Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PENERANCANGAN ALAT MONITORING LOSSES ENERGI PADA KWH METER MENGGUNAKAN ESP8266 Fariz Anwar; F. Trias Pontia W; Hendro Priyatman
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 11, No 1: Januari 2023
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v11i1.66616

Abstract

Umumnya terjadi losses energi (kWh) pada penggunaann listrik dilingkungan rumah tangga terjadi akibat adanya aksi pencurian listrik ataupun kerusakan pada unit kWh meter pelanggan yang menyebabkan adanya perbedaan pembacaan pada kWh meter terhadap nilai kWh sebenarnya yang terpakai. Jika hal tersebut dibiarkan tentunya akan menimbulkan nilai kerugian yang cukup besar oleh PLN karena harga pemakaian listrik yang dibayarkan tidak sesuai dengan dengan jumlah nilai energi listrik yang terpakai. Dari permasalah yang disebutkan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu alat yang dapat mendeteksi adanya losses energi menggunakan mikrokontroler ESP8266 yang telah berbasis Internet of Things sehingga kendali dan monitoring nilai kWh dan besaran listrik lainnya dapat dilakukan secara real-time. Adapun sistem perancanganyang dibuat mampu memberikan respon saklar dengan durasi selama 0,02 s dan durasi informasi umpan balik sebesar 1,39 s. Pemantauan nilai besaran listrik dapat dilihat melalui layar LCD spanel dan aplikasi Blynk. Hasil pengukuran menunjukan bahwa persentase galat rata-rata yang didapat pada pengukuran tegangan sebesar 0,21%, arus 2,30%, daya aktif 3,18%, frekuensi 0,03% dan energi sebesar 1,65%.
Evaluasi Perencanaan Sistem Penerangan Hotel Q Kubu Raya Kalimantan Barat Ahmad Fauzi; M. Iqbal Arsyad; F. Trias Pontia W
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 9, No 1: Januari 2021
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v9i1.47649

Abstract

Sistem penerangan atau pencahayaan menjadi salah satu fasilitas pendukung sebuah bangunan. Penerangan yang baik haruslah mengacu pada peraturan dan ketentuan yang berlaku sesuai dengan standar bangunan yang dipilih. Hotel merupakan   suatu   badan usaha  yang bergerak   dibidang   jasa   dengan   fokus kegiatannya adalah untuk melayani tamu yang datang dengan pelayanan yang terbaik. Hotel Q Kubu Raya Kalimantan Barat adalah Hotel yang dibangun diarea komplek Qubu Resort Kubu Raya Kalimantan Barat yang memiliki ketinggian sekitar 17,34 m dengan luas 697,5 m2 dan memiliki  4 laintai. Mengevaluasi perencanaan sistem penerangan pada Hotel Q  ini diharapkan mampu membantu mengetahui kekurangan yang ada pada Perencanaan sistem penerangan, dengan tidak mengurangi kenyamanan dan  fungsi ruang pada hotel itu sendiri. Setelah dilakukan perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan dan kemudian dibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditentukan, terdapat banyak selisih antara perencanaan dengan perhitungan yang telah dilakukan yakni sebanyak 79 ruangan hasil perbandingannya negatif (-) yang menunjukan bahwa terdapat perencanaan jumlah lampu yang lebih kecil dari perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan.  Sedangkan untuk hasil positif (+) sebanyak 5 ruangan yang menunjukan bahwa terdapat perencanaan jumlah lampu yang lebih besar dari perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan, dan 34 ruangan lainnya hasilnya nol (0) yang menunjukan bahwa perencanaan jumlah lampu yang sudah ditentukan sama dengan perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan. Dari hasil pembahasan menunjukan bahwa perencanaan sistem penerangan pada masing-masing ruangan pada Hotel Q Kubu Raya Kalimantan Barat tidak memenuhi standar PUIL 2000 (SNI 03-6197-2000), hal ini dibuktikan dari banyaknyaknya perencanaan jumlah lampu yang sudah ditentukan hasilnya negatif (-) yakni sebanyak 79 ruangan dan hasil positif sebanyak 5 ruangan dari total seluruh ruangan sebanyak 118 ruangan, dan jika dipersentasikan ruangan yang tidak memenuhi standar mencapai 71,18%. Dari hasil rekapitulasi perhitungan kebutuhan daya dan kepadatan daya, menunjukan bahwa hasil perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan masing-masing ruangan pada Hotel Q Kubu Raya Kalimantan Barat nilai kepadatan dayanya masih dibawah batas standar yang telah ditetapkan, sehingga perhitungan ulang yang dilakukan berdasarkan standar BSN PUIL 2000 terhadap jumlah lampu yang dibutuhkan sudah memenuhi standar dan sangat direkomendasikan untuk digunakan sebagai acuan jika nantinya akan dilakukan perbaikan terhadap sitem perencanaan penerangan yang telah terpasang (existing).
IDENTIFIKASI PENGUKURAN INTENSITAS RADIASI MEDAN ELEKTROMAGNETIK PEMANCAR TELEVISI DAN PENGARUH TERHADAP KESEHATAN MANUSIA Elki Dwi Yanto; Fitri Imansyah; F. Trias Pontia W; Redi Ratiandi Yacoub; Jannus Marpaung
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 9, No 2: Juli 2021
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v9i2.51368

Abstract

Pemancar televisi merupakan komponen yang berperan sangat penting untuk media penyampaian informasi. Pemancar televisi sebagai media operator yang tersebar di kota Pontianak memiliki daya pancar yang mencakup area komunikasi yang diinginkan. Namun pada setiap pemancar televisi memiliki intensitas radiasi yang belum diketahui oleh masyarakat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang identifikasi pengukuran intensitas radiasi medan elektromagnetik pemancar televisi dan pengaruh terhadap kesehatan manusia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar intensitas radiasi yang dihasilkan oleh antena pemancar televisi dan mengetahui aman atau tidak radiasi tersebut untuk kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal disekitaran pemancar tersebut.perancangan dilakukan melalui beberapa tahapan  yaitu pengumpulan data ,rancangan analisi data,perancanaan sistem identifikasi intensitas radiasi medan elektromagnetik pemancar televisi pada lokasi yang ditentukan.Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur GM3120 di ukur untuk dua pengukuran yaitu pengukuran medan listrik dan pengukuran medan magnet.Hasil pengukuran nilai intensitas radiasi diperoleh dengan melakukan perlakukan jarak 10 m, 20 m, dan 30 m dari pusat pemancar televisi ke alat ukur,yang kemudian dilakukan perbandingan hasil pengukuran dengan standar paparan radiasi yang telah ditetapkan oleh lembaga WHO yaitu ICNIRP. Berdasarkan rata-rata nilai yang dihasilkan oleh setiap pemancar televisi berada di range 0,72 sampai 0 µT. Intensitas radiasi yang paling besar terukur pada jarak tertentu adalah pada pemancar televisi RCTI,INEWS,MNC TV,GTV,SCTV sebesar 0,72 µT.METRO TV sebesar 0.2 µT dan pada pemancar televisi RUAI Tv sebesar 0,38 µT. Berdasarkan analisa penulis adapun pengaruh dari nilai pengukuran yang besar hal ini dikarenakan terdapat sumber radiasi lain yang terukur. adapun rata rata hasil pengukuran intensitas radiasi untuk jarak 10 m sebesar 0,084444 µT, sedangkan untuk nilai rata rata untuk jarak 20 m sebesar 0,1425 µT dan untuk jarak 30 m 0,1056 µT. Berdasarkan rata rata hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa nilai intensitas radiasi tidak melebihi standar paparan radiasi ICNIRP sehingga intensitas radiasi aman bagi kesehatan masyarakat yang bermukim disekitar pemancar televisi.
PERFORMANSI JARINGAN FIBER TO THE ACCESS POINT (FTTAP) PADA CCTV LALU LINTAS KOTA SINGKAWANG James Oloan Panggabean; Fitri Imansyah; F. Trias Pontia W; Redi Ratiandi Yacoub; Jannus Marpaung
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 10, No 1: Januari 2022
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v10i1.53844

Abstract

Teknologi yang digunakan serat optik saat ini pada umumnya adalah FTTx, dimana x merupakan titik pengguna jaringan serat optik. Pada penelitian ini FTTx diimplementasikan pada CCTV yang disebut sebagai Fiber To The Access Point dimana CCTV bertindak sebagai access point. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui performa dari jaringan FTTAP yang digunakan oleh CCTV lalu lintas Kota Singkawang. Data yang dikumpulkan dari berbagai pihak akan diolah untuk mendapatkan nilai link power budget dan rise time budget untuk menganalisis kelayakan sistem serta BER (Bit error rate) untuk mengetahui performansi sistem yang digunakan melalui aplikasi optisystem. Optisystem merupakan sebuah aplikasi yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi serat optik dari central office hingga ke end-user. Dari hasil analisis 5 dari 6 CCTV yang dianalisis berdasarkan link power budget mempunyai kategori layak sementara 1 CCTV memiliki nilai loss 11,8004 dBm, yang berada sedikit diatas standar yang dimiliki oleh ICON+ yaitu 10 dBm sehingga memungkinkan terjadinya gangguan pada jaringan. Hasil analisis rise time budget seluruh CCTV dapat dikatakan layak karena keseluruhan nilai rise time budget yang didapat berada dalam standar nilai rise time budget yaitu tidak lebih dari 0,56 ns. Pada simulasi perangkat yang dilakukan dengan jarak terjauh dari OLT ke pengguna yaitu sejauh 17,001 Km dikatakan memiliki performa yang baik karena memiliki nilai BER sebesar 8,54375  dan nilai Q factor sebesar 11,4776.
IDENTIFIKASI PENERIMAAN SINYAL ANTENA DIGITAL UNTUK TELEVISI MENGGUNAKAN METODE SINPO - Martripagelardo; Dedy Suryadi; F. Trias Pontia W; Fitri Imansyah; Jannus Marpaung
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 10, No 1: Januari 2022
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v10i1.52589

Abstract

Antena Televisi digital merupakan perangkat yang digunakan untuk menangkap sinyal digital. Siaran televisi digital mampu memancarkan sinyal gambar dan suara dengan kualitas penerimaan yang lebih jernih dilayar televisi dibandingkan siaran analog. Saat ini di Indonesia masih dalam tahap proses migrasi dari siaran televisi analog kesiaran televisi digital. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perolehan hasil kualitas gambar, suara serta sinyal yang dihasilkan oleh siaran televisi digital. SINPO merupakan kode angka untuk menilai kekuatan sinyal, gangguan,derau dari atmosfer, kondisi propagasi, dan kesan umum penerimaan. Penilaian dilakukan dengan angka mulai dari 5 (sangat baik) sampai 1 (sangat buruk). Hasil pengamatan kualitas gambar, suara serta sinyal yang dihasilkan siaran televisi digital memiliki kualitas yang sangat bagus.
CASE BASED REASONING FOR TROUBLESHOOTING ON BASE TRANSCEIVER STATION USING COSINE SIMILARITY METHOD Rohmat Wiyono; Fitri Imansyah; F. Trias Pontia W
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 9, No 1: Januari 2021
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v9i1.47354

Abstract

Gangguan pada BTS menjadi persoalan tersendiri bagi para teknisi khususnya para teknisi pemula, terlebih lagi dengan banyaknya tower BTS yang dibangun oleh provider dan kemungkinan akan adanya BTS yang mengalami gangguan dalam waktu yang bersamaan, tentunya teknisi harus dapat melakukan troubleshooting atau penanganan gangguan dengan cepat dan tepat sehingga dapat meminimalisir kekecewaan pelanggan akibat terganggunya layanan telekomunikasi yang disediakan oleh provider. Oleh sebab itu, dibutuhkannya sebuah sistem cerdas berbasis pengetahuan yang dapat mempelajari dan memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan masa lalu dan dapat beradaptasi dalam menyelesaikan masalah baru, yang mana ini merupakan ciri-ciri dari sistem Case Based Reasoning. Case Base Reasoning adalah penalaran yang digunakan untuk menyelesaikan kasus baru dengan cara mengadaptasi solusi yang terdapat pada kasus-kasus sebelumnya, yang mempunyai permasalahan yang serupa dengan kasus baru. Pada tahapan retrieve, terjadi proses perhitungan kemiripan antara kasus baru dengan kasus lama. Perhitungan kemiripan kasus baru dengan kasus lama menggunakan metode Cosine Similarity. Pengujian hasil sistem  menggunakan tahapan CBR, kesesuaian hasil diagnosis pakar dan hasil diagnosis sistem, serta pengujian metode Cosine Similarity. Hasil pengujian pada diagnosis pakar dan diagnosis sistem atau output dari sistem dengan menggunakan 9 kasus gangguan dan 31 gejala gangguan  memberikan hasil diagnosis yang sesuai dengan persentase kemiripan 100%. Pada pengujian metode Cosine Similarity dengan membandingkan antara dua kasus, yakni kasus baru yang belum terekam sistem dan kasus lama yang berada dalam basis kasus, pengujian perhitungan  sistem dan perhitungan secara manual menggunakan 5 kasus uji, nilai similarity keluaran dari sistem dihitung kembali secara manual menggunakan rumus cosine similarity dan memberikan nilai yang sesuai, sehingga sistem memberikan rekomendasi  kasus lama yang memiliki nilai kemiripan tertinggi dari seluruh kasus yang terekam dalam sistem untuk menyelesaikan masalah baru. Dapat disimpulkan bahwa sistem CBR dapat beradaptasi terhadap kasus baru dengan cara memberikan rekomendasi solusi dari kasus lama.
PERANCANGAN ANTENA HELICAL PADA RADIO TRANSCEIVER SX1276 PADA FREKUENSI 915 MHZ Dul Fitri; Jannus Marpaung; F. Trias Pontia W; Fitri Imansyah; Redi Ratiandi Yacoub
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 10, No 1: Januari 2022
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v10i1.51851

Abstract

LoRa merupakan modul transceiver yang bekerja pada rentang frekukensi 433 MHz sampai dengan 920 MHz. Modul ini bisa berkomunikasi dalam jangkauan jauh dengan treatment yang tepat. Salah satu solusi untuk mendapatkan jangkauan yang jauh adalah menambahkan antena pada sisi pemancar dan penerima untuk meningkatkan daya terima sinyal LoRa pada tempat-tempat yang memiliki sinyal dengan level daya rendah. Sehingga peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan melakukan pengukuran RSSI dengan menambahakan antena helical untuk meningkatkan sinyal RSSI (Received Signal Strength Indication) pada ketinggian 40 meter kondisi LOS (Line Of Sight) di atas gedung kedokteran UNTAN Pontianak dan melakukan pengukuran dalam kondisi LOS (Line of sight) dan NLOS (Non Line Of Sight) Dikawasan Lab Telekomunikasi Fakultas Teknik UNTAN Pontianak. Pada penelitian ini dirancang sebuah antenna helical untuk meningkatkan sinyal RSSI pada pemancar dan penerima dengan jangkauan jarak jauh.
ANALISIS PERFORMANSI MODUL RADIO TRANSCEIVER RFM95W MENGGUNAKAN SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK SECARA REAL-TIME DI AREA URBAN KOTA PONTIANAK Fikri Shaumanadri; Neilcy Tjahjamooniarsih; Jannus Marpaung; Redi Ratiandi Yacoub; F. Trias Pontia W; Fitri Imansyah
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 10, No 1: Januari 2022
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v10i1.52520

Abstract

Kebutuhan akan suatu komunikasi sangat meningkat mengikuti perkembangan populasi manusia, sehingga untuk mencukupi kebutuhan itu memerlukan jaringan komunikasi yang besar. Wireless merupakan jaringan tanpa kabel yang banyak diminati dan mudah diintegrasikan dengan peralatan – peralatan elektronik. Salah satu teknologi tersebut adalah modul transceiver RFM95W, yaitu sebuah modul seri LoRa (Long Range) dengan kualitas tinggi, seperti penggunaan daya rendah, tahan inteferansi, serta jangkauan komunikasi yang jauh. Pada penelitian ini menggunakan modul transceiver RFM95W untuk mengetahui performansi komunikasi dari modul tersebut dengan menggunakan sistem komunikasi bergerak dan menganalisis kinerja transceiver RFM95W dengan pengujian variasi pola pergerakan, yaitu pola melingkar dan pola lurus, dan variasi kecepatan dari pengujian tersebut akan terlihat nilai RSSI, SNR, PDR, ToA, dan Throughput yang berbeda - beda pada area urban. Hasil nilai RSSI terhadap perubahan kecepatan pada pengujian dengan pergerakan berdasarkan pola pergerakan melingkar, dan lurus diperoleh semakin cepat kecepatan bergerak dapat menurunkan hasil RSSI dan SNR yang dihasilkan dan memperpanjang hasil ToA. Dari hasil RSSI dan SNR yang menurun dapat mempengaruhi transmisi pengiriman dan penerimaan data sehingga ratio PDR pola melingkar, yaitu 92% sedangkan pada pola lurus 100% dari hasil tersebut bahwa pada pola melingkar terdapat banyak penghalang antara transmitter dengan receiver sedangkan pola lurus lebih minim penghalang antara transmitter dengan receiver. Pada perubahan data Throughput berpengaruh pada banyaknya data yang dapat diterima dalam interval waktu tertentu meskipun pola pergerakan yang dilakukan tetap sama
IMPLEMENTASI OPTISYSTEM PADA PERANCANGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABIT OPTICAL NETWORK (GPON) Delima Saptun Susilawati Sinaga; Fitri Imansyah; F. Trias Pontia W
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 8, No 2: Juli 2020
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v8i2.41954

Abstract

Serat optik sebagai media transmisi yang memenuhi kebutuhan internet dengan bandwidth yang besar. Jaringan FTTH (Fiber To The Home) dapat menghantarkan beragam informasi digital, seperti suara, video, dan data secara lebih efektif. Sehingga dapat mendukung layanan Triple Play yang dipasarkan oleh PT. Telkom Indonesia. Menentukan kelayakkan dan performansi sistem perancangan FTTH (Fiber To The Home) di wilayah Perumahan Bali Agung 2 dan 3. Parameter uji tersebut adalah Power Link Budget dan Rise Time Budget untuk kelayakkan sistem dan BER (Bit Eror Ratio) untuk performansi sistem yang digunakan menggunakan software Optisystem, Optisystem merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi suatu jaringan fiber optik mulai dari sentral hingga ke end user. Dari hasil simulator jaringan FTTH menggunakan perangkat lunak sistem optik ditemukan bahwa nilai downlink pengguna terjauh adalah Prx: - 16.265 dBm, BER 2.05004 x dan Qfactor 15.4891. Sedangkan uplink Prx: -15.166 dBm, BER 8.1689 x dan Qfactor 19.0022. Hasil yang diperoleh layak karena mereka berada di atas standar jaringan FTTH minimum dengan teknologi GPON
PROTOTIPE HOP FREKUENSI LORA RELAY UNTUK MENAMBAH JARAK JANGKAUAN Yosua Perdana Sianturi; Jannus Marpaung; Redi Ratiandi Yacoub; F. Trias Pontia W; Fitri Imansyah
Journal of Electrical Engineering, Energy, and Information Technology (J3EIT) Vol 11, No 1: Januari 2023
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/j3eit.v11i1.64490

Abstract

Teknik LoRa relay adalah teknik komunikasi pada jaringan LoRa dengan menambahkan titik komunikasi baru sebagai penerima data dari LoRa pengirim kemudian data yang diterima dikirimkan kembali menuju LoRa penerima. Tujuan penelitian ini merancang prototipe hop frekuensi menggunakan teknologi LoRa Relay untuk menambah jarak jangkauan pengiriman data, untuk mengetahui keberhasilan dari penelitian ini maka dilakukan lima kali pengujian sistem komunikasi dengan mengambil parameter berupa data propagasi gelombang radio LoRa menggunakan dua skenario, yaitu LoRa Point to Point dan LoRa Relay. Hasil pengujian LoRa Point to Point pada jarak 1900 meter menunjukkan ketidakberhasilan komunikasi antara Tx dan Rx, indikator sinyal tidak berhasil didapatkan, demikian dengan SNR dan ToA. Hal ini disebabkan oleh kanal komunikasi antara Tx-Rx adalah NLOS (non line of sight) atau terdapat sejumlah penghalang sepanjang jangkauan 1900 meter tersebut. Tinggi antena Tx 20m sedangkan tinggi antena Rx 12m. Pada jalur komunikasi radio LoRa dengan jangkauan 1900 terdapat sejumlah penghalang seperti gedung dan pepohonan yang menyebabkan rambatan gelombang melemah bahkan kehilangan daya sehingga LoRa penerima tidak bisa mendemodulasi sinyal dari Tx. Hasil pengujian LoRa Relay pada jarak 2000 meter menunjukkan nilai RSSI terkecil adalah -118 dBm dan terbesar adalah -116 dBm, walaupun indikator daya yang diterima relatif sangat kecil namun masih berada di atas ambang daya terima yaitu sebesar -120 dBm. Demikian dengan indikator kerusakan sinyal terkecil 1,25 dB dan terbesar 1,75 dB. Sinyal yang diterima masih jauh dari kerusakan dengan ambang -20 dB, sehingga sinyal yang lemah masih bisa didemodulasi oleh perangkat Rx. Nilai ToA yang paling lambat adalah 1335 ms sedangkan yang tercepat adalah 1240 ms. Nilai ToA ini masih dalam batas normal, sebab penyetelan SF 12 akan menyebabkan sebaran sinyal yang semakin jauh dan membutuhkan daya yang besar namun berdampak pada sinyal yang ditransmisikan menjadi lebih lambat dibandingkan dengan nilai SG yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan terjadi komunikasi antar Stasiun Pemancar ke LoRa Relay dan dari LoRa Relay ke Stasiun Penerima. Yang berarti terjadi komunikasi daari Stasiun Pemancar ke Stsaiun Penerima melalui perantara LoRa Relay. Indikator daya terima (RSSI), indikator kerusakan sinyal  (SNR) dan waktu propagasi pada LoRa Relay sedikit berbeda saat pengujian point to point namun perubahan tersebut tidak signifikan. Sedangkan indikator daya dari LoRa Relay ke Stasiun Pemancar semakin baik, demikian juga dengan indikator kerusakan sinyal dan waktu propagasi gelombang radio LoRa.