondisi tersebut infrastruktur rumah sakit kanker sangatlah diperlukan.. Permasalahan teknis dalam perancangan Rumah Sakit Kanker di Denpasar ini adalah menentukan Konsep Dasar dan Tema Perancangan, Program Ruang dan Tapak, serta Konsep Perancangan Rumah Sakit Kanker di Denpasar dengan klasifikasi A dan berstandar nasional. Rumah sakit ini dirancang dengan konsep dasar “Healing Environment”. Prinsipnya menciptakan suasana lingkungan interior dan eksterior rumah sakit yang hijau, bersih, ramah, nyaman, asri dan hangat sehingga membantu mengurangi tekanan psikologis yang dialami pasien dan secara tidak langsung membantu proses penyembuhan. Dengan dilandasi tema Green Architecture dalam usaha untuk meminimalkan dampak negatif lingkungan bangunan dengan efesiensi dan moderasi dalam penggunaan bahan, energi dan ruang pengembangan serta ekosistem secara luas. Terdapat 4 kelompok ruang pada rumah sakit ini yaitu Area Pelayanan Medik dan Keperawatan, Penunjang dan Operasional, Administrasi Manajemen dan Pendidikan, dan Service. Site rumah sakit terletak di Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar dengan luas 20.151 m2. Karakteristik site secara umum memiliki tingkat kebisingan sedang, beriklim tropis, berkontur relatif datar dengan Build Up Area sebesar 17.065 m2. Melalui program ruang dan program tapak kemudian ditentukan konsep perancangan. Konsep Perancangan terdiri dari Konsep Site, Konsep Bangunan, Konsep Struktur dan Konsep Utilitas.
PUSAT KULINER TRADISIONAL KHAS BALI DI KABUPATEN GIANYAR I Wayan Eka Darma Yuda; Ngakan Putu Ngurah Nityasa; Ayu Putu Utari Parthami Lestari
Jurnal Teknik Gradien Vol 11 No 1 (2019): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pulau Bali menjadi sangat dikenal oleh dunia internasional karena keindahan alamnya, kesenian dan budayanya. Wisata kuliner tradisional khas Bali yang merupakan salah satu budaya lokalnya mempunyai peran penting karena makanan juga bisa menjadi pusat pengalaman wisatawan. Gianyar merupakan Kabupaten di Bali yang memiliki potensi untuk membangun pusat kuliner tradisional. Pusat Kuliner Tradisional Khas Bali di Kabupaten Gianyar memiliki fasilitas tempat makan yang menyediakan berbagai olahan tradisional khas Bali, selain itu fasilitas yang diwadahi meliputi : cooking class, gedung serbaguna, playground, panggung terbuka, drive thru dan kolam pancing. Melalui fasilitas yang diwadahi, pengunjung yang datang dapat menikmati berbagai olahan tradisional khas Bali dalam satu tempat sehingga tidak harus berpindah dari tempat satu ketempat lainnya untuk dapat menikmati olahan tradisional khas Bali. Konsep dasar yang digunakan untuk merancang Pusat Kuliner Tradisional Khas Bali di Kabupaten Gianyar adalah “Pelestarian, Edukatif dan Variatif” pada tempat ini bertujuan agar dapat membantu civitas dalam menikmati semua fasilitas di tempat ini dengan baik dan maksimal. Penerapan tema Neo-Vernakular yang diterapkan pada rancangan diantaranya terkait bentuk yang memadukan konsep tradisional dengan modern, material yang digunakan seperti batu bata, atap bubungan dan pemakaian atap miring. Menggunakan warna yang kuat dan kontras.
GELANGGANG REMAJA DI GIANYAR Agus Wiryadhi Saidi; Ayu Putu Utari Parthami Lestari; I Made Gede Ardiana Dhipta
Jurnal Teknik Gradien Vol 13 No 1 (2021): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknikgradien.v13i1.744

Abstract

Kegiatan non-akademis dapat menjadi penyeimbang kegiatan akademis sehingga tercipta harmoni di dalam pribadi dan sosial remaja. Kabupaten Gianyar memiliki potensi kegiatan non-akademis berupa 15 cabang olahraga aktif dan 104 kesenian yang dilestarikan pada tahun 2016. Jumlah remaja Kabupaten Gianyar usia 10-22 tahun sebanyak 19,41% atau 96.973 jiwa pada tahun 2016. Tujuan dari Gelanggang Remaja di Gianyar adalah untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, menyehatkan remaja, menciptakan komunitas non-akademis, mempertahankan dan meningkatkan keberagaman kegiatan sosial dan ekonomi. Metode yang dipergunakan adalah dengan mengumpulkan data, melakukan analisa terhadap kegiatan yang akan diwadahi berdasarkan teori dan data lapangan. Adapun fasilitas yang akan disediakan adalah fasilitas lapangan olahraga serbaguna, kesenian, ilmiah, kerohanian, rekreasi, sosialisasi, fasilitas penunjang dan pengelola. Lokasi yang terpilih untuk Gelanggang Remaja adalah di kabupaten Gianyar, Kecamatan Blahbatuh karena memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, topografi relatif datar, terletak dekat dengan kecamatan Gianyar, Sukawati dan Ubud. Tapak terpilih terletak di jalan By Pass Dharma Giri karena memiliki sarana dan prasarana yang mendukung, pelayanan umum yang baik, potensi pengembangan tapak yang baik, transportasi umum yang memadai, kelancaran lalu lintas yang baik. Konsep dasar yang dipergunakan adalah energik (bersemangat), komunikatif (mudah dipahami) dan kreatif (memiliki nilai lebih). Tema yang dipergunakan adalah Neo-vernacular yaitu penerapan bentuk-bentuk modern yang berakar pada elemen-elemen fisik dan non-fisik arsitektur tradisional.
PERANCANGAN HOTEL WISATA ALAM DI KABUPATEN BANGLI Ayu Putu Utari Parthami Lestari; I Gusti Bagus Adnyanegara; I Kadek Wahyu Purnama Putra
Jurnal Teknik Gradien Vol 13 No 1 (2021): Gradien
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknikgradien.v13i1.745

Abstract

Bali adalah salah satu tujuan wisata salah satu daya tarik Bali adalah karena kebudayaannya dan keindahan alamnya. Kabupaten Bangli adalah sebuah kabupaten yang ada di provinsi Bali yang menawarkan keindahan alam dan wisata alam yang banyak diminati wisatawan. Namun dari potensi alam Kabupaten Bangli tersebut masih kekurangan fasilitas akomodasi untuk para wisatawan. Untuk menunjang kebutuhan sarana dan prasarana pariwisata di Bangli maka perlu dibangun Hotel Wisata Alam di Kabupaten Bangli guna mewadahi kebutuhan akomodasi wisatawan yang ingin berlibur. Kondisi Kabupaten Bangli yang sebagian besar adalah dataran tinggi dan menjadi daerah tujuan wisata. Maka konsep dasar yang cocok untuk Hotel Wisata Alam ini adalah Rekreatif dan Ramah Lingkungan. Rekreatif yang berarti, memulihkan atau menyegarkan kembali tubuh atau pikiran. Konsep Ramah Lingkungan atau tidak berbahaya bagi lingkungan. Jadi konsep dasar ini diharapkan menghadirkan akomodasi yang menawarkan daya tarik yang berbeda dan selaras dengan alam. Dengan didukung tema Arsitektur Hijau yang berusaha untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh moderasi. Terdapat 3 fasilitas yang ditawarkan di Hotel Wisata Alam ini yaitu fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas serfis. Terdapat juga fasilitas di luar hotel hasil kerja sama antara pengelola hotel dengan masyarakat sekitar yaitu kebun agro dimana para wisatawan bebas mengunjungi kebun sambil berwisata agro. Total luas besaran ruangan Hotel Wisata Alam ini 21.329 m2 dan membutuhkan luas site 37.800 m2 berdasarkan peraturan pemerintah dengan sirkulasi dan ruang terbuka hijau. Lokasi site berada di Jalan Windhu Sara Desa Kedisan Kintamani Bangli. Karakter site secara umum memiliki tingkatan kebisingan rendah beriklim dingin, berkontur teras sering berundag undag dengan luas site sebesar 46.685 m2. Pada site akan direncanakan 1 entrance dengan tujuan memudahkan untuk akses keluar masuk. Melalui program ruang dan program tapak kemudian ditemukan konsep perancangan. Konsep perancangan terdiri dari dari konsep site, konsep bangunan, konsep struktur dan konsep utilitas.
PENDAMPINGAN REDESAIN LOGO UMKM ANGGOTA HIMPUNAN WANITA DISABILITAS INDONESIA BALI SEBAGAI UPAYA MENUJU MASYARAKAT INKLUSIF Ni Putu Tirka Widanti; Ayu Putu Utari Parthami Lestari; Luh Riniti Rahayu; I Made Kartika; Sri Sulandri
RAMBIDEUN : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2023): Rambideun: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Al Muslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51179/pkm.v6i1.1600

Abstract

Women and people with disabilities are some of the minority groups that are excluded from development. Especially if both are experienced by one individual simultaneously. HWDI is a social organization that accommodates women with physical limitations. HWDI in Bali actively mobilizes its members to be empowered and independent. Ngurah Rai University through community service activities has been present in the midst of Bali HWDI members for 3 months since October 2022 and provided assistance to one of its members regarding redesigning a business logo. Logo redesignation was chosen as the community service activity because of its urgency. The previous logo was not representative enough to be used as promotional capital because it did not reflect the character of the business and the business owner, had weaknesses in design principles (choice of color), had low resolution, and still had a watermark. The method of implementing the activity was the type of action research with a mix-method. The approach was carried out by understanding the characteristics of partners to the type of business. Thus, through understanding design and logo theory, a business logo is created that is different from the initial logo. Logos that are designed with careful consideration produce an output with a special character. Efforts to explore the uniqueness of the product and the owner of the partner business produce a logo that fits the partner's promotional needs.
Tukad Bindu Yang Windu: Upaya Mengembalikan Kejayaannya sebagai Urban Tourist Attraction di Denpasar Lestari, Ayu Putu Utari Parthami; Suwastawa, I Putu Agus
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 5 No. 1 (2022): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.593 KB) | DOI: 10.54371/jiip.v5i1.387

Abstract

Sungai sudah sejak lama merupakan lokasi yang penting bagi kehidupan masyarakat, namun di sisi lain, sungai-sungai terdesak oleh pembangunan hingga bahkan menjadi tempat pembuangan limbah baik rumah tangga dan industri. Padahal sungai memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang bermanfaat tidak hanya untuk lingkungan, namun juga bahkan secara ekonomi bagi masyarakat sekitar. Seperti Tukad Bindu, sebuah sungai di Denpasar yang menjadi pilot project pertama pengelolaan daerah aliran sungai yang berbasis komunitas. Yayasan Tukad Bindu sebagai mitra pengabdian menghadapi masalah akibat ditutupnya kawasan dalam upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, seperti penurunan kualitas fisik hingga kekhawatiran akan kunjungan wisatawan yang tidak setinggi dulu ketika lokasi nanti dibuka kembali. Solusi yang ditawarkan oleh tim pengabdian masyarakat Universitas Ngurah Rai di Tukad Bindu antara lain pelaksanaan desain backdrop panggung, atap salah satu fasilitas, papan penunjuk, pelaksanaan sosialisasi eco enzyme dan lomba mewarnai. Seluruh kegiatan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat difasilitasi oleh yayasan, sejak perencanaan, pelaksanaan hingga pemantauan. Seluruh kegiatan mendapatkan dukungan dan apresiasi dari semua pihak yang ditandai dengan keberhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai target.