Claim Missing Document
Check
Articles

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS KRIM ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less.) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes Suru, Eunike; Yamlean, Paulina V. Y.; Lolo, Widya A
PHARMACON Vol 8, No 1 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29256

Abstract

ABSTRACT Beluntas plants contain flavonoid compounds, which are know to have antibacterial activity. This study aims to make a formulate and test the physical stability of antibacterial cream prepared from Beluntas Leaf extract (Pluchea indica Less.) with three variations in extract concentrations of 5%, 10% and 15%, and  test the effectiveness of antibacterial against Propionibacterium acnes bacteria. The method of this research is experimental laboratory research. Beluntas leaves extract (Pluchea indica Less.) was obtained by maceration using 96% of ethanol and formulated into cream preparations with various extract concentrations. The result showed that Beluntas Leaf extract cream fulfilled the requirements of the physical properties of cream preparations, which included organoleptic test, homogeneity, pH, dispersion, adhesion, emulsion type and cycling test. On the result of antibacterial activity testing, the average diameter of the clear zone of prepared cream of Beluntas leaf extract was at concentration of 5%, 10% and 15%, respectively ie 6.16 mm, 7.83 mm, 10.16 mm. Based on the classification of antibacterial category, the inhibiting ability of the test bacteria by 5% and 10% cream was categorized as moderate, and 15% was categorized as strongly which is the most effective cream inhibiting the activity of Propionibacterium acnes. Keywords: Beluntas leaves, antibacterial cream, Propionibacterium acnes ABSTRAK            Tanaman Beluntas  merupakan salah satu tanaman  yang berkhasiat obat. Tanaman Beluntas mengandung senyawa flavonoid yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula dan uji stabilitas fisik sediaan krim antibakteri dari ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) dengan tiga variasi konsentrasi ekstrak yaitu 5%, 10% dan 15%, serta menguji efektivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Metode penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Ekstrak daun Beluntas (Pluchea indica Less.) diperoleh dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 96% dan diformulasikan menjadi sediaan krim dengan variasi konsetrasi ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim ekstrak Daun Beluntas memenuhi persyaratan sifat fisik sediaan krim yang meliputi uji organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, tipe emulsi dan cycling test .Pada hasil pengujian aktivitas antibakteri, diameter rata-rata zona bening sediaan krim ekstrak daun beluntas pada konsetrasi 5%, 10% dan 15% berturut –turut yaitu 6,16 mm, 7,83 mm, 10,16 mm. Berdasarkan klasifikasi kekuatan daya antibakteri, maka kemampuan penghambatan bakteri uji oleh krim konsentrasi 5% dan 10% dikategorikan sedang, serta 15% dikategorikan kuat yang merupakan krim paling efektif menghambat aktivitas bakteri Propionibacterium acnes. Kata kunci : Daun Beluntas, krim antibakteri, Propionibacterium acnes.
ISOLASI DAN UJI ANTIBAKTERI DARI ISOLAT BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS Callyspongia aerizusa SERTA IDENTIFIKASI SECARA BIOKIMIA Liempepas, Angelika; Lolo, Widya A.; Yamlean, Paulina V. Y.
PHARMACON Vol 8, No 2 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29304

Abstract

ABSTRACT               Sponge Callyspongia aerizusa contain potential bioactive compound that can be utilized in the health sector. Extract of sea sponge Callyspongia aerizusa, can hamper the growth of Salmonella typhi bacteria, Streptococcus pyogenes, Shigella and Staphylococcus epidermidis. The aim of this study was to test the antibacterial activity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria and identify the type of symbionic bacteria of Callyspongia aerizusa sponge based on their physiological and biochemical characteristics. The method of testing the antibacterial activity was agar diffusion method (Kirby and Baurer diffusion disc). There were three bacterial isolates namely T1, T2, and T3 isolates. The result showed that T1, T2, and T3bacterial isolates had antibacterial activity against Escherichia coli and Staphylococcus aureus test bacteria. Based on the biochemical test, T2bacterial isolates were identified as Bronchothrix bacteria and T1and T3 bacterial identified as Desulfotomaculum. Keywords: Callyspongia aerizusa, Antibacterial activity, symbiont bacteria, Biochemical Identification   ABSTRAKSpons Callyspongia aerizusa memiliki kandungan senyawa bioaktif potensial yang dapat dimanfaatkan dibidang kesehatan. Ekstrak spons laut Callyspongia aerizusa dapat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, Streptococcus pyogenes, Shigella dan Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri dari bakteri simbion spons Callyspongia aerizusa terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcuc aureus dan mengidentifikasi jenis bakteri simbion spons Callyspongia aerizusa berdasarkan karakteristik fisiologis dan biokimianya. Metode pengujian aktivitas antibakteri yang digunakan yaitu metode difusi agar (disc diffusion Kirby and Baurer). Terdapat tiga isolat bakteri yaitu isolat T1, T2, dan T3. Hasil penelitian menunjukan bahwa isolat bakteri T1, T2, dan T3 memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcuc aureus. Berdasarkan uji biokima, isolat bakteri T2 diduga sebagai bakteri Brochothrix dan  isolat bakteri T1 dan T3 diduga sebagai bakteri Desulfotomaculum.Kata kunci: Callyspongia aerizusa, Aktivitas antibakteri, Bakteri simbion, Identifikasi Biokimia
AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANALISIS KLT-BIOAUTOGRAFI DARI FRAKSI DAUN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Paputungan, Ayu Natasya; Lolo, Widya Astuty; Jayanto, Imam
PHARMACON Vol 8, No 3 (2019): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.8.2019.29326

Abstract

Mangosteen leaves have flavonoid compounds, tannins, and saponins that can be efficacious as antibacterial. The aim of this study was to determine the fraction of mangosteen leaves having an antibacterial effect and knowing the class of compounds identified as having antibacterial activity after TLC- Bioautography testing was carried out. The samples were extracted using 96% maceratarion method and fractioned using liquid-liquid fractionation method with methanol, n-hexane and ethyl acetate solvents, antibacterial activity using agar diffusion method (Kirby and Bauer) with 3 concetrations namely 10%, 20% and 30%. Thin Layer Chromatography (TLC) uses n-hexane and chloroform solvens. TLC-Bioautography uses contact bioautography methods. The resultd showed that mangosteen leaves in methanol fraction with a concentration of 30% had a very large inhibitory activity again Staphylococcus aureus and ethyl acetate fraction with a concentration of 30% had the gratest antibacterial activity against  Escherichia coli. The results of the TLC- Bioautography study showed that the flavonoids compounds after spraying with AlCl3 and the mangosteen leaf Biosutography test had inhibitory zone activity against the bacteria Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Keywords: Mangosteen Leaves. Antibacterial, TLC Bioautography.  ABSTRAK Daun manggis mempunyai senyawa flavonoid, tanin, dan saponin yang dapat berkhasiat sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fraksi daun manggis memiliki efek antibakteri dan mengetahui golongan senyawa yang teridentifikasi memiliki aktivitas antibakteri setelah dilakukan pengujian KLT Bioautografi. Sampel diektrak dengan metode maserasi dengan pelarut 96% dan difraksinasi dengan metode  fraksinasi cair-cair dengan pelarut metanol, n-heksan dan etil asetat, aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar (Kirby and Bauer) dengan 3 kosentrasi yaitu 10%, 20% dan 30%. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan pelarut n-heksan dan klorofom. KLT-Bioautografi menggunakan metode bioautografi kontak. Hasil penelitian menunjukan daun manggis pada fraksi metanol  dengan kosentrasi 30% memiliki aktivitas zona hambat ppaling besar terhadapat bakteri Staphylococcus aureus dan fraksi etil asetat dengan kosentrasi 30% memiliki aktivitas antibakteri paling besar terhadap  Escherichia coli. Hasil penelitian KLT-Bioautografi menunjukan golongan senyawa flavonoid setelah disemprotkan dengan AlCl3 dan uji Bioautografi daun manggis memiliki aktivitas zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Kata kunci : Daun Manggis, Antibakteri, KLT- Bioautografi.
PERSEPSI PERAWAT TERHADAP PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO Dadiani, Ni Made; Lolo, Widya A; Antasionasti, Irma
PHARMACON Vol 9, No 2 (2020): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.9.2020.29287

Abstract

ABSTRACTPharmacy services was one of the supporting activities of health services quality. Majority, the hospitals in Indonesia had not performed Pharmaceutical Care activities in accordance with the Standard of Pharmaceutical Care in Hospital stipulated in regulation of the Minister of Health Republic of Indonesia No. 72 year 2016. The lack of cooperation and communication between pharmacists, nurses and other health workers can cause differences in perception. This studied aims to know the opinions and expectations of nurse to the role of pharmacist in pharmaceutical care at Robert Wolter Mongisidi Hospital Manado. This research was a quantitative descriptive study and data collection tool used was a questionnaire about the opinions and expectations given to 140 nurses. The results showed that perception of nurses tend to agree with an average value of 93,81% for the opinion and for the expectation of 98,16%. The conclusion that the nurse had good opinions and expectation to the role of pharmacists in accordance with Pharmaceutical Care Standards.Key words : Pharmaceutical Care, Nurse Perception, Pharmacists.ABSTRAK Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan penunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Sebagian besar Rumah Sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016. Kurangnya kerjasama dan komunikasi antara apoteker, perawat dan tenaga kesehatan lain dapat menyebabkan perbedaan persepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan harapan perawat terhadap peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner tentang pendapat dan harapan yang diberikan kepada 140 perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  persepsi perawat cenderung setuju dengan nilai rata-rata untuk pendapat sebesar 93,81% dan untuk harapan sebesar 98,16%. Kesimpulan yang didapat bahwa perawat memiliki pendapat dan harapan yang baik terhadap peran apoteker sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian. Kata kunci : Pelayanan Kefarmasian, Persepsi Perawat, Apoteker.
PERSEPSI DOKTER TERHADAP PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT ROBERT WOLTER MONGISIDI MANADO Indiyani, Ni Nengah S.; Lolo, Widya A.; Rundengan, Gerald
PHARMACON Vol 9, No 3 (2020): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.9.2020.30019

Abstract

ABSTRACTServices in the health sector are one of the services that are needed by the community, one of them is service in the field of pharmacy. The therapeutic process of a patient needs collaboration between the pharmacist, physician and other health workers. In some hospitals in Indonesia, they have not implementing all pharmaceutical care activities as regulated in Permenkes No. 72 of 2016. This studied aims to know the opinions and expectations of physician to the role of pharmacist in pharmaceutical care. This research was a quantitative descriptive study and data collection tool used was a questionnaire about the opinions and expectations given to 63 physician. Based on the research results obtained, it was known that the perception of physician tend to agree with an average value of 94,55% for the opinion and for the expectation of 91,78%. So that can be concluded that physician had good opinions and expectation to the role of pharmacists in accordance with Pharmaceutical Care Standards.Key words : Pharmaceutical Care, Physician Perception, Pharmacists.ABSTRAK Pelayanan dalam bidang kesehatan merupakan salah satu pelayanan yang banyak di butuhkan oleh masyarakat, salah satunya adalah pelayanan dalam bidang kefarmasian. Proses terapi seorang pasien perlu adanya kerjasama antara apoteker, dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Pada beberapa rumah sakit di Indonesia belum melakukan seluruh kegiatan pelayanan farmasi sebagaimana yang sudah di atur dalam Permenkes No. 72 Tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan harapan dokter terhadap peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner tentang pendapat dan harapan yang diberikan kepada 63 dokter. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa  persepsi dokter cenderung setuju dengan nilai rata-rata untuk pendapat sebesar 94,55% dan untuk harapan sebesar 91,78%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dokter memiliki pendapat dan harapan yang baik terhadap peran apoteker sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian. Kata kunci : Pelayanan Kefarmasian, Persepsi Dokter, Apoteker.
ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS TANAWANGKO Bunet, Greey C.E.; Lolo, Widya A.; Rumondor, Erladys M.
PHARMACON Vol 9, No 3 (2020): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.9.2020.30024

Abstract

ABSTRACTPatient satisfaction is an important indicator for pharmaceutical services and has a close relationship with service quality. A good quality of services will provide satisfaction to patient so that it affects to return the Health Center. The purpose of this study was to determine the satisfaction of outpatients with the quality of pharmaceutical services at the Tanawangko Health Center. This research is a descriptive study and the data collection tool used is the questionnaire given to 277 respondents. Based on the research results obtained, it is known that each question on the 5 dimensions has a negative value with an average value (-0.38) this value is obtained from the average value of the total service quality index between expectations and reality, meaning the patient is not satisfied. The reality received is lower yhan expectations.Keywords :  Level of satisfaction, expectations, reality. ABSTRAK Kepuasan pasien merupakan indikator penting bagi pelayanan kefarmasian dan memiliki hubungan erat dengan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan kepada pasien sehingga mempengaruhi pasien untuk kembali lagi ke Puskesmas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kepuasan pasien rawat jalan terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas Tanawangko. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan alat pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner diberikan kepada 277 responden. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa setiap pertanyaan pada 5 dimensi memiliki nilai negatif dengan nilai rata-rata (-0,38) nilai ini diperoleh dari rata-rata nilai indeks total kualitas pelayanan antara harapan dan kenyataan, artinya pasien tidak puas. Kenyataan yang diterima lebih rendah dibandingkan dengan harapan.Kata Kunci  : Tingkat kepuasan, harapan, kenyataan.
PKM Pada Kelompok Masyarakat Kelurahan Lahendong Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Tentang Pemanfaatan Obat Tradisional Sebagai Terapi Komplementer Pada Penyakit Degeneratif Lolo, Widya Astuty; Yudistira, Adithya; Datu, Olvie Syenni
VIVABIO: Jurnal Pengabdian Multidisiplin Vol 2, No 3 (2020): VIVABIO:Jurnal Pengabdian Multidisiplin
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/vivabio.2.3.2020.31104

Abstract

Obat tradisional merupakan obat-obatan yang diolah secara tradisional, dan digunakan secara turun-temurun berdasarkan adat-istiadat, kepercayaan dan kebiasaan masyarakat setempat.  Keanekaragaman hayati yang melimpah di Indonesia berpengaruh pada budaya dan pola hidup dalam masyarakat dengan memanfaatkan berbagai tanaman sebagai obat termasuk dalam terapi penyakit degeneratif. Mitra pada kegiatan ini yaitu kelompok masyarakat Kelurahan Lahendong Kecamatan Tomohon Selatan Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Prevalensi penyakit degeneratif pada mitra yang cukup tinggi antara lain penyakit jantung, diabetes mellitus, dislipidemia dan hipertensi.  Mayoritas masyarakat yang menjalani terapi formal dengan obat kimia juga menggunakan terapi obat tradisional secara berdampingan. Masyarakat belum memahami dengan benar tentang pentingnya pengaturan penggunaan obat yang benar bila menggabungkan keduanya.  Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang memadai bagi mitra terkait pemanfaatan obat tradisional sebagai terapi komplementer pada penyakit degeneratif.  Berhubungan dengan hal tersebut, terdapat beberapa metode pelaksanaan yang diterapkan selama kegiatan, antara lain ceramah yang berisi materi tentang penyakit degeneratif dan pengobatannya, serta pilihan terapi obat tradisional sebagai terapi komplementer yang dapat diintegrasikan dalam terapi yang dijalani.  Selain itu dilakukan diskusi bersama dengan peserta yang merupakan pihak yang sedang menjalani kedua terapi untuk mengkaji masalah secara mendalam yang disertai dengan pembagian brosur terkait materi penyuluhan, serta memberikan pelatihan tentang pengolahan obat tradisional yang baik. Adapun jenis-jenis tanaman obat yang dijelaskan merupakan tanaman obat yang familiar bagi masyarakat setempat, yaitu kunyit, jambu biji, belimbing manis, daun salam, tapak dara, belimbing wuluh, sirsak, seledri, ketimun, kumis kucing, mengkudu, bawang putih, alpukat, kubis, kacang tanah, labu siam, dan sambiloto.  Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan obat tradisional sebagai terapi komplementer pada penyakit degeneratif.  
Analisis Perencanaan Dan Pengadaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC Indeks Kritis Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado Lolo, Widya Astuty; Widodo, Weny Indayany; Mpila, Deby Afriani
Jurnal MIPA Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jmuo.10.1.2021.30639

Abstract

Perencanaan dan pengadaan obat merupakan salah satu fungsi penting dalam tahapan manajemen logistik obat, termasuk  obat antibiotik.  Sistem pengelolaan yang baik akan menjamin tersedianya obat sesuai dengan kebutuhan pasien.  Analisis ABC Indeks Kritis dapat digunakan untuk menentukan prioritas obat yang akan diadakan.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan dan pengadaan obat antibiotik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado menggunakan analisis ABC Indeks Kritis.  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif.  Data primer diperoleh dari 8 orang responden yang mengisi kuesioner dan data sekunder diperoleh dari Instalasi Farmasi, Bagian Logistik dan Bagian Keuangan.  Data yang diperoleh dianalisis dengan metode ABC Indeks Kritis.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 63 item obat antibiotik, 6 item merupakan kelompok A (9,52%), 29 item merupakan kelompok B (46,03%), dan 28 item merupakan kelompok C (44,44%).  Metode ABC Indeks Kritis dapat membantu rumah sakit dalam melakukan perencanaan dan pengadaan obat secara efisien dengan mempertimbangkan nilai pakai, nilai investasi dan nilai kritis obat.Drug planning and procurement is one of the most important function in steps of logistics management, include antibiotic drugs. A good management system will ensure the medical availability of drugs according to patient needs. The ABC critical index analysis can be used to prioritize drug procurement. This study aim to analyze the planning and procurement of antibiotic drugs in Pharmacy Installation at Manado Adventist Hospital by using ABC critical index analysis. The design of this research was quantitative descriptive study. Primary data were obtained from 8 respondents who filled the questionnaires; and secondary data were obtained from Pharmacy Installation, Logistic Division and Finance Division. Data were analyzed with ABC critical index method. The result of ABC critical index analysis showed that 63 antibiotic drug items were found, respectively, amounting for 6 (9.52%), 29 (46.03%) and 28 (44.44%) of drug items were found to be category A, B and C items. ABC critical index method can help hospital drug management in order to planning and procurement the drug efficiently by considering the use value, investment value, and critical value of drug.
Identifikasi Potentially Inappopriate Medication (PIM) Pada Resep Pasien Diabetes Melitus Usia Yang Keluar Dari 3 Rumah Sakit di Sulawesi Utara Wiyono, Weny Indayany; Lolo, Widya Astuty; Citraningtyas, Gayatri
Jurnal MIPA Vol 8, No 3 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jmuo.8.3.2019.25777

Abstract

Latar Belakang. Penduduk lanjut usia atau geriatrik tidak dapat dipisahkan dari kondisi kesehatan. Hal tersebut mendorong pentingnya mengidentifikasi adanya ketidaktepatan peresepan bagi pasien lanjut usia khususnya pada pasien yang menderita Diabetes Mellitus (DM). Prevalensi DM di Sulawesi Utara mengalami kenaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Potentially Inapopriate Medication (PIM) pada Resep pasien DM lanjut usia yang keluar dari Tiga Rumah sakit (RS) terletak di kota dengan prevalensi DM terbanyak di Sulawesi Utara. Metode. Penelitian dilakukan pada RS A Kota Manado, RS B Bitung dan RS C Tomohon. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif secara retrospektif dengan mengambil data rekam medis setiap 3 bulan per Rumah Sakit lalu membandingkan dengan Beers Criteria 2015. Hasil. Kejadian PIM pada Resep Keluar Pasien DM Lanjut Usia di RS A, RS B dan RS C sebesar 81,26 %, 40,91 % dan 37,38%  secara berturut-turut. Klasifikasi PIM terbanyak yaitu PIM dan Kelas Obat yang harus dihindari pada lanjut usia (50,00%, 66,67%, 73,91%). Golongan Obat terbanyak dalam PIM yaitu Sistem Gastrointestinal khususnya Pemblok Pompa Proton (30,47 %)Background. Elderly or geriatric population can’t be separated from health conditions. This encourages the importance to identifying the inaccuracy of prescribing for elderly patients, especially in patients with Diabetes Mellitus (DM). The prevalence of DM in North Sulawesi has increased. This study aims to identify Potentially Inapopriate Medication (PIM) in prescriptions for elderly DM patients who are discharged from the Three Hospitals (RS) located in the city with the highest prevalence of DM in North Sulawesi. Method. The study was conducted at Hospital A at Manado City, Hospital B at Bitung and Hospital C at Tomohon. This study used quantitative descriptive method retrospectively by taking medical record data every 3 months/Hospital and then comparing with the 2015 Beers Criteria. Results. The incidence of PIM in the Out Prescription for Elderly DM Patients in Hospital A, Hospital B and Hospital C was 81.26%, 40.91% and 37.38%, respectively. Most PIM classifications are PIM and Drug Class which must be avoided in the elderly (50.00%, 66.67%, 73.91%). The most drug group in PIM is Gastrointestinal System especially Proton Pump Inhibitors (30.47%)
ANALISIS PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO Puspitasari, Putri Angelina; Lolo, Widya Astuty; Rundengan, Gerald
PHARMACON Vol 10, No 2 (2021): PHARMACON
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/pha.10.2021.34039

Abstract

ABSTRACTImplementation of Hospital Minimum Serviced Standard is very important because it is a measured of the performanced of health serviced held in hospitals. This studied aims to determined the suitability of the MSS of pharmacy hospitals on the indicator of the length of time of prescription serviced and the indicators of patient satisfaction at the Bhayangkara Hospital, Manado. This researched used a descriptive type of researched conducted with quantitative and qualitative researched methoded. The sampled for this studied was 343 path patients or prescriptions IFRS Bhayangkara Manado. The results showed that the indicator for the length of time of prescription serviced obtained the averaged time for non-concocted prescriptions for 9.30 minuted and 22 minuted for prescription concocted, and for indicators of patient satisfaction, the result was 80.63%. Based on the results of the researched obtained, it can be concluded that the Bhayangkara Manado Hospital has met the standards according to the Decree of the Minister of Health of the Republic Indonesia Number 129 / MENKES / SK / II / 2008 concerning Minimum Serviced Standards for Hospitals in the Pharmacy Sector that have been set by the Ministry of Health of the Republic Indonesia. Keywords: MSS, Waiting Time, Patient Satisfaction, IFRS  ABSTRAKImplementasi Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit sangat penting karena merupakan tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di rumah sakit. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui kesesuaian SPM rumah sakit bidang farmasi pada indikator lama waktu pelayanan resep dan pada indikator kepuasan pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Sampel untuk penelitian ini sebanyak 343 pasien/resep di IFRS Bhayangkara Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada indikator lama waktu pelayanan resep diperoleh waktu rata – rata untuk resep non racikan selama 9,30 menit dan resep racikan selana 22 menit, serta untuk indikator kepuasan pasien diperoleh hasil sebesar 80,63%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit Bhayangkara Manado telah memenuhi standar menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Bidang Farmasi yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia                                                                 Kata kunci: SPM, Waktu Tunggu, Kepuasan Pasien, IFRS