Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

IDENTIFICATION OF SNP SPESIFIC MARKER FOR CRUSTACEAN HYPERGLYCEMIC HORMONE GENE: A SOMATIC GROWTH-RELATED IN GIANT FRESHWATER PRAWN (Macrobrachium rosenbergii) Asep Sopian; Alimuddin Alimuddin; Imron Imron; Harry Krettiawan; Fajar Anggraeni; Desy Nurul Astuti
Indonesian Aquaculture Journal Vol 12, No 1 (2017): (June 2017)
Publisher : Center for Fisheries Research, Agency for Marine and Fisheries Research and Human Resource

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.842 KB) | DOI: 10.15578/iaj.12.1.2017.7-13

Abstract

High size variation of giant freshwater prawn was found in harvest and resulting in low productivity. Marker assisted selection may be useful to generate broodstock that produces progeny with high growth and homogeneity. This study was conducted to obtain growth related molecular marker in giant freshwater prawn. Genomic DNA was extracted from swimming leg (pleiopods) of 10 giant freshwater prawns fifth Generation for existence of SNP identification, consisted of 5 fast growth (FG) and 5 slow growth (SG).  While for SNP confirmation and resolving power of specific primer studies. The pleiopods sample was taken from six generation of 201 giant freshwater prawns, consisted of 129 fast-growth (FG) with 16.06 ± 2.48 g body weight and 72 slow-growth (SG) with 6.05 ± 0.90 g body weight. Oligonucleotide primers were designed according to Gene Bank database of crustacean hyperglycemic hormone (CHH) gene sequence. The amplified DNA fragment was then sequenced. The results of sequencing showed there was one base different in nucleotides of FG and SG prawns. Six set of primers were designed based on those CH gene sequence. PCR analysis resulted one set of primers which showed a specific amplification product of 280 bp for growth. The result of sequence analysis using the basic local alignment search tools showed that the nucleotide sequence of those PCR products had similarity of 99%-100% with CHH gen of M. rosenbergii. Thus, a candidate of growth related molecular marker have been identified for giant freshwater prawn.
PERFORMA PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN STRES STADIA AWAL UDANG GALAH Macrobrachium rosenbergii YANG DIBERI Bacillus sp. Munti Yuhana; Darna Andrian Ramadhan; Hary Krettiawan; Usamah Afiff
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 12 No 1 (2021): MEI 2021
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2647.197 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.12.85-92

Abstract

The study aimed to evaluate the effect of the water application of probiotic Bacillus sp. DMP13 on the growth and stress response of giant freshwater prawn larvae Macrobrachium rosenbergii. The larvae used in this experiment were 1-day-old larvae post-hatching with an average body weight of 2.7±0.6 mg and an average length of 2.1±0.1 mm. The larvae were reared in 2 L plastic tanks with a density of 100 L-1 for 21 days. The study was conducted using 4 treatments with three replications of each, namely A (control without probiotic), B (Bacillus sp. DMP13 with cell concentration of 102 CFU (colony forming unit) mL-1), C (Bacillus sp. DMP13 with 104 CFU mL-1) and D (Bacillus sp. DMP13 with 106 CFU mL-1). Probiotic was applied in the rearing media on days 9th up to 18th with 3 days intervals. The results showed that application of Bacillus sp. DMP13 with a cell density of 102 CFU mL-1 was able significantly increased the absolute larvae weight (29.67±1.88 mg), increased larval survival in stress concentrations of 1,250 μL L-1 of formalin solution (the highest larval survival rate 98.3±2.9%). Treatment with 102 CFU mL-1 probiotic cell addition also increasing the total bacterial viable count in the media (the cell density reached 5.99±0.28 log CFU mL-1). However, other parameters such as the larvae stage index, survival rate, and absolute length of the larvae with probiotic treatments were not significantly different from those of control.
Efektivitas Jenis Filter pada Sistem Resirkulasi terhadap Kualitas Air dan Pertumbuhan Panjang Benih Pangasionodon hyphophthalmus Widya Pravita Sari; Azam Bachur Zaidy; Joni Haryadi; Hary Krettiawan
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v16i2.351

Abstract

Pemeliharaan benih ikan Patin Siam (Pangasionodon hyphophthalmus) memerlukan pergantian air 70-80% dari total volume setiap hari. Sistem resirkulasi menjadi alternatif mengatasi keterbatasan sumber air dan mempertahankan kualitas air pemeliharaan pada pendederan benih patin siam. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas filter pada sistem resirkulasi terhadap kualitas air, kelangsungan hidup, dan pertumbuhan panjang benih patin siam yang dipelihara pada wadah akuarium. Rancangan percobaan faktorial, faktor pertama sistem pemeliharaan/jenis filter (taraf pertama jenis pemeliharaan tanpa filter; taraf kedua filter busa pori-bioball-karbon aktif; taraf ketiga dengan filter kapas dacron-batu apung-batu zeolit) dan faktor kedua padat tebar (taraf pertama 10 ekor L-1 dan taraf kedua 12 ekor L-1), masing-masing dengan tiga ulangan. Benih uji patin siam berukuran panjang standar 1,81±0,18 cm dan panjang total 2,26±0,21 cm. Pakan komersial diberikan secara satiasi sebanyak tiga kali dalam satu hari selama pemeliharaan 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis filter berpengaruh terhadap kualitas air (total kelimpahan bakteri; P(0,00)<0,05) dan pertumbuhan panjang benih patin siam, baik laju pertumbuhan panjang total spesifik (P(0,01)<0,05) maupun laju pertumbuhan panjang standar spesifik (P(0,008)<0,05. Sedangkan faktor padat tebar berpengaruh terhadap kualitas air yaitu amonia total (P(0,04)<0,05) dan total kelimpahan bakteri (P(0,05)≤0,05). Interaksi antar faktor (jenis filter*padat tebar) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap parameter yang diujikan. Jenis filter penyusun yang terbaik adalah kombinasi busa pori-bioball-karbon aktif (R1). 
Pengaruh Jenis Filter dan Kepadatan terhadap Kadar Glukosa Darah dan Pertumbuhan Bobot Benih Pangasionodon hyphophthalmus pada Sistem Resirkulasi Widya Pravita Sari; Azam Bachur Zaidy; Joni Haryadi; Hary Krettiawan
Clarias : Jurnal Perikanan Air Tawar Vol. 3 No. 2 (2022): Clarias : Jurnal Perikanan Air Tawar
Publisher : Universitas Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56869/clarias.v3i2.391

Abstract

Pendederan benih patin siam (Pangasionodon hyphophthalmus) yang dilakukan secara intensif seringkali belum mencapai target yang diharapkan. Kematian ikan diawali dengan stres pada ikan sebagai respon fisiologisnya, energi yang dibutuhkan untuk beradaptasi melawan stres merangsang mobilisasi glukosa ke dalam darah. Salah satu sumber stres bagi ikan pada budidaya adalah kualitas air pemeliharaan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat stres pada benih patin siam terhadap kualitas air pada pemeliharaan sistem resirkulasi melalui pengukuran kadar glukosa darah. Penelitian menggunakan benih uji patin siam dengan bobot awal 62,74±25,17 mg yang dipelihara selama 21 hari menggunakan beberapa sistem resirkulasi dengan jenis filter berbeda (faktor A) pada dua kepadatan tebar yang berbeda (faktor B). Hasil uji statistik menunjukkan peningkatan kadar glukosa darah benih patin siam pada akhir pemeliharaan dipengaruhi oleh faktor A (P(0,003)<0,05). Faktor B dan faktor interaksi keduanya (faktor A*B; jenis filter*padat tebar) tidak mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah. Parameter pertumbuhan bobot tidak dipengaruhi oleh faktor A, faktor B, dan faktor A*B. Laju pertumbuhan bobot spesifik tertinggi 11,18±0,22% pada perlakuan R1.12.
SISTEM PENGELOLAAN AKUAKULTUR BERKELANJUTAN BERBASIS SMART FISHERIES VILLAGE (SFV) Sopian, Asep; Krettiawan, Harry; Haryadi, Joni; Effendi, Irzal
Jurnal Salamata Vol 6, No 1 (2024): Juni
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/salamata.v6i1.13651

Abstract

Keberhasilan akuakultur berkelanjutan adalah sistem pengelolaan akuakultur yang bergerak dari hulu ke hilir. Smart Fisheries Village (SFV) adalah program baru dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang mempunyai konsep menyinergikan antara hasil riset dan teknologi dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) perikanan melalui pelatihan dan teaching factory untuk mewujudkan kegiatan usaha perikanan yang terhubung dari hulu ke hilir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program SFV baik di Unit Pelaksana Teknis (UPT) maupun di Kampung ikan/Desa inovasi. Kegiatan SFV UPT dilaksanakan di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) dari bulan Juli-Desember 2022. Tahapan pelaksanaan kegiatan SFV sebagai berikut: identifikasi potensi, identifikasi dan penetapan jenis usaha, penjalinan kerjasama dengan mitra, pelaksanaan usaha kelautan dan perikanan, peningkatan kapasitas tenaga pelatihan dan penyuluhan, serta melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, monitoring dan evaluasi. Hasil identifikasi potensi, BRPI mempunyai sumber daya fisik atau sarana dan prasarana penunjang yang memadai. Penilaian mandiri menunjukkan bahwa aspek smart governance dan smart people mencapai nilai 100 diikuti smart economy dan mobility masing-masing sebesar 80. Kegiatan SFV berhasil menjalin mitra kerjasama dengan berbagai pihak dan tahun 2022 BRPI berhasil berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem SFV dengan mengadopsi skema inti-plasma. SFV UPT BRPI telah berhasil menyinergikan antara hasil riset dan teknologi dengan peningkatan SDM perikanan melalui pelatihan dan teaching factory serta mewujudkan usaha perikanan yang terhubung dari hulu ke hilir sehingga harapan terciptanya perikanan yang berkelanjutan dapat terwujud. Adapun konsep pola pengembangan yang diterapkan di BRPI adalah melalui skema inti-plasma, yaitu BRPI sebagai inti sedangkan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) mitra yang dibina oleh penyuluh perikanan menjadi plasma.
Perancangan dan Pembuatan Aplikasi Kalkulator Pembenihan Ikan Lele Berbasis Web “CAL-LE” Krettiawan, Hary; Umroti, Kintan Rizqi; Rifki, Akhmad Aji; Firdaus, Zahrotul; Irawan, Andi
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 5, No 2 (2024): April 2025
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v5i2.7365

Abstract

Pembenihan ikan lele merupakan tahap kritis dalam budi daya yang memerlukan perhitungan akurat untuk berbagai aspek seperti manajemen kolam, pemberian pakan, dan induksi pemijahan. Seiring dengan  perkembangan teknologi informasi, penggunaan aplikasi berbasis web menjadi solusi efektif untuk membantu para pembudidaya dalam melakukan perhitungan yang diperlukan selama proses pembenihan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan aplikasi kalkulator pembenihan ikan lele berbasis web yang diberi nama "CALLE" (Kalkulator Lele). Metode pengembangan aplikasi meliputi tahap preliminary, perencanaan, formative evaluation, prototyping, dan uji coba kinerja. Aplikasi CALLE dirancang menggunakan kode HTML yang ditautkan pada laman Google Sites, terdiri dari enam halaman utama: induk, seleksi induk,  hormon, pemijahan alami, pemijahan buatan, dan performa reproduksi. Aplikasi ini menyediakan sebelas fitur perhitungan yang mencakup berbagai aspek pembenihan ikan lele.Hasil pengujian performa menunjukkan bahwa seluruh kalkulator dalam aplikasi CALLE (100%) menghasilkan perhitungan yang sesuai dengan perhitungan manual, membuktikan keakuratan dan kehandalan sistem. Aplikasi ini menawarkan kemudahan akses melalui laman https://bit.ly/kalkulatorlele, memungkinkan para pembudidaya dan teknisi ikan lele untuk melakukan perhitungan yang diperlukan selama proses pembenihan secara cepat dan akurat. Aplikasi CALLE berhasil dirancang dan dikembangkan sebagai alat bantu yang efektif dalam pembenihan ikan lele, mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam praktik budidaya perikanan. Pengembangan lebih lanjut dan sosialisasi penggunaan aplikasi ini direkomendasikan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam sektor budidaya ikan lele.Kata kunci : aplikasi berbasis web, kalkulator, dan pembenihan ikan lele
Perkembangan Fase Embrionik Hingga Tahap Awwal Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di BBIL Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta Karunia Divanda Laksana; Larasati Putri Hapsari; Hary Krettiawan
Juvenil Vol 6, No 1: Februari (2025)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v6i1.25866

Abstract

ABSTRAKFase embrionik merupakan salah satu fase yang cukup krusial didalam siklus perkembangan ikan kerapu bebek. Kerapu bebek termasuk dalam kategori spesies laut yang cukup memiliki nilai jual tinggi. Hal tersebut menjadikan pengamatan dalam setiap perkembangan ikan kerapu bebek sangat penting, agar perkembangan tersebut tercatat dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan embrio hingga tahap awal larva dan mengidentifikasi faktor keberhasilan setiap fasenya. Penelitian ini dimulai pada bulan Agustus – September 2023 di Laboratorium Balai Benih Ikan Laut (BBIL) Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pengamatan ini menggunakan telur ikan kerapu bebek, dan larva ikan kerapu bebek. Metode yang digunakan pada penilitian ini adalah metode survei. Hasil penelitiahan ini menunjukkan bahwa, fase perkembangan embrio hingga tahap awal larva meliputi, fase pembelahan (cleavage) (145 menit), morula (25 menit) , blastula (20 menit) , gastrula (180 menit), neurula (240 menit), dan hingga menetas setelah 17 jam pasca ovulasi. Sedangkan pada tahap awal larva ikan kerapu bebek, fase yang dilalui adalah, fase yolk sac, fase prefleksion, fase fleksion, fase pasca fleksion yang memerlukan waktu 35 hari. Tingkat keberhasilan fase embrionik hingga tahap awal larva ikan kerapu bebek dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, seperti fekunditas, fertilization karena akan mempengaruhi jumlah telur yang berhasil menetas dari awal proses ovulasi. Sedangkan tingakat kelangsungan hidup akan mempengaruhi jumlah larva yang berhasil bertahan hidup hingga fase awal larva (fase pasca fleksion). Hasil perhitungan fekunditas sejumlah 184,615 butir/kg, tingkat pembuahan (FR) 75%, pada ikan kerapu bebek cukup baik, sedangkan tingkat penetasan (HR) 33%, dan tingkat kelangsungan hidup (SR) 37%, tidak terlalu baik dikarenakan oleh beberapa factor yakni, dari segi pemberian pakan, monitoring kualitas air, serta penangulangan hama dan penyakitKata Kunci: Kerapu Bebek, Fase Embrionik, Larva, Kelangsungan HidupABSTRACTThe embryonic phase is one of the crucial phases in the development cycle of humpback grouper. Humpback grouper belongs to the category of marine species that have quite a high selling value. This makes observation in every development of Humpback grouper very important, so that the development is well recorded. Therefore, this study aims to observe embryonic development up to the early stages of larvae and identify success factors for each phase. This research starts in August – September 2023 at the Laboratory of the Marine Fish Seed Center (BBIL) Tidung Island, Thousand Islands, DKI Jakarta. This observation used humpback grouper eggs, and humpback grouper larvae. The method used in this study is the survey method. The results of this study showed that, the phase of embryonic development to the early larval stage includes, cleavage phase (145 minutes), morula (25 minutes), blastula (20 minutes), gastrula (180 minutes), neurula (240 minutes), and until hatching after 17 hours post-ovulation. While in the early stages of humpback grouper larvae, the phases passed are, yolk sac phase, preflection phase, flexion phase, post-flexion phase which takes 35 days. The success rate of the embryonic phase to the early stages of humpback grouper larvae is influenced by several factors, among others, such as fecundity, fertilization because it will affect the number of eggs that successfully hatch from the beginning of the ovulation process. While the survival rate will affect the number of larvae that successfully survive until the initial larval phase (post-flexion phase). The fecundity calculation results amounted to 184,615 eggs / kg, the fertilization rate (FR) was 75%, in humpback grouper was quite good, while the hatching rate (HR) was 33%, and the survival rate (SR) was 37%, not very good due to several factors, namely, in terms of feeding, monitoring water quality, and controlling pests and diseases.Keywords: Humpback grouper, Embryonic phase, Larvae, Survival Rate
ANALISIS PREDASI JENTIK NYAMUK OLEH IKAN CUPANG (Betta splendens) BERDASARKAN PANJANG STANDAR TUBUH Krettiawan, Hary; Sumiarsih, Sumiarsih; Septiana, Shinta
JARI : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Vol. 13 No. 1 (2025): JARI : JURNAL AKUAKULTUR RAWA INDONESIA
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jari.v13i1.29

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan predasi ikan cupang (Betta splendens) terhadap jentik nyamuk berdasarkan kategori ukuran tubuh: kecil (Panjang Standar (PS) < 2 cm), sedang (2 cm ≤ PS ≤ 3 cm), dan besar (PS > 3 cm). Sebanyak 31 ekor ikan cupang telah digunakan dalam penelitian ini sebagai hewan uji, yang masing-masing ditempatkan secara soliter dalam wadah uji dan pengujian telah dilakukan sebanyak dua kali. Setiap ikan diberikan 20 jentik nyamuk sebagai pakan alami, dan jumlah jentik yang dikonsumsi dihitung. Penambahan dilakukan jika jentik nyamuk habis dimakan. Pemberian jentik nyamuk telah dilakukan sampai ikan cupang tidak lagi merespon atas pemberian jentik nyamuk atau tidak menelan atau memuntahkan jentik nyamuk. Analisis data telah dilakukan menggunakan uji ANOVA untuk membandingkan konsumsi jentik nyamuk antar kategori ukuran tubuh dan regresi linier untuk menentukan hubungan antara panjang standar tubuh ikan dengan jumlah jentik nyamuk yang dikonsumsi. Hasil menunjukkan perbedaan signifikan konsumsi jentik nyamuk antara kategori ukuran tubuh (F = 174,865; p < 0,05), dengan kategori besar mencatat konsumsi tertinggi (rata-rata 30 jentik nyamuk/ekor). Hubungan positif yang signifikan ditemukan antara panjang standar tubuh dan konsumsi larva (r = 0,863; p < 0,05), dengan persamaan regresi y = 10,581x – 12,667 dan koefisien determinasi 74,45%. Temuan ini menegaskan bahwa ikan cupang, memiliki efektivitas predasi yang lebih tinggi, menjadikannya sebagai agen pengendalian biologis yang potensial untuk menekan populasi jentik nyamuk secara alami, sebagai strategi pengendalian vektor yang ramah lingkungan dan efektif.
The Gonadal Maturity and Gene Expressions of Female Giant Freshwater Prawn (Macrobrachium rosenbergii) after Dietary Administration of Medroxyprogesterone Acetate Anggraeni, Fajar; Malini, Desak Made; Damanhuri, Joni Haryadi; Syahputra, Khairul; Sopian, Asep; Khasani, Ikhsan; Imron, Imron; Krettiawan, Hary
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 16 No. 1 (2024): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v16i1.43499

Abstract

Abstract One of the problems in giant prawn cultivation is female giant prawns laying eggs during rearing. They will incubate their eggs for three weeks so that the energy from the expected feed for growth is used for egg development and other reproductive activities. Giving MPA hormone to giant prawns either by injection or oral could inhibit gonadal maturation and increase growth rate. The maturation process of the prawn ovary consists of the activation of some complex cellular mechanisms involving genes that regulate the stages of oocyte development. This study aimed to evaluate the response of gonadal maturity and the expression of the MrvWD-Kazal gene in giant prawns fed with a diet containing MPA hormone. The design used in this study was a completely randomized design with four treatments and five replications. The treatments were feeding a diet added with MPA with a concentration of 0 mg.kg-1 feed as control (K), 50 mg.kg-1 feed (P1), 100 mg.kg-1 feed (P2), and 150 mg.kg-1 feed (P3). MPA hormone at a concentration of 50-150 mg/kg feed could inhibit the gonadal maturation of female prawns. In 100 mg/kg of feed concentration showed the lowest gene expression level, indicating an inhibition of gonadal maturation molecularly. The administration of MPA hormone through the feed is a recommended method of aquaculture because it is more applicable and effective than by injection, even though it has a non-uniform impact on each individual. Highlight Research Administration of MPA hormone through the feed to female giant freshwater prawns can inhibit the level of gonad maturity. Expression of von Willebrand factor D (vWD) – Kazal gene were analyzed in different levels of prawn maturity Gonadosomatic index and gonadal histology confirmed that different levels of administration of MPA hormone through the feed could affect the gonad development. The administration of MPA hormone through the feed is a recommended method for aquaculture because it is more applicable and effective to inhibit early maturation of prawns.