Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Analisis Panjang dan Tinggi Gelombang untuk Operasi KRI TNI-AL di Perairan Indonesia: Analysis of Wave Length and Height for KRI TNI-AL Operations in Indonesian Waters Taryono Taryono; Ibnu Sofian; A. Rita Tisiana D. Kuswardani; Tasdik Mustika Alam
Jurnal Chart Datum Vol. 2 No. 1 (2016): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v2i1.77

Abstract

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan, maka segala aktivitas di laut menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia.Masih terbatasnya akses dalam memperoleh data dan informasi berkaitan dengan panjang dan tinggi gelombang di Perairan Laut Indonesia, menjadi salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi operasi/pelayaran KRI dalam setiap melaksanakan tugas operasi di laut.Penelitian panjang dan tinggi gelombang bertujuan untuk mendukung operasi KRI. Informasi tentang panjang dan tinggi gelombang diperoleh dari hasil luaran model Wavewatch III (WWIII) selama kurun waktu 9 tahun dari tahun 2005 sampai 2013 sebagai data penelitian yang di validasi dengan Altimetri kemudian diolah menggunakan software GrADS dan Ferret. Pengaruh angin pada musim tertentu dapat mempengaruhi panjang dan tinggi gelombang signifikan yang terjadi di Perairan Indonesia. Perairan Selatan Jawa pada musim Timur lebih besar nilainya (panjang gelombang mencapai 450 m dan tinggi gelombangnya mencapai 6 m), di Laut Jawa pada Musim Barat (panjang gelombang mencapai 120 m dan tinggi gelombang mencapai 3 m). Di Selat Karimata pada Musim Barat (panjang gelombang mencapai 210 m dan tinggi gelombang mencapai 3,5 m). Di Selat Makassar pada Musim Barat (panjang gelombang mencapai 270 m dan tinggi gelombang mencapai 2 m) dan di Laut Arafuru pada Musim Barat (panjang gelombang mencapai 210 m dan tinggi gelombang mencapai 3,5 m). Berdasarkan parameter panjang gelombang untuk tipe KRI yang direkomendasikan beroperasi di wilayah Perairan Indonesia yaitu kapal dengan ukuran dengan panjang lebih dari 100 m. Sehingga kapal tersebut dapat dioperasionalkan di Perairan Indonesia pada saat Musim Barat maupun Musim Timur. Kapal yang dapat dioperasionalkan adalah KRI tipe Frigatte, Corvette, Amphibious dan Auxiliaries. Sedangkan dilihat dari parameter tinggi gelombang untuk tipe KRI yang dapat beroperasi di wilayah Perairan Indonesia baik pada saat Musim Barat maupun Musim Timur yaitu semua tipe KRI antara lain KRI tipe Frigatte, Corvette, Patrol Forces, Amphibious Forces, Mine Warfare Forces, Training Ships dan Auxiliaries.
Identifikasi Banjir Rob Periode 2013 – 2015 di Kawasan Pantai Utara Jakarta: Identification of Rob Floods for the Period of 2013 – 2015 in the North Coast of Jakarta Jamalludin Jamalludin; Khoirol Imam Fatoni; Tasdik Mustika Alam; Widodo S. Pranowo
Jurnal Chart Datum Vol. 2 No. 2 (2016): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v2i2.97

Abstract

Banjir rob merupakan fenomena meluapnya air laut ke daratan. Kawasan Pantai Utara Jakarta merupakan salah satu kawasan yang sering mengalami banjir rob dan menyebabkan kerugian materil dan non materil yang cukup tinggi. Kerugian ini dapat diminimalisir dengan berbagai skema penanganan serta pencegahan. Namun agar rencana pencegahan banjir rob tepat sasaran dan efisien, maka fenomena banjir rob harus dapat diidentifikasi secara mendalam melalui studi penyebab utama, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta skenario-skenario yang mungkin terjadi pada saat banjir rob. Penelitian ini menggunakan data dinamika muka laut periode 2013 – 2015 di Stasiun Kolinlamil Tanjung Priok dianalisis menggunakan Fast Fourier Transform. Digunakan pula data prediksi pasang surut dari Pushidrosal. Selain itu data gelombang dan angin ECMWF, dan curah hujan dari BMKG digunakan sebagai bahan pertimbangan analisis dalam mengidentifikasi kejadian rob. Dari hasil penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa Banjir rob di Kawasan Pantai Utara Jakarta utamanya disebabkan oleh pasang surut yang tinggi saat terjadi spring tide dan tidak selalu diikuti oleh pengaruh angin, atau curah hujan yang tinggi (2 & 16 Desember 2013, 13 Mei 2014 dan 22 Desember 2014). Namun, pada beberapa kesempatan, angin dan curah hujan berpotensi menambah jumlah kejadian banjir rob di Kawasan Pantai Utara Jakarta (17 Oktober 2103, 17 Januari 2014 dan 27 Pebruari 2014). Hasil studi juga menunjukkan bahwa banjir rob tidak selalu dikuti oleh pasang surut yang tinggi saat spring tide, kondisi angin maupun curah hujan yang ekstrim (14 Juni 2013 dan 12 Pebruari 2015).
Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Perencanaan Rute dan Perhitungan Panjang Kabel (Studi Kasus Survei Rute Kabel Laut Dumai-Batam): Geographic Information System Application for Route Planning and Calculation of Cable Length (Case Study of Dumai-Batam Marine Cable Route Survey) Agus Triyana; Eddy Prahasta; Kukuh Suryo; Tasdik Mustika Alam
Jurnal Chart Datum Vol. 3 No. 1 (2017): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v3i1.117

Abstract

Pembangunan industri kelautan terutama penggunaan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) sangat dibutuhkan dalam perkembangan teknologi terutama adanya tuntutan kebutuhan masyarakat berkaitan dengan pengiriman data, suara, dan gambar dengan kapasitas transmisi yang lebih besar, dan ini dapat diwujudkan dengan adanya SKKL yang tidak tergantung pada kondisi cuaca dan berfungsi sebagai jaringan transmisi yang menyambungkan antar kanal. Untuk memenuhi hal tersebut, perlu dilaksanakan survei hidrografi sehingga kondisi perairan jalur kabel laut yang aman dari objek – objek laut yang membahayakan dapat diketahui, dan hal ini dapat direncanakan dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai fasilitas penyimpan data spasial yang mewakili fenomena dunia nyata dan merupakan suatu perangkat yang mampu untuk memanipulasi data, memungkinkan pengguna untuk melakukan analisis data serta permintaan fungsi. Sehingga, perencanaan penggelaran rute kabel laut yang lebih optimal, dapat menekan biaya operasional dan instalasi yang tinggi, serta lebih efisien dapat dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis spasial diperoleh rencana rute kabel laut dengan panjang kabel berdasarkan panjang permukaan adalah 315,609 kilometer.
Analisis Karakteristik Gelombang Laut Guna Mendukung Data Informasi Operasi Keamanan Laut di Wilayah Laut Natuna dan Laut Natuna Utara: Analysis of Ocean Wave Characteristics to Support Marine Security Operation Information Data in the Natuna Sea and North Natuna Seas Purry Djati Anggara; Dian Adrianto; Widodo Setiyo Pranowo; Tasdik Mustika Alam
Jurnal Chart Datum Vol. 3 No. 2 (2017): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v3i2.123

Abstract

Perilaku permukaan laut dan konsekuensi angkatan laut yang representatif merupakan bagian dari parameter yang mempengaruhi operasi militer di laut.Laut Natuna dan Laut Natuna Utara memiliki letak geografis dan geopolitik yang sangat strategis, diharapkan keselamatan pelayaran dan keamanan maritim dapat dijamin dengan adanya data informasi prakiraan tinggi gelombang dan dengan menghadirkankapal keamanan laut (kamla) sepanjang tahun. Lokasi penelitian terletak di kawasan tersebut, termasuk 4 stasiun pengamatan yang diturunkan berdasarkan area pengawasan di dekat pangkalan TNI AL. Analisis statistik gelombang menggunakan dataset ECMWF per 6 jam selama 10 tahun dengan resolusi spasial 14 km2.Karakteristik variabel gelombang yaitu tinggi gelombang signifikan, periode dan arah gelombang telah dianalisis dalam rata-rata bulanan dan musiman. Selanjutnya, karakteristik panjang dan cepat rambat gelombang dihitung berdasarkan variabel periode gelombang. Rata-rata tinggi gelombang signifikan maksimum terjadi di musim utara, ketika propagasi gelombang datang dari arah timur laut. Prakiraan tingkat keamanan area diperoleh dengan menganalisis dimensi kapal terhadap karakteristik tinggi dan panjang gelombang. Simulasi operasi KRI mempertimbangkan data prakiraan tingkat keamanan area dan data prakiraan tinggi gelombang berdasarkan estimasi waktu tiba. KapalB1 memiliki tinggi lambung 5,3 m dan panjang garis air 69 m, akan berlayar pada tanggal 23 November 2017 pukul 00.00 UTC di sekitar stasiun 4. Pada Bulan November, karakteristik panjang gelombang di stasiun 4 berkisar antara 29,9-193,4 m, prakiraan tinggi gelombang signifikan mencapai 1,652 m dengan batas interval 0,486 m (interval kepercayaan 80%). Jadi kapalB1 aman terhadap prakiraan tinggi gelombang signifikan dengan mewaspadai gerak pitch kapal karena panjang garis air kapal berada dalam kisaran panjang gelombang.
Analisis Data Batimetri Perairan Dangkal Menggunakan Citra Satelit Spot-7 (Studi Kasus Perairan Teluk Sabang): Shallow Water Bathymetry Data Analysis Using Spot-7 Satellite Imagery (Case Study of Sabang Bay Waters) Ageng Penggalih; Agus Iwan S; Maryani Hartuti; Tasdik Mustika Alam
Jurnal Chart Datum Vol. 4 No. 1 (2018): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v4i1.128

Abstract

PUSHIDROSAL adalah lembaga yang mengemban tugas untuk menyediakan peta laut yang digunakan untuk bernavigasi di laut. Penginderaan jauh memberikan solusi untuk melakukan updating peta pada area perairan dangkal secara efektif dan efisien. Tulisan ini membahas analisis data batimetri perairan dangkal menggunakan citra satelit SPOT-7, untuk mengetahui hasil ekstraksi nilai kedalaman pada perairan laut dangkal menggunakan metode Random Forest yang memasukkan 5 algoritma yaitu: LYZ, KNW, SMP, TNP, dan STR, serta mengetahui nilai akurasi jika dibandingkan dengan data lapangan. Hasil terbaik didapatkan melalui model algoritma STR dimana pada rentang kontur 0-2 meter RMSE; 0,51 masuk kriteria ketelitian orde khusus; 47,62%, pada rentang kontur 2,1-5 meter RMSE; 0,48 masuk kriteria ketelitian orde khusus; 53,23%, pada rentang kontur 5,1-10 meter RMSE; 0,81 masuk kriteria ketelitian orde khusus; 52,27%, pada rentang kontur 10,1-20 meter RMSE; 0,59 masuk kriteria ketelitian orde khusus; 54%. Hasil ekstraksi kedalaman dapat digunakan untuk pemetaan perairan dangkal dengan klasifikasi orde khusus pada kedalaman 0 meter sampai dengan 20 meter.
Sebaran dan Estimasi Ketebalan Sedimen Permukaan Dasar Laut Berdasarkan Nilai Koefisien Refleksi Sub Bottom Profiler (Studi Kasus Perairan Utara Serang, Banten): Distribution and Estimation of Seabed Surface Sediment Thickness Based on the Reflection Coefficient Value of Sub Bottom Profiler (Case Study of North Serang Waters, Banten) Bayu Ardiyarta; Joko Prihantono; Dikdik S. Mulyadi; Tasdik Mustika Alam
Jurnal Chart Datum Vol. 4 No. 2 (2018): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1961.153 KB) | DOI: 10.37875/chartdatum.v4i2.132

Abstract

Peningkatan aktivitas di bidang reklamasi pesisir berupa penambangan pasir dan mineral, operasi pengerukan (dredging) serta pembangunan sarana pemukiman diwilayah pesisir membutuhkan peta-peta dasar laut yang akurat. Sub Bottom Profiler (SBP) merupakan salah satu instrument akustik bawah air yang mempunyai frekuensi yang rendah, sehingga mampu menggambarkan lapisan sedimen dibawah dasar laut. Informasi jenis sedimen dasar laut dapat dilakukan dengan menggunakan metode akustik bawah laut termasuk dengan menggunakan SBP. Keunggulan SBP dibandingkan instrument akustik bawah air lainnya adalah dapat digunakan untuk mengestimasi ketebalan sedimen permukaan tersebut. Pada penelitian ini telah dilakukan klasifikasi sedimen permukaan dasar laut di perairan utara Kabupaten Banten dengan cara menghitung nilai koefisien refleksi data SBP dengan membandingkan energi pantulan (ERx) dengan energi yang dipancarkan (ETx) yang kemudian dikalibrasi dengan data sampling sedimen yang juga diambil pada saat survei dilakukan. Sedangkan ketebalan sedimen permukaan dilakukan dengan melakukan picking horizon di penampang SBP antara lapisan dasar laut dengan reflector yang pertama. Selisih antara dua reflector tersebut merupakan nilai ketebalan. Area survei adalah perairan utara kabupaten Serang Banten karena lokasi ini merupakan area penambangan pasir, sehingga memiliki jenis sedimen yang homogen. Hasil dari penelitian ini adalah nilai koefisien refleksi dengan rata-rata 0.3076 sampai dengan 0.4501 yang kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tabel Hamilton 1982 pasir kasar, pasir halus, pasir sangat halus dan pasir lembut. Nilai ketebalan sedimen berkisar antara 0 sampai dengan 6.3 meter dengan rata-rata 1.47 meter.
Analisis Harmonik Konstanta Pasang Surut di Perairan Teluk Banten Menggunakan Metode Least Square dan Admiralty: Harmonic Analysis of Tidal Constants in Banten Bay Coastal Waters Using The Least Squares Method and Admiralty Sutarto, Sutarto; Heriyanto, Dwi; Pranowo, Widodo Setiyo; Yulianto, Yulianto; Sukoco, Nawanto Budi; Widodo, Kukuh Suryo; Alam, Tasdik Mustika
Jurnal Hidropilar Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Hidropilar
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/hidropilar.v10i2.360

Abstract

Wilayah pesisir memiliki kondisi fisik laut dengan variasi gelombang pasang surut yang beraneka ragam, seperti yang terjadi pada perairan Teluk Banten dimana terdapat banyak aktivitas manusia yang dapat mengakibatkan proses oseanografi laut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana karakteristik pasang surut di perairan Teluk Banten yang meliputi data-data yaitu komponen pasang surut, tipe pasang surut dan elevasi muka air menggunakan data model global pada 5 September sampai 3 Oktober 2024. Analisis data menggunakan metode least square dan admiralty selama 29 piantan sehingga dapat menentukan komponen harmonic pasang surut yaitu M2, S2, N2, K2, K1, O1, P1, M4, MS4 dan perhitungan bilangan formzahl dalam menentukan tipe pasang surut dengan menggunakan software Matlab. Hasil dari analisis menggunakan metode least square menunjukan terdapat 32 komponen konstanta pasang surut dengan 26 komponen signifikan, 8 komponen tidak signifikan, didapat nilai bilangan formzahl-nya adalah 2,190667, kemudian analisis menggunakan metode admiralty nilai formzahl-nya adalah 2,195. Berdasarkan analisis tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan sehingga tipe pasang surut di perairan Teluk Banten dari kedua metode tersebut didapat tipe Pasang Surut Campuran Condong Harian Tunggal.
Komparasi Karakter Pasang Surut di Perairan Meulaboh Antara Analisis Least Square dan Admiralty: Comparison of Tidal Character in Meulaboh Coastal Waters Between Least Square and Admiralty Analysis Wibowo , Yusuf; pranowo, widodo setiyo; Yulianto, Yulianto; Jantarto, Dwi; Alam, Tasdik Mustika
Jurnal Chart Datum Vol. 11 No. 1 (2025): Jurnal Chart Datum
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37875/chartdatum.v11i1.362

Abstract

Data pasang surut memiliki peranan penting dalam berbagai bidang seperti Hidrografi, Oseanografi, proyek rekayasa, perikanan, pariwisata, dan penanggulangan bencana. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data pasang surut di perairan Meulaboh, Aceh dengan memanfaatkan software metode Least Square dan metode Admiralty sebagai pendekatan komparatif. Data diambil melalui observasi selama 29 hari. Analisis ini mengidentifikasi nilai konstanta harmonik, karakteristik tipe pasang surut dan elevasi muka air rencana. Hasil penelitian menunjukkan nilai konstata harmonik yang sangat erat antara kedua metode dengan nilai regresi R² sebesar 0,9954 dan nilai korelasi sebesar 0,997. Dari perhitungan nilai Fomzahl (F), menghasilkan nilai F dari metode Admiralty 0,658 sedangkan metode Least Square yaitu 0,613. Dari kedua nilai F terbebut digolongkan tipe pasut campuran dengan kecenderungan harian ganda.
Hubungan Arus Permukaan Laut Dan Angin Monsun Peralihan II di Teluk Jakarta : The Interaction Between Surface Currents and The Second Transitional Monsoon Winds in Jakarta Bay Coastal Waters Febriana, Azizah; Fernandhy, Hangga; Mustika Alam, Tasdik; Setiyo Pranowo, Widodo
Jurnal Riset Jakarta Vol. 17 No. 2 (2024): Jurnal Riset Jakarta
Publisher : Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37439/jurnaldrd.v17i2.110

Abstract

Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di pesisir utara Pulau Jawa yang berfungsi sebagai kawasan penting bagi perikanan, pelabuhan, dan kegiatan ekonomi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara angin monsun Peralihan II dan arus permukaan laut di wilayah Teluk Jakarta pada puncak musim Peralihan II yang terjadi pada bulan September-Oktober 2024. Berdasarkan data yang diperoleh dari mareogram angin dan arus permukaan laut di beberapa wilayah, hasil analisis menunjukkan bahwa arah angin dominan bergerak dari Timur ke Barat, yang mempengaruhi arah gerakan arus permukaan laut. Kecepatan angin maksimal yang tercatat bervariasi antara 6,15 m/s hingga 7,21 m/s, sementara kecepatan arus permukaan laut mencapai kecepatan maksimal 0,14 m/s di wilayah utara. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan positif antara kecepatan angin dan kecepatan arus, meskipun hubungan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lokal seperti kedalaman perairan, topografi wilayah, serta interaksi dengan fenomena gelombang dan pasang surut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun angin Peralihan II berperan dalam membentuk pola arus permukaan laut, faktor-faktor lingkungan lainnya turut memperkaya kompleksitas dinamika arus di berbagai wilayah Teluk Jakarta.
Analisis Tinggi Gelombang Laut Signifikan di Perairan Kepulauan Seribu Bagian Utara pada Monsun II Tahun 2024: Analysis of Significant Wave Height in The Northern Waters of The Seribu Islands during Moonsoon II of 2024 Mutiara Syah Putri, Khansa; Christiani Somba, Devaky; Adrianto, Dian; Setiyo Pranowo, Widodo; Alam, Tasdik Mustika
Jurnal Riset Jakarta Vol. 17 No. 2 (2024): Jurnal Riset Jakarta
Publisher : Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37439/jurnaldrd.v17i2.108

Abstract

Kepulauan Seribu berbatasan langsung dengan perairan Laut Jawa yang dipengaruhi secara signifikan oleh sistem angin monsunal, sehingga dinamika gelombang laut di wilayah ini diduga kuat dipengaruhi oleh pola angin tersebut. Penelitian ini bertujuan menganalisis keterkaitan antara karakteristik angin dan tinggi gelombang laut di perairan utara Kepulauan Seribu selama periode Monsun Peralihan II (10 September–10 Oktober 2024). Wilayah ini memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap dinamika oseanografi akibat keterbukaannya terhadap Laut Jawa, sehingga berisiko terhadap gelombang laut musiman. Data angin (komponen zonal windx dan meridional windy) dan tinggi gelombang signifikan (VHM0) serta tinggi gelombang yang dibangkitkan oleh angin local (VHM0_WW), yang diperoleh dari arsip data CMEMS Marine Copernicus. Ocean Data View digunakan sebagai perangkat lunak pengolahan dan analisis data. Hasil analisis menunjukkan arah angin dominan berasal dari barat hingga barat laut, dengan kecepatan rata-rata 2,25–3,02 m/s. Kondisi angin tersebut berkontribusi terhadap peningkatan tinggi gelombang signifikan hingga 1,52 m, dan tinggi gelombang akibat angin lokal hingga 1,29 m. Temuan ini menegaskan bahwa karakteristik angin merupakan faktor utama pembentukan gelombang laut dan memiliki implikasi langsung terhadap keselamatan pelayaran. Oleh karena itu, peningkatan kualitas data dan informasi gelombang di kawasan Kepulauan Seribu perlu menjadi prioritas, guna memperkuat sistem pemantauan cuaca laut dan peringatan dini sebagai langkah strategis mitigasi risiko dan perlindungan aktivitas maritim.